Surat Untuk Ramadhan

Ramadhan,

Kini kau hadir kembali

Tahun ke tahun, kau selalu membawa cerita yang berbeda. Kisahnya selalu membangunkan ingatan masa lalu yang telah lelap oleh waktu.

Suatu masa ke masa yang lain, menyisakan satu kisah Ramadhan ke kisah Ramadhan yang lainnya. Saat kaki-kaki kecil berlari-lari kecil, di setiap sore menjelang bedug menggema. Di antara waktu maghrib dan waktu tarawih. Mengeja hijaiyah demi hijaiyah, Menyerukan ayat demi ayat. Bibir-bibir kecil selalu meriuhkan masjid-masjid kampung.

Lalu keesokan harinya, kaki-kaki kecil itu bercengkerama dengan hawa fajar yang begitu ramah. Menyentuh lembut wajah-wajah riang, menyanyikan senandung fajar. Menanti lembayung mentari yang hangat bermandikan cahaya surya. Kaki-kaki itu terus bercengkerama dengan jalanan persawahan. Kepulan asap dari berbagai jenis meron menghadirkan bau khas subuh di setiap Ramadhan. Ramadhan yang sangat ramah.

Namun, kini semua berlalu hilang ditelan masa. Saat semua telah beranjak dewasa, tak kulihat wajah-wajah teman kecilku menghiasi perwajahan masjid. Lantunannya sepi ditelan pekat malam. Nada-nadanya telah bisu bersama kedewasaannya. Kini aku sendiri yang senantiasa merindukan Ramadhan tanpa teman-teman masa kecilku. Atau bahkan mereka juga sedang merindukan Ramadhan di tempat lain yang tidak pernah aku tahu.

Ramadhan,

Terimakasih karna kau, aku memiliki kisah masa kecil yang kulalui bersama-sama teman kecilku dan juga bersamamu menjadi cerita yang selalu hadir dalam ingatan. Ramadhan, ingin rasanya memelukmu.

Ramadhan,

Terimakasih kau telah memberikan kehangatan di setiap kehadiranmu.

Ramadhan,

Aku merindukanmu yang lalu. Mungkinkah kami duduk bersama kembali menanti fajar di kala pagi?

Ramadhan,

Kau tak pernah meninggalkan kami, hanya saja kami berlalu tanpa pernah menyayangimu sepenuh waktu saat bertemu.

Oleh: Tio Karmachameleo

Dari: Boyolali, Jawa Tengah


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *