Mengenang Peristiwa Serangan Masjidil Haram

Orang-orang bergembira karena sang penyelamat sudah datang. Orang-orang senang dan memekik Allahu Akbar,” ujar salah seorang jamaah. Juhayman al-Otaybi merupakan otak dari serangan yang dilancarkan di Masjidil Haram kala itu. Ia adalah pemimpin dari kaum Salafi, kelompok ultra-konservatif Muslim Sunni dari suku Arab Bedouin. Melalui semua pengeras suara yang ada di Masjidil Haram, mereka menyatakan bahwa Imam Mahdi ada di sana, ada di antara mereka.

Mohammed Abdullah al-Qahtani, yang merupakan ipar dari al-Otaybi muncul ke depan dan menyatakan dirinya sebagai Imam Mahdi. Kemudian Juhayman datang dan menyatakan kesetiaannya kepada Mohammed Abdullah al-Qahtani yang mengaku sebagai Imam Mahdi. Juhayman juga memerintahkan kepada kelompoknya untuk menutup Masjidil Haram dan menempatkan penembak jitu di menara Masjid untuk berperang melawan musuh-musuh Mahdi, termasuk pemerintah Arab Saudi.

Ketika polisi mendekati Masjid, para militan melepas tembakan dan korban jiwa mulai berjatuhan. Mark Hambley yang saat itu bertugas di Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Arab Saudi menuturkan pihak berwenang Arab Saudi menerapkan kebijakan ’black out’ berita atau melarang berita tentang peristiwa tersebut. Pemerintah Arab Saudi mengerahkan ribuan tentara dan pasukan khusus ke Mekkah untuk mengambil alih Masjidil Haram dari tangan kelompok militan. Pemerintah Arab Saudi juga diperkuat dengan kendaraan lapis baja dan pesawat tempur. Di saat yang sama, keluarga raja meminta persetujuan para pemuka agama untuk menggunakan kekerasan di dalam masjid. Sebagian masjid rusak dan jumlah korban mencapai ratusan jiwa.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *