Ketupat di Jalan Tengah Kota

Hari itu, aku terjaga dari tidur pada waktu subuh dengan semangat yang berbeda. Aku merasa senang, hari itu adalah hari pertama Ramadan. Bulan suci yang selalu dinanti oleh seluruh umat Muslim di seluruh dunia.

Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini aku tinggal di sebuah kota besar yang jauh dari keluargaku. Aku harus hidup mandiri di sini dan merayakan Ramadan tanpa keluarga. Namun, aku bersyukur karena ada teman-teman baik yang menemani aku.

Hari itu aku memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri jalan-jalan kota di siang hari untuk menikmati suasana Ramadan di kota besar ini. Aku melihat banyak warung-warung makanan yang menjual berbagai jenis makanan khas Ramadan.

Tiba-tiba, aku mendapat ide untuk mencari ketupat di sini. Aku sangat rindu dengan ketupat, makanan khas Ramadan yang selalu ada di meja makan keluargaku. Namun, aku ragu apakah bisa menemukannya di kota besar ini.

Aku berjalan-jalan di tengah kota sambil mencari warung makanan yang menjual ketupat. Namun, setelah beberapa waktu berjalan, aku belum menemukan satu pun. Aku mulai merasa putus asa dan memutuskan untuk pulang.

Saat itu, aku melihat seorang kakek tua yang sedang duduk di tepi jalan. Aku mendekatinya dan mengucapkan salam. Kakek itu tersenyum dan menyambutku dengan baik.

Ketika aku bertanya apakah ia tahu di mana aku bisa menemukan ketupat di sini, kakek itu menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa ia tidak tahu. Namun, ia memberiku sebuah kotak yang terbungkus rapih dan berkata, “Mungkin ini bisa membantumu.”

Aku membuka kotak itu dan melihat ada sepasang ketupat di dalamnya. Aku terkejut dan bertanya-tanya dari mana kakek itu bisa mendapatkannya.

Kakek itu hanya tersenyum dan berkata, “Aku memang tidak tahu di mana kamu bisa menemukan ketupat di sini, tapi aku tahu bagaimana rasanya merindukan makanan khas Ramadan. Semoga ketupat ini bisa mengobati kerinduanmu.”

Aku terharu dengan kebaikan kakek itu. Aku memutuskan untuk membuka ketupat itu dan memakannya di hadapannya. Rasanya enak dan membuatku semakin rindu pada keluargaku.

Setelah itu, aku memutuskan untuk pulang dan beristirahat. Namun, sebelum pergi, aku meminta nama dan alamat kakek itu. Aku ingin kembali lagi dan membawa beberapa makanan untuknya.

Hari itu, ketupat yang kukejar selama berjam-jam akhirnya kudapatkan dari seorang kakek yang baik hati. Aku tidak pernah berpikir bahwa sebuah ketupat bisa menjadi simbol kebaikan dan persahabatan.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *