Surat Wasiat

Adzan Magrib menuntun kakinya menuju Masjid Baiturohman yang tidak jauh dari rumahnya. Lelaki yang sehari-hari suka memakai songkok hitam dikepalanya itu tidak pernah meninggalkan salat berjamaah. Di usianya yang sudah memasuki kepala enam tidak menyurutkan semangatnya untuk salat berjamaah di masjid. Meski jalannya sudah tertatih-tatih. Tangannya selalu memegang tasbih pemberian dari Joko anak lelakinya yang sudah mendahuluinya pergi menghadapa Sang Pencipta.
Gemiricik air membasuh wajahnya yang sudah keriput. Air yang meluncur dari pancuran itu juga membasahi anggota badan yang lainnya. Terlihat anak-anak kecil berebut air untuk segera berwudhu. Suasana masjid sudah mulai ramai jamaahnya.
Awalnya masjid Baiturohman sepi dari hiruk pikuk anak-anak kampung. Entah apa yang menyebabkan anak-anak enggan ke masjid. Setelah diselidiki ternyata alasan anak-anak tidak mau pergi ke masjid karena ditegur takmir masjid. Sebab ketika salat selalu bercanda membuat beberapa jamaah merasa terganggu.
Mendengar kabar itu Mbah Parto marah pada pengurus takmir masjid. Kemarahannya terdengar di Kampung Ringin Asri. Sebagian warga mendukung sikap yang dilakukan Mbah Parto, tetapi ada juga sebagian warga yang tidak suka dengan sikap yang dilakukannya. Akhirnya, Pengurus takmir masjid berembuk untuk mencari solusi. Supaya salat tetap nyaman meski ada anak-anak.
Pak Pardi selaku ketua RT yang juga ikut hadir dalam rapat pengurus takmir masjid, memberikan saran agar posisi shaf anak-anak tidak boleh jadi satu. Harus di selang-seling antara jamaah anak-anak dengan dewasa. Mendapat masukan itu akhirnya para pengurus takmir masjid menyepakati sarannya Pak Pardi. Sejak itulah Masjid Baiturohman kembali ramai tidak sepi. Membuat Mbah Parto bahagia karena bisa berkumpul dengan anak-anak. Ada sebuah kerinduan pada Mbah Parto tentang seorang anak.
Kebiasaan Mbah Parto usai Salat Magrib selalu mengumpulkan anak-anak untuk diajak tadarus bersama meski yang dibaca hanya surah-surah pendek. Anak-anak sangat senang sekali sebab selain tadarus juga mendapat dongeng tentang perjuangan para pahlawan semasa Mbah Parto muda dulu. Ternyata waktu muda Mbah Parto merupakan salah satu pejuang kemerdekaan dari Tentara Pelajar Indonesia. Mbah Parto bercerita tentang bagaimana perjuangannya melawan penjajah meski nyawa taruhannya. Sempat waktu itu Mbah Parto hampir tertembak oleh penjajah, akan tetapi berhasil menghindar. Anak-anak menyimak dengan saksama. Ada yang sampai terkantuk-kantuk. Ketika menjelang Isya’, Mbah Parto batuk hingga mengeluarkan darah. Yang di masjid saat itu hanya anak-anak. Mereka bingung ingin berbuat apa. Akhirnya, Raihan salah satu anak yang ikut tadarus berinisiatif teriak ke pinggir jalan meminta tolong pada warga. Mendengar teriakan itu para warga berbondong-bondong keluar dari rumahnya.
“Ada apa, Le? Kenapa kok teriak-teriak,” tanya seorang bapak-bapak yang lewat di di depan masjid dengan motor bututnya.
“Mbah Parto batuk sampai mengeluarkan darah,” jelas Raihan dengan penuh cemas.. Akhirnya, Para warga dengan langkah gontai menghampiri Mbah Parto yang sudah terbaring. Anak-anak hanya menangis. Sambil tangannya memegang tubuh orang tua renta itu. Pak Pardi yang terlihat lari terbirit-birit langsung memeriksa denyut nadi tanganya Mbah Parto. Kuasa Allah Mbah Parto tidak dapat diselamatkan.
Suara isak tangis memenuhi latar Masjid Baiturohman. Malam yang terlihat benderang karena pancaran Bulan Purnama, Kini gelap seketika. Bulan indah itu tertutup awan mendung. Bintang-bintang yang cahayanya menghiasi langit-langit juga ikut turut redup. Desiran angin malam mengigit kulit yang tidak mengenakan jaket.
***
Para warga berbondong-bondong membawa jenazah Mbah Parto ke rumahnya. Mbah Parto hidup sendirian di rumah gubuk yang sebenarnya sudah tidak layak huni. Sebelum dikebumikan jenazahnya di mandikan terlebih dahulu. Rumahnya Mbah Parto pun ramai penuh dengan warga yang turut serta membantu megurus jenazahnya.
Pak Pardi mengkoordinir para warga untuk memberikan sumbangan seikhlasnya. Yang nantinya akan digunakan untu membeli segala perlengkapan buat mengurus jenazah. Karena tidak ada pihak keluarga yang ditunggu. Atas perintah pak bayan jenazah langsung dikubur malam itu juga. Sebagian warga ada yang menuju ke makam untuk menyiapkan liang lahat. Sebagian berbelanja perlengkapan untuk pemakaman.
Di saat Pak Pardi mencari-cari dokumen pribadi milik Mbah Parto di dalam sebuah lemari yang terlihat di pojok rumahnya. Ketika dibuka lemari itu ditemukan sebuah lipatan kertas yang sangat rapi dibungkus plastik putih. Karena Pak Pardi penasaran akhirnya lpatan kertas yang masih terbungkus itu dibuka. Matanya dengan saksama mengamati sebuah tulisan yang sangat panjang sekali. Tulisan latin itu dibacanya dengan saksama. Dalam surat itu tersirat sebuah pesan rumah beserta tanahnya akan diwakafkan untuk pendirian Madrasah Diniyah. Hatinya Pak Pardi bergetar seketika. Sungguh mulia sekali hatinya. Ucap dalam hatinya Pak Pardi.
Tangan Pak Pardi melipat kembali kertas itu. Wasiat itu akan disampaikan di rapat pengurus takmir masjid.
***
Malam semakin larut jenazah Mbah Parto segera dikebumikan ke makam yang letaknya tidak terlalu jauh dari kampung.
Pak Pardi tidak ikut mengantar jenazah Mbah Parto sampai ke makam. Ia masih berdiri di depan rumah yang pondansinya sudah tidak kokoh lagi. Sambil membantu ibu-ibu yang membersihkan rumah Mbah Parto. Terlihat juga Pak Bayan dan Bu Bayan yang masih duduk di kursi yang disediakan untuk para pelayat.
Pak Pardi mengamati raut ke dua wajah orang penting di kampungnya itu. Terlihat ada seutas kesedihan dari wajah Bu Bayan akan kematian Mbah Parto. Bagaimana pun juga Mbah Parto memiliki jasa dalam pembangunan dan syiar agama Islam di Kampung Ringin Asri.. Karena Mbah Parto lah para warga mengenal Islam. Dulu kampung Ringin Asri terkenal sebagai kampung yang penuh dengan tradisi yang mengarah pada ke syirikan.
Kesedihan juga dirasakan oleh anak-anak dan para warga. Mereka begitu kehilangan. Namun, Kematian itu suatu hal yang pasti. Semua makhluk hidup di dunia ini akan menemui ajal pada waktunya. Maka selagi diberi kesempatan manfaatkan sisa waktu ini dengan sebaik-baiknya untuk mencari bekal pulang ke dunia sesungguhnya; akhirat.
Pak Pardi meninggalkan rumah yang sudah mulai sepi itu. Hanya ada satu dua warga yang masih ngobrol di dalam rumah Mbah Parto. Pak Pardi memandang ke langit. Terlihat Bulan mulai menampakkan kembali wajahnya yang telah suram. Seakan tergambar sebuah senyum kebahagiaan Mbah Parto di atas sana.
“Semoga Mbah Parto diberi tempat yang indah di sisi-Nya,” suara lirih Pak Pardi sambil menyeka air mata yang menetes dari sudut matanya. **

BIODATA PENULIS

Agus Yulianto. Suka menulis cerpen, cernak, puisi dan esai. Seorang guru swasta di SMK Wikarya Karanganyar.
Buku antologi puisi terbarunya Perjamuan Kopi di Kamar Kata (2018), Prosa Pendek Pengkhianatan (2018), kumpulan esai Pendidikan Abad 21 Program Pascasarjana UPI (2018), Buku terbarunya kumpulan esai Gagasan Guru Konyol Gado-gado Pendidikan, oleh Natural Media Publishing(2018), Buku duet motivasi The Notes of Love (2019) Penerbit OASE Pustaka Solo, Antologi Semarak Sastra Malam Minggu Sepasang Camar Simalaba Penerbit Perahu Litera (2018), Antologi kumpulan esai Aku, Buku dan Masa Depanku Penerbit Diva Press (2019), Selain itu juga menulis kisah memoar di penerbit DIOMEDIA; kisah Memoar Bahagia Bersama Ibu Tercinta, Bahagia Bersama Ayah Tercinta, Pegiat Literasi, Sobat Ambyar, dan lain sebagainya.
Artikel Ilmiah pernah dimuat di jurnal At Tarbawi Fakultas Tarbiyah IAIN Surakarta, Jurnal Jala Bahasa Balai Bahasa Jawa Tengah, dan Jurnal Tabasa Jurusan Tadris Bahasa Indonesia IAIN Surakarta.
Selain itu beberapa Cerita Pendek, Cerita Anak, Puisi, dan beberapa esainya pernah dimuat di koran Harian Umum Solopos, Harian Umum Joglosemar, Majalah on line Simalaba, Majalah Nur Hidayah, Nusantara News, Flores Sastra, Majalah Hadila, portal Islam Pos dan lain sebagainya.
Buku Terbarunya Kumpulan Cerita Pendek Secangkir Cinta Cappucino (2019) Penerbit Surya Pustaka Ilmu, Buku kumpulan Puisi Lelaki, Hujan, dan Sepotong Kisah (2019) Penerbit Bitread, dan Antologi Cerita Pendek Amygdala (2020) IMP Indiva Media Kreasi, Buku Kumpulan Cerita Anak Pelangi di Kemuning Penerbit Era Intermedia sebagai buku pengayaan.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *