Hikmah Di Bumi Pesantren

Hikmah Di Bumi Pesantren

Balqis Aksyazeehan Yasmeen, Yup, itu adalah nama pemberian orang tuaku. Namaku lumayan sulit, kan? Panggil saja Yasmeen. Namaku mempunyai arti yang indah sebagai doa orang tuaku agar kelak aku menjadi anak seperti arti namaku. Ayahku memberi nama Yasmeen yang berati “bunga melati”. Aksya yang berasal dari kata “Aksa” yang jika dalam bahasa Arab berarti yang paling jauh. Makna namaku bisa menjadi doa agar aku berpetualang jauh untuk mendapatkan banyak pengalaman berharga dalam hidupnya. Zehaan yang berasal dari kata “Jihan” berati kemegahan dan Balqis yang berati cantik.

Aku adalah anak dari salah seorang ustadz yang berpengaruh di desa. Ayahku sangat dihormati. Dia tidak pernah memarahiku jika aku salah. Dia hanya menceramahiku dan tidak menghukumku. Aku memanggilnya dengan panggilan “Abah”.

Anak bandel. Beginilah orang menjudge saya. Ya, mungkin karena sikapku yang tidak mencerminkan anak dari seorang ustadz. Dulu aku anak yang sombong, pemarah, dan bandel. Aku selalu membantah perintah kedua orang tuaku dan apapun nasehat nya selalu aku mentahkan karena tidak sesuai dengan keinginan orang tuaku. Tapi, sekarang sudah berubah 360° sejak aku memasuki pesantren.

Abah selalu melarangku melakukan hal-hal yang menyimpang agama, contohnya berpacaran. Namun, diam-diam aku berpacaran dengan salah satu kakak kelasku di sekolah. Hafidz namanya. Aku berpacaran dengannya sudah 8 bulan. Berawal dari Hafidz salah kirim chat aku di WhatsApp sehingga kita bisa kenal. Dia pikir aku adalah temannya. Dari situlah dia selalu memberikan perhatian kecil padaku. Contohnya nih, bertanya apakah aku sudah makan atau belum.

Lama-lama, aku mulai suka dan menaruh rasa kepadanya. Hafidz itu baik dan perhatian. Dialah orang yang selalu aku cari saat ada masalah. Dia selalu memberikan saran yang baik dan selalu ada saat aku membutuhkan teman curhat. Kami selalu diam-diam jika ingin pergi bertemu. Sebab, jika Abah tahu pasti akan marah dan menghukumku.

Saat itu cuaca sangat cerah, aku akan pergi bersama Hafidz pada sore hari secara diam-diam. Aku berkata kepada kedua orang tuaku bahwa aku akan pergi untuk kerja kelompok bersama teman-temanku. Kami selalu janjian bertemu di dekat pasar, kemudian aku dibonceng oleh Hafidz. Aku sangat senang. Kami selalu bercerita tentang banyak hal yang kuta lakukan setiap hari. Kami pun selalu mampir ke salah satu kedai di pasar untuk membeli mi ayam. Tanpa aku sadari, saat membeli mi, ternyata karyawan di kedai mie ayam tersebut adalah salah seorang tetanggaku. Namanya Sri. Aku memang tidak pernah bertemu dia karena aku jarang keluar rumah. Tapi, Sri tahu dan sangat mengenaliku karena aku adalah anak seorang ustad terpandang di desaku.

Keesokan harinya, saat ibuku membeli sayur, beliau bertemu dengan tetanggaku itu. Sri menanyai ibuku.
“ Jeng, Yasmeen apa punya pacar? Kemarin aku lihat Yasmeen keluar sama laki-laki.”
“Engga jeng, Yasmeen kemarin kerja kelompok sama teman nya.” sahut Ibuku
“Oalah berarti aku kemarin salah lihat, kemarin mirip banget sama Yasmeen.” jawab Mbok Sri.
Sesampainya di rumah, Ibuku masih penasaran apakah yang ditemui Mbok Sri adalah aku dan akhirnya Ibu bercerita kepada Abah tentang apa yang dia alami hari ini.
“Abah, tadi waktu ibu beli sayur, ibu bertemu Mbok Sri Dia bertanya tentang Yasmeen.”
“Memang tanya apa bu?” jawab Abah.
“Mbok Sri bercerita, dia kemarin melihat Yasmeen sedang bergoncengan bersama seorang lelaki.” sahut Ibu.
“Yasudah nanti Abah akan tanyakan kepada Yasmeen.” jawab Abah.
Aku pulang sekolah pada pukul 16.00. Ketika sampai di rumah, Abah sudah menungguku di ruang tamu. Setelah mengucapkan salam dan hendak menuju ke kamar, Abah langsung memanggilku.
“Nduk!!” panggil Abah.
“Kamu ke sini sebentar.” panggil Abah.
“Nggeh Bah, ada apa?” sahutku.
“Kemarin kamu dari mana saja nduk?” tanya Abah.
“Yasmeen kan kemarin sudah bilang, kerja kelompok bersama teman-teman.” sahutku.
“Tadi Ibumu membeli sayur dan bertemu dengan Mbok Sri tetangga kita, Kata mbok Sri kemarin dia melihat kamu bergoncengan dengan seorang lelaki. Apakah itu benar?” tanya Abah.
“Engga Abah, kemarin Yasmeen kerja kelompok.” jawabku dengan sedikit panik dan suara yang bergetar.
“Kenapa kamu terlihat ketakutan? Kamu berbohong?” tanya Abah.
“E-eeeengga, aku sudah berkata jujur.” jawabku.
Abah terlihat ragu dan tidak mempercayai ku, Abah lalu berkata,
“Abah mau lihat Hp kamu, mana HP-nya?” pinta Abah dengan nada tinggi.
“Untuk apa? Abah gaperlu buka-buka HP-ku.” saat itu aku sudah sangat ketakutan.
“Abah mau lihat isi HP kamu, kasih HP-mu ke Abah sekarang.” Abah berkata dengan nada tinggi lagi.
“Yasudah Yasmeen Ambil sebentar Bah.” jawabku.
Sebelum memberikan HP kepada Abah, aku mulai membuka HP-ku dan ingin menghapus chat-ku dengan Hafidz. Belum sempat aku hapus, Abah sudah mengambil HP-ku dan mulai membuka seluruh aplikasi yang aku punya.
“Siapa ini nduk? Hafidz itu siapa?”, tanya Abah.
“Dia cuma temen Yasmeen”, aku berbohong kepada Abah.
“Temen ga semesra itu nduk.”, jawab Abah.

Aku hanya terdiam tanpa mengucap sepatah katapun. Setelah membaca semua chatku dengan Hafidz, Abah mulai bertanya dengan nada tinggi lagi kepadaku.
“Jawab abah dengan jujur, kamu sudah berapa lama ber pacaran dengan Hafidz?” tanya Abah.
“Sudah 8 bulan Bah” aku menjawab dengan gemetar.
“Abah kecewa sama kamu, fikir abah kamu sudah dewasa dan kamu bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Tapi ternyata abah salah, kamu belum faham tentang semua itu.” Abah terlihat sangat kecewa denganku.
“Maaf Bah, Yasmeen janji tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi.” aku meyakinkan abah agar abah tidak marah kepada ku.
“Untuk sementara hp kamu abah sita, kalau mau menghubungi temanmu bisa lewat laptop.” ucap Abah.
“Iya Abah.” jawabku.

Aku tidak terlihat panik karena WhatsApp ku sudah terkait pada laptop sejak kemarin.
Setelah Abah pergi, aku langsung menuju ke kamar dan membuka laptop yang berada di meja belajar. Aku membuka laptop dan mengirim pesan kepada Hafidz, aku menceritakan semua kejadian ini kepada nya. Setelah Hafidz membaca semua pesanku dia mulai ragu untuk melanjutkan hubungan ini, karena jika terus dilanjutkan akan berdampak buruk bagiku. Hafidz ingin mengakhiri saja hubungan ini, tapi disisi lain aku juga masih mempunyai perasaan kepada nya. Aku meyakinkan Hafidz bahwa jika hubungan ini dilanjutkan tidak akan ada masalah apapun.

“Kita bisa chatan diam diam, abah tidak akan tau” aku mengirim pesan tersebut kepada Hafidz.
Akhirnya, Hafidz setuju untuk melanjutkan hubungan ini secara diam diam.

Jam menunjukkan pukul 23.15, tanpa aku sadari aku mulai tertidur dengan posisi laptop yang masih menyala dan juga masih membuka chatku dengan Hafidz. Ibu masih terjaga sejak tadi karena memikirkan ku, Ibu takut bahwa nanti aku akan semakin nakal. Ibu mulai menenangkan fikiran nya dan berniat ke kamar mandi untuk buang air kecil lalu tidur. Ketika Ibu melewati kamarku, Ibu mendapati ku dalam keadaan tertidur dengan posisi laptop yang masih menyala. Ibu kaget bukan main setelah melihat bahwa aku masih mencoba untuk menghubungi Hafidz dan masih melanjutkan hubungan ku dengan nya. Ibu membangunkan ku dengan penuh amarah.

“Kenapa masih dilanjutkan?” tanya Ibu.

Aku yang baru terbangun dari tidur langsung panik karena Ibu mengetahui bahwa aku masih berhubungan dengan Hafidz. Ibu membangunkan Abah yang daritadi sudah tertidur pulas, ibu dan Abah memerintahkan ku untuk pergi ke ruang tamu.

Saat sudah di ruang tamu, Ibu sudah menangis sesenggukan karena sangat kecewa kepada ku dan Abah langsung memasang raut wajah marah.

“Apa maksud kamu ini? kamu masih berani menghubungi Hafidz?” tanya Abah dengan nada tinggi.
“Yasmeen masih sayang kepada Hafidz, Yasmeen masih ingin bersama Hafidz.” Sautku tanpa memikirkan perasaan Abah dan Ibu.

Abah dan Ibu langsung kaget setelah mendengar jawabanku, mereka tidak menyangka bahwa aku akan berbuat seperti ini.

“KAMU LEBIH SAYANG PACARMU DARIPADA ORANGTUAMU?!.” tanya Abah dengan penuh amarah.
“Yasmeen lebih sayang abah dan Ibu, tapi Yasmeen juga sayang Hafidz.” Jawab Yasmeen
“Abah tidak menyangka kamu bisa berkata seperti itu, kalau kamu memang sayang kedua orangtuamu kamu tidak akan menyeret kami ke dalam neraka.” amarah Abah.

Aku hanya bisa terdiam tanpa mengucap sepatah kata pun.
Abah sudah membuat keputusan, mulai minggu depan tepat 1 Ramadhan Yasmeen akan Abah masukkan ke pesantren, sepertinya Abah tidak bisa mendidik Yasmeen dengan benar dan jika Yasmeen abah biarkan seperti ini, akan berdampak buruk bagi Yasmeen.

“Yasmeen gamau dimasukkan ke pesantren, Yasmeen masih mau bebas dan bisa bermain sepuasnya dengan teman-teman Yasmeen.” aku membantah perintah abah karena tidak mau di masukkan kedalam pesantren.
“Keputusan Abah sudah bulat, kamu tidak bisa membantah perintah Abah.”
“Yasmeen janji tidak akan mengulangi, Yasmeen tidak akan mengingkari janji.” aku membujuk abah, agar abah merubah keputusanya.
“Abah sudah tidak percaya dengan janji kamu, ini semua demi kebaikan dirimu sendiri.” ucap Abah.

Aku hanya bisa pasrah dan menuruti keputusan Abah.
Besoknya, aku datang ke sekolah bersama Abah dan meminta surat untuk pindah, setelah itu aku berpamitan dengan semua teman temanku di sekolah.

Setelahnya, aku dan Abah mencari pondok yang cocok denganku lalu Abah mengisi formulir pendaftaran pondok dan setelah itu aku pulang ke rumah bersama Abah. Saat sampai dirumah, aku tidak bisa menahan air mata ku, aku menangis sejadi jadinya di kamar karena aku tidak mau masuk ke dalam pesantren. Abah yang mengetahui aku menangis langsung menemuiku.

“Kenapa nangis nduk?.” tanya Abah.
“Aku gamau masuk pesantren, aku belum siap dengan kehidupan di pesantren.” aku menjawab dengan menangis sesenggukan.
“Abah sebenarnya tidak tega melihatmu menangis seperti ini nduk, tapi ini demi kebaikanmu, abah mau kamu menjadi anak yang berbakti kepada orang tua nanti pasti lama kelamaan kamu akan menerima kehidupan mu di pesantren.” abah menasehati ku dan mulai menenangkan ku.
“Iya abah.”
Setelah abah menasehati ku, Abah langsung pergi.

Hari ini tanggal 1 Ramahan, dimana tepat Yasmeen masuk Pesantren, Abah dan Ibu harus merelakan Yasmen masuk Pesantren agar perilaku nya tertata. Yasmeen datang ke pesantren sebelum isya’.

Setelah Yasmeen berpamitan dengan Abah dan Ibu, Yasmeen dibimbing masuk ke kamar oleh kakak kakak pondok.

Adeeva Zahra Shakuva biasa dipanggil Diva. Dia adalah seorang santri yang pertama mengajakku kenalan. Aku tidak mau berkenalan dengannya karena sifatnya yang sok asik dan cerewet. Tapi lama kelamaan aku luluh dengannya. Dia menjadi ku sejak aku memasuki pesantren dan dia adalah teman pertama ku di pesantren. Dulu, aku sangat tidak suka dengan Diva karena Diva selalu menceramahi ku tentang banyak hal, tapi sekarang Diva adalah teman terbaikku.
“Diva ini ada anak baru, kamu kenalan sini sama anaknya.” ucap kakak pondok.
“Iya kak siap.” jawab Diva.
Lalu kakak-kakak pondok pergi meninggalkan kamar Yasmeen.
“Haloo, namaku Diva nama kamu siapa?.”
“Namaku Yasmeen.”
“Halo Yasmeen, salam kenal yaa semoga kita bisa berteman baik.”
“Iya.” jawab Yasmeen singkat.

Setelah itu Diva dan Yasmeen diperintahkan oleh kakak-kakak pondok untuk melaksanakan shalat isya dan shalat tarawih.

Belum sehari berada di pesantren, Yasmeen sudah membuat ulah ia hanya melaksanakan shalat tarawih beberapa rakaat saja, Diva yang mengetahui hal tersebut langsung menegur Yasmeen
“Yasmeen kamu mau kemana? Shalat tarawih dulu ya baru keluar.” perintah Diva
“Shalat lama banget, males mau tidur aja di kamar.” Jawab Yasmeen.
“Astaghfirullah, nanti kalau ada yang lapor ke kakak pengurus kamu bisa kena hukum.” Kesal Diva.
“Yaudah gausah lapor biar aku ga dihukum, gitu aja ribet.” jawab diva dengan kesal.
“Kamu mau shalat tarawih atau aku laporin ke kakak pengurus?.” ancam Diva.
“Iya iya aku shalat nih.” Pasrah Yasmeen..

Setelah shalat tarawih, dilanjut dengan mengaji kitab kuning di masjid.
Sebelum mengaji, ibu nyai memerintahkan Yasmeen untuk maju kedepan dan memperkenalkan diri di depan santriwati.

“Halo..!” sapa Yasmeen..
“Alangkah baik di awali salam” saut Ibu Nyai
“Baik bu.” Jawab Yasmeen.
“Assalamu’alaikum wr.wb perkenalkan nama saya Balqis Akshsyazeehan Yasmeen dan saya berasal dari Yogyakarta.”
“Kenapa kamu memasuki pesantren?.” tanya salah satu santri.
“Karena dipaksa kedua orangtua.” jawabku dengan ketus.
“Baik terimakasih, kamu bisa kembali ke tempat.”

Saat kembali ke tempat duduk, Yasmeen di berikan tatapan yang tidak enak oleh para santri, mungkin karena tutur katanya yang kurang sopan tadi. Mengaji kitab kuning selesai pada pukul 00.00 dini hari.

Setelah Ibu Nyai menutup kegiatan, Yasmeen langsung menuju ke kamar karena sudah sangat mengantuk. Yasmeen langsung tidur di kamar bersama teman-teman nya. Yasmeen dibangunkan pada jam 3 pagi untuk sahur dan shalat malam.
Yasmeen sahur dengan posisi setengah sadar karena ia masih sangat mengantuk.
“Yasmeen cuci muka dulu agar tidak mengantuk.” kata teman sekamar Yasmeen.
Yasmeen langsung menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan mencuci muka.

Setelah itu, Yasmeen menuju ruang makan untuk sahur.
Yasmeen yang tidak terbiasa dengan makanan yang sederhana pun mencela makanan yang disediakan untuk sahur.
“Makanan apa ini rasanya tidak enak” cela Yasmeen
“Heh..tidak boleh kita mencela makanan, Alhamdulillah kita masih bisa sahur dan masih diberi kesempatan untuk makan.” Ucap teman satu kamarnya
“Apaansih kan emang kenyataan, makanan ini gaenak.” Jawab Yasmeen tidak terima.
“Astaghfirullah Yasmeen, makan saja seadanya tidak perlu protes. Kamu kan tidak memasaknya, tinggal makan saja repot.” tegur Diva.

Yasmeen langsung memakan nya dan tak menjawab sepatah kata pun. Setelah sahur, Yasmeen ingin melanjutkan tidur lagi namun ditegur oleh Diva.
“Loh jangan tidur dulu..kita sholat malam dulu “ ucap Diva dengan halus
“Apasih kamu! Ga usah ngurusi hidupku urusi saja hudupmu” jawab ku dengan sewot sambil kulanjutkan tidur
“Astagfirullah min istighfar” jawab Diva dengan pasrah.
Yasmeen tidak menjawab satu kata pun dan ternyata dia sudah tertidur lelap.
“ BANGUN BANGUN SHOLAT MALAM” teriak kakak kakak pondok membangunkan santri yang masih tidur.
“BANGUNN KAMU SANTRI BARUU!” teriak kaka pondok di dekat Yasmeen.
“Apasih Div berisik kamu” jawab Yasmeen tanpa sadar
“Bangun atau saya siram kamu” ancam kakak pengurus
“Berisik “ sahut Yasmeen
“Ooo.. gitu yaa awas aja kamu” ucap lirih kaka pondok, dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membawakan segayung air untuk menyiram Yasmeen.
“Nah gitu deh.. berisik aja dari tadi” ucap Yasmeen setelah kaka pondok pergi, ia mengira bahwa kaka pondok itu tidak kembali dan melanjutkan tidurnya.
BYURRRR…
air membasahi tubuh Yasmeen dan kasurnya
“ARGHHHHH.. APASIH DIV!” jawab Yasmeen dengan marah dan masih setengah sadar
“Apa? apa kamu? Diva ga ada disini” maraha kaka pengurus

Yasmeen kaget melihatnya, ternyata kaka pondok bukan Diva dan langsung meminta maaf.

“Maaf ka..maaf” Yasmeen meminta maaf kepada kakak pengurus
“Ya.. langsung ambil wudhu sana! Dan ikut sholat malam” perintah kakak pengurus
“Yaa kaaa ” ucap Yasmeen sudah malas.

Setelah itu Yasmeen langsung mengganti pakaiannya yang basah tadi dan ambil wudhu dan sholat malam.

Namun, saat sholat malam Yasmeen malah tertidur lagi. Ia tertidur sampai sholat shubuh , ia sudah dibangunkan berkali kali namun susah sekali, alhasil setelah sholat shubuh ia terkena hukuman bersama santri-santri lainya yang tidak mengikuti shalat malam dan sholat shubuh. Mereka dihukum berdiri di depan masjid sambil membaca sholawat nariyah sebanyak 21 kali sambil mengalungkan kardus yang bertuliskan “Saya tidak melaksanakan sholat shubuh”. Karena hal itu lah Yasmeen merasa malu dan sangat kesal dengan kakak pengurus seharian.
Setelah sholat dhuhur dilanjut dengan mengaji kitab, wajah Yasmeen terlihat sangat kesal dan akhirnya Diva memberanikan diri untuk bertanya.
“Kenapa kamu min?” tanya Diva.
“Masih kesal sama kakak pengurus tadi.” Jawab Yasmeen
“Oalah yang tadi, kan tadi sudah aku bangunkan tapi bukanya bangun malah marah marah” ucap Diva
“Kamu kok ga bilang sih kalau bakal ada hukuman nya.”protes Diva
“Takziran namanya min.” jawab Diva
“lshh…pokoknya itu” jawab Yasmeen
“Setiap pondok itu pasti ada takziran untuk santri nya yang bandel, tapi takzirannya berbeda-beda, takziran di adakan biar santri nya kapok dan tidak melakukan lagi, kita sebagai manusia juga tidak boleh membenci kakak pengurus, karena kan kita juga yang salah.” Diva menasehati Yasmeen.
“Ya..ya aku malas mendengar nasehatmu yang panjang lebar kayak gitu.” sahut Yasmeen yang sudah sangan malas dengan Diva.

Setelah mengaji akan dilanjut dengan mandi. Saat mandi, antrian nya sangat panjang, dan saat giliran Yasmeen baru sikat gigi sudah digedor santri lain.

“WOYYY CEPETAN!!”teriak santri lain dari luar.
“SABAR KEK, ORANG MASIH SIKAT GIGI“ sahut Yasmeen dari dalam kamar mandi.
Pintu terus digedor oleh santri lain sampai Yasmeen selesai mandi.
“Kamu itu mandi apa bertapa kok lama banget” sindir para santri lain.
“Apaansih, aku mandi lama kan biar bersih.” sahut Yasmeen dengan kesal.

Setelah kegiatan mandi selesai dan dilanjutkan dengan sholat ashar berjamaah di masjid lalu mengaji hingga mendekati adzan magrib dan dilanjutkan dengan berbuka bersama.

ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR… (suara adzan masjid utama pesantren).
“Alhamdulillah.. Allahumma laka sumtu wa bika amantu wa ala risikika aftortu birahmatika yaarhama rohiminn” ucap semua santri yang sedang berkumpul di depan kamar untuk berbuka.
“Disini makan serba satu piring gitu?.” tanya Yasmeen penasaran.
“Piring? leser kali?” jawab santri lainya.
“Jangan bilang kamu ga tau leser?” saut santri lainya
“Ya emang gatau.” jawab Yasmeen
“Terus kamu itu hidup di belahan dunia mana kok ga tau leser min?” tanya Diva
“Au ah gapeduli, udah laper mau langsung makan aja.” jawab Yasmeen.

Tanpa berfikir panjang semua santri langsung memakan makanan tersebut.
Setelah berbuka bersama dilanjutkan dengan shalat maghrib berjamaah di masjid. Setelah itu dilanjut dengan tadarus bersama hingga adzan isya.

Adzan isya berkumandang, semua santriwati bergegas menuju tempat wudhu dan bersiap menuju ke masjid untuk melaksanakan sholat isya dan tarawih berjamaah.
Saat hendak menuju ke aula, lagi lagi Yasmeen terkena teguran oleh kaka pondok.

“Dek, kamu ga punya mukena terusan ya?.” tanya Kakak pengurus
“Gapunya kak.” jawab Yasmeen.
“Beli ya dek, di koperasi ada. Disini semua santri wajib memakai mukena terusan ya dek, jangan lupa beli ciput, siwak sama tasbih ya itu wajib kalo ga nanti kamu kena takzir” nasehat kakak itu.
“Iya kak, aku mau izin ke orang tua buat telpon suruh ngirim uang bisa kak?.” tanya Yasmeen
“Bisa, kamu langsung aja ke kamar pengurus setelah sholat tarawih.” Jawab kakak itu.
“Oh iya kak.” Saut Yasmeen.
“Ayo ke masjid sekarang.” Ajak kakak itu.
“Baik banget kakak nya gak kayak yang kemarin udah judes, marah marah mulu lagi” batin Yasmeen.

Saat sudah sampai di masjid, Yasmeen duduk di samping Diva dan bercerita bahwa ia bertemu kaka pondok yang baik, halus dan cantik. Diva penasaran siapa kakak pengurus yang di maksud oleh Yasmeen, karena seingat Diva semua kakak pengurus di pondok ini judes judes.

“Orang nya gimana? Ciri-ciri?.” tanya Diva penasaran
“Cantik, adem, kalau biacara halus banget” jawab Diva.
“Jangan jangan ning nya” saut Diva.
“Ha? ning?” tanya Yasmeen.
“Ning itu putri nya kyai, namanya ning Nawal sama ning Ara” jawab Diva.
“Oalah, mungkin sih” saut Yasmeen.
“Tau nggak sih Min” tanya Diva.
“Ga.” jawab Yasmeen singkat.
“Ning Nawal itu pintar banget tau, sering juara nasional. Sekarang lagi mondok di Tarim. Beliau itu idola semua santri” ucap Diva.

Selesai sholat tarawih, Diva dan Yasmeen sepulang dari masjid, Diva menunjukkan pada Yasmeen apakah itu yang ia temuinya tadi.
“Itu bukan yang sama kamu tadi?.” Tanya Diva.
“Iya, adem banget Masyaallah.” Jawab Yasmeen.
“Oalah itu, itu ning Nawal. Masyaallah banget sih emangan” puji Diva.

Saat sudah sampai di kamar, mereka bersiap untuk mengaji. Namun berbeda dengan Yasmeen ia langsung keluar untuk menuju ke kamar pengurus.

“Minimal kalo mau keluar izin sama salam dulu” teriak santri sekamar Yasmeen.
“Apasih sok asik” ucap Yasmeen.
Saat Yasmeen sudah sampai kantor pengurus, Yasmeen masuk tanpa mengucapkan salam.
“Waalaikumssalam.” sindir kakak pengurus yang berada dalam kantor.
“Assalamualaikum.” jawab Yasmeen.
“Ribet, masuk aja harus salam.” batin Yasmeen.
“Kenapa?.” sahut ketus kakak pengurus.
“Mau pulang? apa sakit? apa izin?” tanya kakak pengurus
“Judes amat “ lirih Yasmeen
“Ha? Bilang apa kamu?” sahut sewot kakak pengurus
“Engga kak, cuma mau telfon orang tua” jawab Yasmeen
“Nama mu siapa?” tanya kakak pengurus.
“Yasmeen” jawab Yasmeen.
“Nama lengkap dek” tanya kakak pengurus
“Balqis Aksyazeehan Yasmeen” jawab diva
“Pake kartu aja, mana kartu kamu!” pinta Kakak pengurus.
“Ga kak.” Jawab Yasmeen
“Kamu belum punya kartu?.” Tanya kakak pengurus.
“Belum kak.” Jawab Yasmeen.
“Santri baru?.“ tanya Kakak pengurus.
“Iya kak.” Jawab Yasmeen.
“Yaudah Eja nama kamu dong.” Kakak pengurus.
“Balqis nya pake Q, Aksyazeehan nya A K S Y A Z E E H A N Yasmeen nya pake E, E nya dua” rinci Yasmeen.
“Oalah, ini hp nya disini aja tapi” suruh Kakak pengurus.
“Ribet.” Jawab Yasmeen dengan lirih.
“Ekhmmmm” sindir Kakak pengurus.

Yasmeen pun mengambil handphone dan menelpon orangtua nya
“Bahh?.”panggil Yasmeen
“Salam dulu” jawab Abah.
“Assalamualaikum bah” salam Yasmeen.
“Waalaikum salam nduk, ada apa?” jawab Abah .
“Yasmeen mau minta uang.” Pinta Yasmeen.
“Buat?.” tanya Abah .
“Beli mukena terusan, siwak, ciput dan tasbih.” rinci Yasmeen .
“Abah mau beliin asal kamu mau berubah.” minta Abah.
“Yaa bahh.” Jawab Yasmeen.
“Nanti abah transfer ke pengurus kamu.” Jawab Abah atas permintaan Yasmeen .
“Okee sayang abah banyak banyak.” ucap Yasmeen.
“Yaa, Assalamualaikum “ pamit Yasmeen .
“Waalaikumssalam bah.” Jawab Abahm

Setelah sambungan telfon berakhir Yasmeen segera keluar dan mengambil kitab di kamarnya.

Saat mengaji Bu Nyai Berkata, Kata Habib Salim Assyati “Tidak Perlu Keluar Rumah untuk mencari wali Allah, ia ada di rumahmu, ialah kedua orang tua mu, jangan sia sia kan mereka” karena itu kita harus menghormati orang tua apa lagi surga ada di bawah telapak kaki ibu, Ridha Allah tergantung Ridha Orang tuamu.”
Saat itu Yasmeen merasa tersindir oleh perkataan Bu nyai. Ia sedikit tersadar selama ini ia belum berbakti kepada orang tua nya, Yasmeen hanya membuat masalah, masalah dan masalah.

Saat kembali ke kamar bersama Diva, Yasmeen dan santri lainya bersimpangan dengan laki laki yang hendak masuk kedalam rumah Kyai, rumah kyai terletak di depan pondok putri dan seketika santriwati heboh.
“Masyaallah”
“Subhanallah calon suamikuu”
“Guss saya ngefans sama guss”

Kira kira begitulah teriakan santriwati.

Yasmeen yang sedang kebingungan karena mendengar panggilan “Gus” karena tidak familiar di telinga Yasmeen.

“Ha? Gus? Maksudnya Agus gitu?” heran Yasmeen.
“Astagfirullah, Gus itu panggilan buat putra kyai” jawab Diva.
“Oalah.. lumayan cuyy ganteng” puji Yasmeen.
“Emang sih, siapa sih yang gamau mau jadi jodohnya” jawab Diva.
“Itu namanya Gus Kinan, Baru aja lulus Pondok. Spesialnya lagi khatam Alfiyah Ibnu Malik sama 30 juz, Gus Kinan itu adem banget, apalagi kalo bicara beuhhh halus banget, pokok nya semua keluarga ndalem itu idola.” Ucap Diva
“MasyaAllah” puji Yasmeen

Setelah perbincangan sedikit itu tadi, Yasmeen dan Diva kembali ke kamar dan segera bersiap untuk tidur. Hari ini Yasmeen sudah tidak telat lagi karena ia tidak ingin disiram dengan air oleh kaka pengurus.

Seperti biasa, setelah sahur dan sholat malam lalu sholat shubuh dan setelah itu dimulai lah kegiatan santri mengaji yang di tandai dengan suara kentongan.

Saat mengaji shubuh dan di isi oleh ning Nawal, ia berkata “Melaksanakan sholat qobliyah subuh disebut lebih baik daripada dunia dan seisinya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi,
????????? ????????? ?????? ???? ?????????? ????? ??????
Artinya: “Dua rakaat fajar (sholat sunnah qobliyah subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR Muslim)”

“Ning izin bertanya.” ucap salah satu santri.
“Iya silahkan mbak, mau bertanya apa?” jawab ning Nawal.
“Kalau sholat qabliyah subuh dapet dunia dan se isinya apakah itu termasuk gus Kinan?” Gus kinan adalah kakak dari Ning Nawal.
“Ya tidak seperti itu mbak, perbaiki dulu dirimu insyaallah nanti dapat yang spek nya gus Kinan” nasehat ning Nawal.
“Ning cara jadi jodoh gus Kinan gimana?“ sahut Yasmeen
“Astaghfirullah heh min” sahut Diva
“Silahkan tanya mas Kinan langsung” jawab ning Nawal
“Berati nanti boleh ke rumah kyai buat ketemu gus Kinan?” tanya Diva.
“Yaa tidak boleh, nanti kamu kena takzir karena bertemu ikhwan dan sebutan rumah kyai itu ndalem ya”
“Ikhwan? Apa itu?.” Tanya Yasmeen
“Ikhwan itu laki laki Yasmeen.” Jawab Ning Nawal
“Oalah gitu.” Jawab Yasmeen
“Huuuuuu.” seru santriwati
“Hehe iya ning, maaf dan terimakasih ya.” jawab Diva
“Iya gapapa, kamu santri baru kemarin kan? “ tanya Ning Nawal
“Iyaa”. jawab Yasmeen.
“Yasudah mari kita tutup ngaji shubuh ini dengan al fatihah… Assalamualaikum wr.wb” tutup Ning Nawal.
“Waalaikumsalam wr wb” ucap semua santri.
Setelah itu Yasmeen langsung pergi.

“Mau pergi kemana kamu? “ tanya Diva sambil memegang tangan Yasmeen yang sudah berdiri.
“Kembali ke kamar lah” jawab Yasmeen
“Heh duduk lagi, disini adab nya kalau gurunya belum pergi kita dilarang pergi dulu, jadi kalo gurunya sudah pergi baru kita bisa pergi ke kamar.” Nasehat Diva
“Iyaaa iyaaa.” jawab Yasmeen yang sudah malas dengan ceramah Diva setiap hari.

Setelah Ning Nawal pergi dan semua santri juga sudah kembali ke kamar masing-masing, Yasmeen langsung merebahkan dirinya ke kasur.
“Akhirnya bisa tidur, ngantuk banget habis ngaji.” ucap Yasmeen.
“Yasmeen ayo cuci baju terus mandi dulu, jangan langsung tidur gaboleh males.” Diva meminta Yasmeen untuk mencuci baju dan mandi.
“Nanti aja, masih ngantuk ini.” jawab Yasmeen.
“Ya Allah Yasmeen, yaudah cuci bajunya sore aja, tapi sekarang kamu harus mandi.” pinta Diva.
“Iya-iya bentar lagii.” jawab Yasmeen dengan nada tinggi.
“Sekarang, kalau kamu tunda nanti malah ga bisa mandi min. Kamu mau bau seharian?.” tanya Diva.
“Ya gak mau, ini aku udah mau mandi.” jawab Yasmeen.
“Yaudah sana cepetan ke kamar mandi, aku mau cuci baju dulu.” kata Diva.
“Iyaaaa Divaaa.”, Yasmeen sudah sangat jengkel dengan Diva.

Yasmeen sudah bersiap untuk mandi. Dia sudah membawa baju ganti dan peralatan mandi. Ketika Yasmeen antri, dia berkata kepada temanya.
“Setelah kamu, nanti aku yaa.” kata Yasmeen.
“Iyaa min.” jawab teman didepanya.
“Aku tinggal bentar, mau rebahan dulu nanti kesini lagi.” Izin Yasmeen.
“Ya terserah.” jawab teman di depanya.
Tanpa pikir panjang, Yasmeen langsung menuju ke kamar untuk merebahkan dirinya dan peralatan mandinya di biarkan di depan kamar mandi. Yasmeen hanya merebahkan dirinya sebentar.
Ketika Yasmeen kembali ke kamar mandi, dia kaget dan kesal karena antrianya sudah diambil salah seorang santri.
“Heh kamu siapa? Aku sudah titip antrean dari tadi di sini.”, tanya Yasmeen dengan kesal.
“Salah siapa kamu pergi, yaudah aku tempati aja. Makanya, jangan rebahan terus dong jangan males.”, jawab santri yang sudah menempati antreannya.

Yasmeen pun kesal. Dengan nada tinggi dia meluapkan kemarahannya sambil mengomeli temannya tersebut.
“Aku udah bilang tadi aku antri di sini. Nih lihat baju sama peralatan mandiku juga di sini, jangan seenaknya gitu dong.” kesal Yasmeen.
“Bodo Amat, kan tadi kamu gaada.” sahut santri tersebut dengan nada mengejek.
“BUDAYAKAN ANTRI.” bentak Yasmeen.
“Biasa aja, gausah emosi. Lain kali jangan ditinggal min.” jawab santri tersebut.
Yasmeen yang tidak terima langsung mencaci maki santri tersebut dan akhirnya terjadilah kerusuhan di kamar mandi.
Salah satu pengurus mengetahui keributan tersebut. Dia langsung menuju ke kamar mandi dan melerai perkelahian mereka berdua.
“Ada apa ini? Kenapa ribut-ribut?.” tanya kakak pengurus.
“Ini nih, dia mengambil antreanku. Aku sudah antre di sini, buktinya baju sama peralatan mandiku sudah aku siapkan dari tadi.” jawab Yasmeen.
“Salah kamu sendiri, bukannya nunggu antrean malah ditinggal pergi ke kamar.” jawab santri tersebut.
“Aku sudah titip antrean tadi.” jawab Yasmeen dengan jengkel.
“Dasar santri baru, kamu percaya kalau temenmu bakal nunggu antreanmu?.” tanya santri tersebut.
“Iyalah aku percaya.” jawab Yasmeen.
“Jangan percaya, dia juga gamau nungguin antreanmu.” jawab santri itu.
“Sudah-sudah jangan berdebat di sini. Tadi yang antre duluan Yasmeen kan? Berarti Yasmeen yang mandi duluan.” sahut kakak pengurus yang melerai mereka berdua.
“Yaudah, tapi lain kali kalau antre jangan ditinggal.” jawab santri itu.
“Sekarang kalian berdua saling minta maaf.” pinta kakak pengurus.
“Maaf ya, tadi aku udah marah ke kamu.” kata Yasmeen.
“Iya, aku juga minta maaf karena menyela antreanmu.” jawab santri itu.
Akhirnya Yasmeen mandi duluan dan kakak pengurus pergi meninggalkan mereka berdua.

Siang harinya, Yasmeen mendapat panggilan dari kantor pengurus.
“Panggilan kepada santri yang bernama Balqis Aksyazeehan Yasmeen. Segera menuju ke kantor pengurus sekarang juga karena mendapat kiriman dari orang tua.” panggilan kakak pengurus kepada Yasmeen melalui mikrofon pesantren.
“Tuh Yasmeen kamu dipanggil, cepet ke kantor pengurus sekarang.” ucap Diva.
“Iya-iya ini mau ke sana.” jawab Yasmeen.

Ketika Yasmeen sudah pergi ke kantor pengurus, ternyata orang tua Yasmeen sudah pergi.
“Assalamu’alaikum.” ucap Yasmeen.
“Wa’alaikumsalam, nah gini dong ucap salam dulu.”, jawab beberapa pengurus yang ada dalam kantor.
“Hehe iya kak, mana kiriman dari orang tuaku?.” tanya Yasmeen.
“Nih kirimanya, orang tuamu sudah pergi dari tadi.” jawab kakak pengurus.
“Iya kak makasih.”
Setelah mengambil kiriman dari orang tua, Yasmeen langsung pergi meninggalkan kantor pengurus sembari membawa kiriman dari orang tua dan menuju ke kamar.
“Wih, banyak banget kiriman mu Min.” ucap salah satu teman sekamar Yasmeen.
“Hehe iya.” jawab Yasmeen.
“Emang itu apa aja min?.” tanya Diva.
“Uang, sajadah, jajan sama peralatan mandi kayaknya.” jawab Yasmeen.
“Oalah iyaa.” jawab Diva.

Beberapa Minggu telah berlalu, lama-kelamaan Yasmeen sudah mulai betah di pesantren. Hari ini hari ke 18 Ramadan, saatnya para santri diizinkan untuk bisa keluar pondok pesantren, mereka mendapatkan privillege karena perpulangan anak pondok dijadwalkan dalam beberapa hari lagi. Keluar pondok adalah hal yang dinanti-nantikan oleh seluruh santri. Mereka dapat menikmati suasana baru, jalan-jalan, berbelanja untuk kebutuhan selama di pondok, dan bisa menikmati makanan kesukaan yang tidak ada di pondok. Kakak pengurus pun memberikan pemberitahuan kepada seluruh santri terkait hal tersebut.
“PEMBERITAHUAN UNTUK ANAK KELAS 9 TSANAWIYAH DI IZINKAN UNTUK NGABUBURIT DI LUAR AREA PONDOK DENGAN SYARAT IZIN KE KANTOR PENGURUS DAN KEMBALI SEBELUM ADZAN MAGRIB”.

Begitu senang Yasmeen mendengar hal itu. Dia langsung mengajak sahabatnya, Diva, untuk buka bersama di luar sembari menikmati udara di luar pondok.
“Ayooo keluar Div! Kita ngabuburit.” ajak Yasmeen.
“Ayoo.” jawab Diva.
“Bentar aku siap siap dulu”, jawab Yasmeen girang.
“Yasudah aku mau izin dulu” kata Diva.
“Oke.”, ucap Yasmeen sambil siap-siap.
“Minnn…aku udah dapet surat izin. Let’s go.” sorak Diva.
“YESSS, KITA KELUARR,” teriak Diva.

Setelah mendapat surat izin Diva dan Yasmeen langsung pergi ke pasar sore untuk ngabuburit. Mereka membeli makanan kesukaan yang sama, yaitu nasi goreng. Keduanya membawa uang pas yang hanya cukup untuk membeli satu nasi goreng dan satu es. Di samping gerobak mamang nasi goreng terlihat ada nenek tua yang sedang tiduran dengan alas kardus. Diva kasihan dan berinisiatif memberikan nasi goreng dan minuman itu kepada nenek tersebut, tapi Yasmeen mencegahnya.
“Mau kamu apain makanannya.” tanya Yasmeen.
“Mau aku kasih ke neneknya.” tutur Diva.
“Loh ngapain kamu kasih, terus kalo kamu kasih kamu mau makan apa? Itukan makanan kesukaan kita.” larang Yasmeen.
“ Allah berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.” (QS Al Hadid ayat 18).” nasehat Diva.
“Lo gabisa gitu.” jawab Yasmeen yang masih belum terima.
“Min yakin sama aku, kita di pondok udah Alhamdulillah dapet jatah makan, sedangkan nenek ini mungkin belum makan sejak kemarin. Kalo kita ikhlas Insya Allah sama Allah bakal diganti “ tutur Diva.
“Yaudah deh, serah kamu” jawab Yasmeen yang masih belum rela.
“Nekk, ini ada sedikit makanan dari kami, dimakan yaa”, ucap Diva sambil memberi makanan ke Nenek itu.
“Ya Allah, makasih nak.. Semoga kalian dilancarkan rezekinya, sehat selalu, panjang umur, sukses dunia akhirat “ jawab Nenek.
“Aamiin makasih nek atas doanya” ucap Diva.

Yasmeen sedikit tersentuh hatinya. Dia melihat nenek itu sangat bahagia diberi nasi dan air putih.
“Ternyata kita kurang bersyukur ya Min, kadang kita udah dikasih makan aja masih ngeluh ga enak.” ucap Diva.
“Iya, padahal kita ngasihnya ga banyak. Tapi, doanya buat kita banyak banget!” jawab Yasmeen.

Setelah berjalan beberapa menit terjadi macet. Yasmeen dan Diva mulai panik karena sebentar lagi sudah adzan Maghrib. Ternyata kemacetan tersebut disebabkab oleh bagi-bagi takjil. Akhirnya, mereka langsung pergi dan mecari jalan alternatif agar segera sampai pondok. Saat hampir sampai Pesantren, tiba-tiba adzan Maghrib berkumandang. Dengan terburu-buru, mereka memutuskan minum air mineral saja untuk membatalkan puasa dan barulangsung melanjutkan perjalanan. Mereka sangat panik karena takut tidak diizinkan masuk ke pondok.
Saat sampai di depan, gerbang pesantren ternyata sudah ditutup. Mereka menggedor-gedor gerbang. Beberapa menit kemudian barulah ada yang membukakan. Yaps, tebak siapa yang membukakannya? Gus Kinan. Yasmeen dan Diva tercengang dan kaget melihat wajah tampan Gus Kinan. Mereka derdua sampai terbata-bata saat Gus Kinan menanyai mereka.
“Loh, kok kalian baru pulang”, tanya Gus Kinan.

Yasmeen dan Diva hanya bisa menunduk dan takut.
“Anu..anu.. Gus..” jawab Diva dengan panik. Sementara itu, Yasmeen hanya terdiam dan justru malah memandang Gus Kinan dengan tatapan yang kagum.
“Heh min! Nunduk”, perintah Diva dan seketikan diikuti Yasmeen.
“Lucu, santriwati baru ya?.” tanya Gus Kinan.
“Inggih Gus,” jawab Yasmeen dengan sedikit malu.
“Kembali ke pertanyaan awal, dari mana?” tanya Gus Kinan.
“Anuu..”, jawab Diva.
“Ona…anu..mulu deh lu Div. Dari ngabuburit Gus” jawab Yasmeen tegas.
“Kamu jangan jujur bisa gak sih Min,” pasrah Diva.
“Karena kamu telat, saya ta’zir membersihkan ndalem besok pagi setelah ngaji, saya tunggu” perintah Gus Kinan.
“Silahkan bisa pergi kalian, jangan lupa jamaah Magrib,” ucap Gus Kinan.
“Nggeh Gus,” jawab Diva dan Yasmeen.

Setelah sampai pondok Putri tiba-tiba saat masuk mereka dihadang oleh kakak pengurus dan ditanyai kenapa sampai bisa telat seperti ini.
“Tadi saya sedang membantu orang kak, saat pulang malah macet.” jawab Diva.
“Saya tidak mau tahu. Karena kalian telat, setelah salat tarawih silakan bersihkan kamar mandi.” perintah kakak pengurus.
“Loh kak, tadi kan kita lagi bantu orang, terus di jalan juga macet sama Gus Kinan kita juga udah di-ta’zir buat membersihkan dalam”, protes Yasmeen.
“Husttt, itu urusan kamu. Kalo masih bantah saya tambah”, ancam kakak pengurus.
“Iya kak”, pasrah Diva dan Yasmeen.

Akhirnya, setelah salat tarawih, Diva dan Yasmen melaksanakan ta’ziran membersihkan kamar mandi. Kemudian barulah dia melanjutkan tidur dan bangun untuk sahur dan salat malam. Dilanjutkan salat subuh dan mengaji kitab kuning.
Setelah mengaji kitab kuning Diva dan Yasmeen bergegas untuk pergi ke ndalem melaksanakan ta’ziran dari Gus Kinan untuk membersihkan ndalem. Setelah sampai di ndalem mereka salam dan dipersilakan untuk masuk. Bu Nyai bertanya ada apa. Yasmeen dan Diva menjelaskan bahwa mereka mendapatkan ta’ziran membersihkan ndalem dari Gus Kinan. Setelah beberapa jam membersihkan ndalem, Ning Nawal keluar kamar dan bertanya pada mereka.
“Loh kalian ngapain di sini “ tanya Ning Nawal
“Dapat ta’ziran dari Gus Kinan karena kemarin telat pulang setelah ngabuburit”, jawab Diva
“Oalah,” jawab Ning Nawal.
Tiba-tiba Gus Kinan juga keluar kamar memakai kaos oblong dan sarung.
“Bertanya ada apa ini kok bergerumbul?.” tanya Gus Kinan.
“Gak ada apa-apa mas”, jawab Ning Nawal.
“Mas tahu nggak, yang kemarin Nawal ketemu santri yang mukena biasa dan yang bertanya bagaimana jika ingin jadi jodoh Gus Kinan”, tanya Ning Nawal.
“Iya kenapa?.” tanya Gus Kinan.
“Ini orangnya, namanya Yasmin dia cantik dan lugu.” jawab Ning Nawal.
“Oo…Ning Nawal belum tau gue aja, kalau tau mungkin udah istighfar kali,” batin Yasmeen.
“Jangan gitu Ning, saya jadi malu,“ ucap Yasmeen.
“Gapapa santai aja” jawab Ning Nawal
“Oalah kamu to orangnya yang bertanya,” jawab Gus Kinan.
“Nggeh gus” jawab Yasmeen.
“Yasudah dilanjutkan, saya tinggal mandi dulu.” jelas Gus Kinan.
Mereka langsung bubar dan beberapa menit kemudian mereka selesai melaksanakan ta’zirannya dan izin langsung keluar menuju pondok. Tiba-tiba Gus Kinan juga keluar dari kamar mandi. Rambutnya terlihat masih basah. Yasmeen dan Diva yang melihat Gus Kinan hanya bisa mengucapkan “Masya Allah”. Tiba-tiba Gus Kinan memanggil Yasmin dan memberikan mukena terusan karena Yasmeen belum mempunyai mukena.
“Mukenanya dijaga ya. Ini pemberian dari saya”. pesan Gus Kinan kepada Yasmeen dengan sangat halus.
“Nggeh gus, matur nuwun.” jawab Yasmeen.

Sesampainya di kamar Diva langsung menanyai Yasmeen, “Min lu mimpi apa dapet mukena dari Gus Kinan”, tanyanya heboh sehingga santri yang lain mendengar itu dan bertanya-tanya apakah itu benar.
“Ga tau gua, jangan tanya guaa,” sahut Yasmeen yang sudah pusing digerumbuli oleh semua santri.

Ahad pagi biasanya diisi oleh Ziarah ke makam keluarga ndalem yang sudah meninggal, ro’an (kerja bakti), jalan pagi ataupun senam.

“PENGUMUMAN UNTUK SEMUA SANTRIWATI HARI INI JADWALNYA RO’AN PONDOK PUTRI! SILAHKAN BERSIHKAN KAMAR MASING MASING! SETELAH ITU BERSIHKAN LINGKUNGAN PONDOK!” pengumuman dari kantor pengurus.
“Hah apa lagi ini? Ro’an? Keroan?” bingung Yasmeen.
“Huhh, gini lo Yasmeen ro’an itu bukan keroan, ro’an itu kerja bakti atau bersih bersih.” jelas Diva
“Fahimtum?” tanya Diva.
“Fahimna ustadzah” jawab Yasmeen sambil bergurau.
“Heh Min, Div ayo bersih bersih! Sebelum Kakak Kebersihan Ngecek nanti.” perintah santri sekamar Yasmeen.

mereka mengambil bantal, guling dan kasur untuk dijemur di lapangan santriwati bersama santri lainya, selain itu mereka juga menyapu, mengepel, membersihkan jendela, menata lemari dan masih banyak lagi. Yasmeen hanya mengikuti apa yang dilakukan Diva saja karena ini baru pertama kalinya.

“Ayo ikut aja!” ajak Diva yang sedang membersihkan kamar.
“Wokee” jawab Yasmeen.
“Gausah kaget, kan kemarin kita udah ziarah makam keluarga ndalem, sekarang waktunya ro’an. Nah, ya udah nanti setiap Ahad itu berbeda-beda kegiatannya, minggu pertama ziarah ke keluarga ndalem yang udah meninggal, minggu kedua ro’an, minggu ketiga jalan pagi, Minggu ke empat senam.” Jelas Diva.
“Oalah gitu to, makasih yaa penjelasannya.” Ucap Yasmeen.
“Iya sama sama” jawab Diva.

Ramadan semakin cepat berlalu. Tepat hari ini pada Ramadan ke-21 adalah jadwal perpulangan santri. Semua santri menunggu dijemput orang tua masing-masing. Begitu pula dengan Yasmeen dan Diva yang menunggu Abahnya. Suasana haru menyelimuti muka keduanya. Diva dan Yasmin sangat sedih dan bergandengan tangan karena mereka tidak ingin terpisah. Mereka berpelukan sangat lama.
“Min sampai ketemu balik pondok nanti, aku pasti bakal kangen banget sama kamu” ucap Diva dengan menangis.
“Jangan menangis “ ucap Yasmin sambil membersihkan air mata di pipi Diva.
“Ini ada kado buat kamu” ucap Diva sambil memberikan sebuah kado.
“Iya makasih ya.” ucap Yasmeen.

Tiba-tiba dari arah utara terlihat Gus Kinan berjalan menuju ke tempat Yasmin dan Diva berdiri. Mereka terkejut saat Gus Kinan berhenti di depan mereka. Gus Kinan memberikan sebuah amplop warna biru kepada Yasmeen sehinnga membuat Diva dan Yasmeen semakin syok. Semua santri pun kecewa dan patah hati melihat Gus Kinan memberikan sebuah surat kepada Yasmeen.

Beberapa menit kemudian Abah datang menjemput Yasmeen. Yasmen segera masuk ke mobil dan melambaikan tangan kepada Diva. Saat Yasmin melihat Diva ternyata Gus Kinan juga masih di situ dan sedang memperhatikan kepergian Yasmeen.

Pukul 17.00 Yasmeen sampai di rumah dengan selamat. Ibunya pun langsung menyambut Yasmeen dan saling berpelukan. Abah dan Ibu Yasmeen sangat bersyukur setelah di pondok anak semata wayangnya bisa berubah menjadi anak yang lebih baik.

Sementara itu, Yasmeen langsung membuka kado dari Diva dan surat dari Gus Kinan. Dia bahagia dan tidak menyangka akan mendapat sebuat surat dari Gus Kinan.Selain surat ternyata juga ada tasbih bewarna hitam dan Surat itu bertulisakan:

Untuk : Yasmeen

Jangan lupa tanggal 15 syawal, waktunya kamu kembali ke pondok. Saya tunggu Min, ayo perdalam ilmu agama lagi. Di dalam sini juga ada tasbih untuk kamu, Istiqomah terus ya!! saya yakin kamu bisa menjadi anak yang baik. Jangan menyerah, tetap semangat!!

Kinan Muhammad Aleya.

The End


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *