Sidang Akhir pas Ramadhan

“Bulan Ramadhan itu beda semangatnya! Bulan ini mengandung atmosfir perjuangan yang kental demi menjadi individu produktif di bawah petunjuk Illahi. Kenikmatannya seperti dahaga yang disembuhkan oleh segelas teh pada tegukan pertama ketika berbuka: manis!” (Cut Irna Setiawati)

Ramadhan. Setiap muslim di belahan dunia telah sangat menanti kedatangan bulan special yang satu ini. Semua umat Islam percaya dan meyakini bahwa Ramadhan mengandung kenikmatan dari Sang Khalik dalam bentuk apapun: rezeki, pahala, umur panjang, silahturahmi dan pengampunan atas dosa-dosa di masa lampau. Ramadhan juga menjadi wahana perjuangan, semangat dan motivasi tiada tara atas keimanan ketauhidan seorang individu dalam melaksanakan ibadah. Termasuk ibadah dalam pekerjaan dan mereguk ilmu tanpa batas. Ceilee….

Siapa bilang ketika berpuasa tidak bisa produktif? Itu mitos yang salah tempat! Heheh…Kuno! Bagi saya, Ramadhan tahun ini adalah pencapaian atas upaya-upaya menjadi pribadi muslim yang penuh semangat dalam mereguk ilmu dunia dan akhirat. Nggak ada tuh kata “demotivasi” dalam kamus hidup saya ketika Ramadhan. Justru saya tancap gas pooool…

Perkenalkan nama saya Cut Irna Setiawati. Saya seorang Dosen muda di salah satu universitas swasta (terbesar) di Kota Bandung. Terus terang, pengalaman saya masih minim, tapi soal semangat dan motivasi berkarya, mohon jangan dipertanyakan. Gede banget! Alhamdulillah, Allah swt. telah memberi nikmat pekerjaan yang tiada tara di bidang akademik. “maka nikmat mana yang engkau dustakan”

Ada sebuah pengalaman saya yang paling berkesan selama Ramadhan tahun ini. Entah bagaimana Allah merencanakan semuanya, tetapi saya percaya tidak ada kebetulan yang sia-sia apabila Dia telah mengatur waktu dan tanggal secara prestisi. Akurat. Pas!

Jadi begini, seharusnya mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir saya diperkirakan menghadapi Sidang Skripsi pada pertengahan Juli, namun ternyata dipercepat pada bulan Juni. Bertepatan dengan Ramadhan. Tentu yang pertama kami rasakan adalah….panic attack!

Alhasil, pola jam makan sahur hingga pagi hari menjadi pola mahasiswa mempersiapkan diri dan saya mendampingi. Awalnya terasa berat. Maklum, ada seorang mahasiswa yang beragama non muslim. Tetapi dia terus berusaha. Salut!

Pembimbingan semakin intens di kampus. Revisi semakin diminimalisir. Doa-doa pun kian khusyuk dipanjatkan siang dan malam, termasuk memohon restu dari orang tua masing-masing. Sedekah dioptimalkan setiap waktu dimanapun. Meski tenggorokan kering, saya tetap rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk berdiskusi dengan mahasiswa. Bahkan pernah beberapa hari diskusi kami hingga lupa waktu sampai adzan magrib berkumandang  dan kami pun berbuka bersama di warung tenda dekat kampus.

Apa kami mengeluh? TIDAK! Justru kami semakin bersemangat memperjuangkan karya riset dihadapan penguji. Atmosfir semangatnya umat muslim dalam menjalankan puasa hingga fajar terbenam menjadi dorongan terbesar untuk saya dan mahasiswa. Hingga akhirnya mereka berhasil melewati Sidang Akhir dengan mulus.

“Sidang akhir ketika berpuasa itu rasanya nikmat, Bu!” kata seorang mahasiswa, Syaifie Tanjung. “oya? Kok bisa?” Tanya saya. “iya, Bu. Dosen Pengujinya nggak mungkin galak, kan sedang menahan emosi dan nawa nafsu! Bonus dari Allah yah, Bu” jawabnya gembira. Gubrak!

Berkat ketekunan dan kesungguhan hati selama Ramadhan, akhirnya 4 mahasiswa bimbingan saya berhasil lulus dan 2 diantaranya calon Cum Laude! Selamat!

“Kesuksesan tidak akan bertahan lama bagi mereka yang memperolehnya dengan cara singkat. Keberlimpahan hanya akan diperoleh bagi mereka yang bekerja dengan semangat yang meluap-luap.”

kontes cerita ramadhan emir

kontes cerita ramadhan emir

kontes cerita ramadhan emir

kontes cerita ramadhan emir

Oleh: Cut Irna Setiawati

Dari: Bandung, Jawa Barat


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *