Siapa aku? Kemana aku ?

Semilir angin membawa ketenangan menyeruak di kalbu, gemuruh lantunan sang kitab bergemah  di jelang malam. Hati ku tersenyum ketika bulan yang penuh maghfiroh datang menyapaku kembali, wajahku sumringah bagi bunga bungan yang baru bermekaran taman surgawi, Jiwaku soalah olah menyeret jasat ku  untuk  bertafakkur mengucap syukur ke pada sang pemilik jagad Allah Taalah di malam ini, malam pertama bulan ramadhan..

Ramadhan kali ini sungguh berbeda dengan ramadhan  sebelumnya, tahun lalu kuhabiskan waktuku di salah satu yayasan pondok pesantren dan panti asuhan yang berada di Lamongan. HIdup bersama  orang orang  yang menurut ku hebat, sosok orang orang  inspirator yang telah mengajariku  tentang kesederhanaan , kebersamaan, dan toleransi berkehidupan. Dari situlah aq dapat membaca kehidupan dengan bebagai sisi dan darisana  lah ku  mulai merangkak mencari -cari  jati diriku yang sebenarnya, Siapakah aku?

Dalam nafas ada waktu, dalam waktu ada taqdir dan  tidak di tetapkanNYA suatu nafas manusia kecuali di tetapkaNYA taqdir didalam nya, dan takdir yang membawa ku hijrah dari pondok tercinta  guna memenuhi ke wajibanku sebagai mahasiswi semester 4 untuk mondok di Ponpesma , program mondok di kampus ku walau hanya  berdurasi 4 bulan tapi ku mencoba menikmati tiap detik, menit dan jam nya.

‘’Seorang santri hendaknya selalu menyibukkan diri dengan tuhanya’’ tutur ustad saat memberi pidato singkat ba’da sholat jama’ah. Ku cerna dalam dalam kalimat itu hingga aku terhanyut dan menengok perjalanan hidup ku di tahun sebelumnya. Ya, memang benar aku sudah hidup bersama orang alim kurang lebih selama 2 tahun tapi aku tak mengambil  peluang emas itu. Faktor ekonomi menuntutku untuk kerja sambil kuliah, waktu begitu kurang bagiku terlalu banyak mengurusi perkara perkara duniawi hingga aku lupa akan posisiku sebagai seorang santri yang seharuya menimba ilmu agama sebanyak banyaknya dari seorang pak yai dan bu nyai, sampai akhirnya aku pun muli lelah dengan semua itu. Tidak ada dalam nafas manusia kecuali ditetapkanya taqdir didalamnya, aku percaya semua itu merupakan adegan yang ku perankan atas unsur campur tangan allah di  perjalana hidupku. Ternyata kalimat itu bagai menyihir seluruh otakku yang  membuatku sadar akan  berfikir untuk memanfaatkan kesempatan emas dengan tidak menyiayiakan kesempatan mondok di Ponpesma. Aku yakin  moment seperti ini mustahil terulang lagi, jarum jam pun  tak akan berbalik arahnya  begitu pula dengan waktu. .Ramadhan kali ini jangan seperti tahun lalu, tekat ku dalam hati. Aku ingin mengukir dengan lembaran jiwa yang baru ,jiwa yang selalu bersyukur dan rindu akan tuhan nya. aku ingin mengisi pagi demi pagi di bulan ramadhan ini dengan belajar mengenal Allah dari mengenal diriku sendiri , ku konsep ramadhan ku kali ini dengan  bertaffakur atas nikmat  ku hapus pemikiran – pemikiran ku tentang   bagaimana nasibku di masa datang, yang terpenting aku mencoba melakukan yang terbaik sekarang , itu saja.

Waktu Fajar, Tett..tett…..saur,saur,…, suara santri membangunkan seluruh penghuni Ponpesma , memencet – mencet bel berulang kali dengan  sesuka hati dan juga sebagian berteriank sahur sahur dengan berbagai nada dan intonasi yang tak karuan sampai  akhirnya membuatku bangun dari tidur. Suara bel akan  kembali berdentang sebagai pertanda  jama’ah sholat subuh akan tiba,begitu seterusya  untuk mengawali semua aktifitas  di Ponpesma. Bel terdengar  nyaring di telinga,dan tak hanya sekali melainkan beberapa kali sampai santri turun memenuhi aula tuk sholat berjama’ah ataupun melakukan kegiatan lainya. Mungkin ini menjadi  bel terdahsyat yang pernah ku dengar seumur hidupku ,cetar. Seiring berjalanya waktu  aku pun mulai  terbiasa dengan bunyi bel yang tidak ada duanya itu,  satu lagi yang membuatku akan  teringat – ingat  yaitu anak tangga yang selalu menyapa  tiap pagi, sore dan  malam. Ya, kamar kami terletak di lantai 4 itulah sebabnya terkadang kaki aku merasa berat  untuk turun. Telinga, kaki  dan semua anggota tubuh kami butuh pembisaan dan paksaan untuk melangkah ,..kapan lagi aku harus memperbaiki diriku kalau buka sekarang.

Bisa mebuka mata di pagi ini merupakan nikmat yang luar biasa bagi ku.Suasana yang hening dan penuh kedamainan yang akan  selalu  rindukan, Aku yakin waku pagi adalah waktu penuh berkah, aku malu sama rasullullah jika aku masih pulas dari tidur. aku ingat betul seperti yang telah disabdakan rasullallah SAW yang berisi sebuah do’a untuk umatnya. Allahummah Baarikliummati Fi Bukhurika ‘’ya Allah Berkahilah Umatku Di Waktu Pagi’’  musyrifah sebutan ustadzah  di ponpesma yang  mendahuui shaf pertama mengucap  tampa lelah mengucap puja puji sambil menunggu para santri merapat untuk sholat shubuh berjama’ah.

Gedebug….gedebug….Gemuruh lankah kaki terdengar riuh saat santri menuruni anak tangga untuk jama’ah sholat subuh di lanjut dengan  kegiatan ta’lim di aula lantai dasar, ternyata .akhirnya  Kami yang hanya ada beberapa shof  sholat subuh telah  siap mendengarkan ustad kami membaca kan kitab Al Hikam.

‘’Bagai mana hati sesorang bisa bersinar jika gambaran gambaran dunia masih menempel di hati manusia, bagaimana seseorang bisa berjalan jika di belakang ada yang mengikat nya (hawa nafsu),  Bagaimana seseorang bisa bersanding dengan allah jika di penuhi dengan kelalaian dan bagaimana seseorang dapat melihat kelembutan allah jika dia belum berjinabat( bertaubat) kata kata itu kurekam dalam memori ingatan ku saat mengikuti ta’lim sa’at itu. Kurenungi kata itu satu persatu ternyata aku tersadar  Itulah gambaran hidupku di tahun lalu, akankah aku dapat meperbaiki hidipku di bulan ramadhan ini. aku bertanya Tanya pada diriku sudahkh aku mengenal tuhan?, selama itukah aku lalai akan sang pencipta  hingga aku tak menenemukan hakekat hidup yang sebenarnya.

sungguh beberapa pagi di bulan ramadhan ini aku  merasakan ketenangan batin yang belum kurasakan sebelumnya dan tahun tahun sebelumnya   kehadiran ramadhan kali ini beri wajah baru dalam perjalanan hidup yang selalu mencari jati diri ku yang sebenarnaya..’’siapakah aku? kemanakah aku ?’’

Alam raya pada hakekatya gelap dan menjadi nyata karna ada cahaya matahari, matahari pun tak bosan bosanya menyapa, semua tunduk dengan sang penguasa Azzawajall , nikmat apa  lagi yang ku  lupakan, dan dosa apa lagi yang akan  ku lakaukan di umur  yang tiap harinya selalu berkurang. Satu minggu puasa pertama di ponpesma telah usai dan  memasuki minggu kedua perasaan – perasaan aneh buncul di relung hatiku, datangnya kematian.

Munkin aku terlalu menghayati sebuah ceramah sigkat oleh ustad ba’da sholat jama’ah  dengan judul materi ‘’ RUJU’U ILAALLAH’’ kembali kepada allah. Setiap aku melangkah, beranjak sampai bangun dari tidur pun aku terbayang bayang akan kematian yang akan menimpa setiap umat manusia salah satunya aku sendiri. Aku melihat dua bala mataku di cermin membayangkan akan tertutup selamanya, aku melihat  jari jemariku membayangkan  yang akan mematung dengan tangan tertumpuk, dan membayangkan tubuhku terkujur dengan balutan selimut putih. Astaghfirullahhaladhim…

Selama beberapa hari perasaan itu memenuhi seluruh otakku yang membuat jasatku dan jiwaku selalu beristigfar akan segala dosa dan bertafakkur akan nafas yang telah di berikan selama ini. Lagi  lagi ta’lim  hari ini  membahas tentang kematian, yang membuat hatiku semakin berdebar debar..‘’Jika tubuh atau jasad sebagai penghalang kita bertemu AllAH ,mengapa banyank dari manusia takut dengan kematian?, pada dasarnya seseorang yang kembali kepada Allah itu nikmat tenang hidupnya terbebas dari segala macam maksiat’’. Aku mencermati kata kata itu sambil mengangguk anggukkan kepalaku seraya memperhatikan logat ustad yang begitu  yakinnya melontarkan kata kata itu. Oooo…aku pn mulai paham Berarti  Kembali itu indah, apalagi  kembali itu bertemu dengan sang penciptaa Allah ta’alah. Setelah seseorang   berusaha  mengenal NYA  dan kehidupnya  yang telah diselimuti  kelembutan kasih sayangNYA. Alangkah bahagianya hidup jika berada di sampingNYA,’’andaikan semua orang mengubah cita cita hidupnya dengan kembali kepada Allah SWT,sukses hidupnya’’ tambahan dari ustad ku. kata kata itu bagai merasuki jiwaku dan membuang perasaan – perasaan yang muncul sebelum  itu dan  sedikit demi sedikit  ku ubah menjadi fikiran positif  dan tindakan positif di hari hari berikutnya..

Nyanyian burung pipit kerap kali  menghibur dan menyapaku saat aku terbangun menjemput fajar .Detik, menit, bergerak begitu cepatnya, sampai tak tersa ramadhan akan  berlalu, ku amati coretan tanggal   kubuat sendiri menunjukkan tanggal 28 juli malam 24 bulan ramadhan. Malam terakhir sholat tarawih di aula ponpesma , Ta’lim terakhir, diniah terakhir  dan merupakan malam perpisahan karena esok ijin pulang sudah di buka.

Alhamdulillahirabbil alamin, malam ini aku masih di ijinkan oleh Allah tuk bernafas menghirup udara malam yang penuh dengan rahmad dan hidayah. Semilir angin dan  hawa dingin seolah olah menusuk samai tulang rusukku menambah syahdunya acara pada malam itu. Sholawat Fihubbi sayyidina Muhammad menutup acara pada malam ini , salam perpisahan, salam trimakasih dan salam ma’af saling berpautan di malam yang hening. Sunyi, sepi di keheningan malam, bertakarub dalam rahmad, bertaffakur atas nikmat, malam malam  yang selalu ku rindukan, Ponpesma.

‘’Seseorang dikatakan sudah menemuan jati dirinya apabila ia sudah menemukan ketenangan dalam kolbu nya’’…jawaban atas pertanyaan sipakah diriku, kemanakah aku sudah terjawab di malam ini tapi langkah ku tak berhenti sampai disini .aku terus membaca aku terus mencari, kebahagiaan yang haqiqi..

Oleh: Nurul Azizah

Dari: Lamongan, Jawa Timur

kontes cerita ramadhan emir


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *