Hijrah

HIJRAH

Matahari sudah muncul sehingga sinarnya tembus di sela-sela jendela membuat perempuan itu segera bangun dari tidurnya.
Ia mengecek handponenya dan kebiasaan dirinya langsung mengecek handpone saat bangun untuk melihat jam padahal ada jam weker di nakasnya. Tapi ia malas mengambil jam kecil berbentuk wajah doraemon itu!.
Kini ia telah siap dengan seragam plus dengan jilbabnya, sebenarnya dia malas pake jilbab cuman ini sudah menjadi peraturan dari sekolah.
Gadis itu mengambil tas yang bergambar doraemon juga, lalu keluar dari kamar menuju ke dapur dan langsung pamit dengan sang mama.
“Aku pamit ya mah,” ucap perempuan itu.
“Iya, yang rajin belajarnya ya Nak,” kata sang mama dengan senyum tulusnya.
Anak itu tersenyum simpul, belajar rajin? Helloo!! bukan dia banget.

???

Sesampai disekolah perempuan yang di anggap nakal itu kini berjalan santai menuju kelas sambil kunci motor ia putar-putar di hari telunjuknya, dan seperti biasa ia menguyah permen karet.
Saat sudah masuk di kelas, gadis itu memasukkan tasnya ke dalam bangkunya. Kemudian gadis itu melipatkan kedua tangannya di atas meja kemudian menyembunyikan wajah, perlahan demi perlahan ia pun memejamkan mata.
5 menit
10 menit
“Aya Prasmaya!!” teriak seseorang membuat gadis itu langsung bangun dari tidurnya.

Gadis bernama Aya itu langsung terbangun dari tidurnya, ia menatap guru yang sudah ada dii depannya. “Ada apa, Bu?” tanyanya santai.
“Kelas untuk belajar bukan untuk tidur…!” ucap Bu Dian penuh penekanan, dia sudah begitu capek menghadapi gadis bad girls ini.
“Yakan, semalam saya begadang bu…” sahutnya enteng.
“Yasudah, kamu ke lapangan, hormat ke bendera sampai jam saya selesai!”
Dengan enteng Aya berdiri, kemudian ia berjalan kelapangan untung menerima hukuman dari guru gendut itu.
–*–
Pelipis Aya sudah basah oleh air keringat, berkali-kali ia komat-kamit menyumpai Bu Dian, karena menghukumnya. Tapi siapa yang salah di sini?
Aya merasakan kepalanya berkunang-kunang, perutnya pun berdemo sedari tadi. Aya ingin muntah tapi nggak bisa keluar. Pada akhirnya ia jatuh ambruk di lapangan membuat semua orang menoleh kearah gadis cantik yang biasanya ceria, kuat, kini jatuh lemah di lapangan.
Tak ada satu pun yang menolongnya, mereka semua hanya diam. Entahlah kenapa, mereka melihat seorang pria dengan peci tetap melekat di kepalanya. Pria itu langsung membopong tubuh Aya sehingga orang yang melihat itu kaget, apakah mereka mimpi? Apa mereka salah lihat?
Pria dingin, tak pernah menyentuh wanita, pria yang agama nya cukup tinggi, dan pria itu sangat di benci oleh Aya. Namun pria itu menolong Aya? Hah! Kenapa rasanya gak percaya.
Sedangkan pria itu segera berlari ke UKS sambil membawa gadis yang membencinya, namun ia tidak peduli. Siapa pun orang itu kalau butuh pertolongan, yaa harus di tolong!.
Pria itu meletakkan Aya di brankar kemudian mencari minyak kayu putih, setelah ia temukan ia mengambil tissue dan menaruh kayu putih itu ke Tissue, kemudian membawa ke hidung Aya tanpa menyentuh kulit gadis itu sedikit pun.

“Engghh.”
“Syukur, Alhamdulillah,” ucapnya sambil bernafas lega.
“Lo?!” Aya kaget melihat pria itu di sampingnya.
“Gue kenapa?, ada masalah?” tanyanya.
“Lo kenapa ada sini? Lo gak ngapa-ngapain Gue kan?”
“Soudzon.”
“Yakan siapa tau…”
“Yang penting Lo sadar,” ucapnya datar.
“Gue kenapa?”
“Lo pingsan, makanya jadi cewek itu jangan nakal, cewek itu harus lemah lembut dan feminim, nah Lo urakan.”
“Ini yang Gue benci dari Lo, pasti ceramahin Gue.”
“Karna Gue pengen, Lo berubah nggak bad girls.”
“Sejak kapan Lo urus, urusan Gue? Urus aja diri Lo sendiri.”
“Kalimat yang paling di benci Allah, seseorang menasihati temannya ‘bertaqwalah kepada Allah’ namun dia menjawab: ‘Urus saja dirimu sendiri’. (Shahih HR. Baihaqi).”
“Kalau mau ceramah, di mesjid sono!”
“Menyampaikan ceramah tidak harus di mesjid,” jawab pria itu.
“Serah Lo.” Pria itu geleng-geleng tak habis pikir dengan jalan orang-orang jaman sekarang, entah bagaimana lagi caranya untuk membuat mereka berubah. Pria itu geleng-geleng, ia yakin suatu saat nanti gadis depannya ini berubah.
“Iqbal Ramadhan!!!” panggil Aya membuat pria itu mendongak lalu menundukkan pandangan lagi.
“Lo, mengkhayal atau apa?” tanya Aya dengan dingin.
“Gue pamit,” ucap Iqbal lalu melangkahkan kaki keluar dari UKS.
“Tunggu…!” teriak Aya.
“Apa Ay?” tanyanya lembut.
“Lo mau kemana?”
“Mushollah.”
“Ngapain?, sholat dzuhur? Ini kan belum waktunya.”
“Shalat dhuha.”
“Emang apa keutamaan sholat Dhuha?” tanya Aya penasaran.
“Banyak, tapi kalau Gue jelaskan akan panjang, mending Lo cari di google, punya kuota kan?”
“Dasar ngeremehin, Gue punya lah.”
“Yaudah cari di google,” ucap santai kemudian keluar dari ruang UKS itu.
“Tunggu!!!” Teriak Aya, segera ia berlari kemudian mengikuti langkah kaki Iqbal yang menuju ke mushollah.
Sesampai di mushollah. Iqbal melihat ke arah Aya yang sedang menatap mushollah dengan mimik wajah agal sedih.
“Lo kenapa?” tanya Iqbal.
“Gue? Gue kenapa?” tanyanya balik.
“Lo sedih lihat mushollah.”
“Soudzon Lo,” kilah Aya kemudian masuk ke dalam mushollah.
Iqbal berkerut bingung, gadis itu kenapa coba? Aneh.
Iqbal segera ambil air wudhu, kemudian masuk ke dalam mushollah, seperti biasa melaksanakan sholat dhuha. Sedangkan Aya, hanya duduk di mushollah. Rasanya hatinya nyaman menginjak mushollah ini, dan sedih juga karna tidak pernah sholat di mushollah bahkan dirumah.

Aya melihat Iqbal keluar dari mushollah, ia pun ikut berdiri dan keluar dari mushollah.
“Iqbal!!”
Iqbal langsung menoleh saat merasa namanya di panggil, ternyata itu Aya. Ia kira Aya sudah pergi.
“Apa?”
“Boleh nggak Gue belajar agama sama Lo,” mohon Aya, entah kenapa ia merasa ingin memperbaiki diri. Rasanya nyaman saat masuk mushollah itu. Ada rada sesak dan sakit di dalam hati kecilnya karna ia tak pernah melakukan kewajiban-kewajiban itu padahal Ia muslim bukan NonMuslim.
“Bener? Nggak percaya Gue.”
“Lo Soudzon mulu ihh!, orang pengen berubah juga,” kesel Aya.
“Alasan Lo mau berubah apa?, jangan sampai niat Lo hanya seseorang saja.”
“Emang Gue nggak pantas ya berubah?”
“Bukan itu, maksud Gue itu Berubah karna Allah atau hanya seseorang, dalam suatu hadist mengatakan ‘Semua Amal tergantung niat…’ Lah niat Lo karna Allah nggak?”
“Yaa belum tau. Gue nyaman aja masuk mushollah ini, Gue rasa sakit hati dan Intropeksi diri karna Gue islam tapi nggak melaksanakan kewajiban sebagai orang islam.”
“Tuh tau, mulai sekarang pelan-pelan hijrahnya.”
“Hijrah?”
“Hijrah itu bukan perpindahan tempat saja, tapi perpindahan akhlak dari yang nakal menjadi lebih baik.”
“Jadi Lo udah baik dong?”
“Siapa bilang? Gue masih memperbaiki diri menjadi lebih baik, ini namanya hijrah, berproses semakin memperbaiki diri karena-Nya.”
Aya mengangguk tanda mengerti. “Lo mau kan ajar Gue tentang hijrah?”
“Dengan senang hati…” Iqbal pun berlalu pergi dari hadapan Aya.
–*–
Aya mencari-cari tentang hijrah di google, dan mulai sekarang pun ia melaksanakan kewajiban sebagai Hamba Allah, rasa nyaman selalu ada dalam hatinya.
Sujud Aya menangis mengingat-ingat dosa-dosanya, betapa banyak dosa ia lakukan selama ini?.
Setelah berdoa dan merapikan kembali alat sholatnya. Aya membaringkan tubuhnya di kasur sambil memainkan handponenya.
Aya mencari-cari tau tentang hijrah, tak lama notifikasi pesan masuk di apps pesannya.
IqbalRam
Assalamu’alaikum
Wa’alaikumssalam
Wa’alaikumussalam, bukan Wa’alaikumssalam
Sorry, Gue khilaf!
Gimana? Hijrahnya?
Alhamdulillah baik
Alhamdulillah, Ohiyaa Lo buka deh surah Al Ahzab ayat 59
Dengan patuh Aya mengambil mushaf Al-Qur’an yang di berikan oleh Iqbal tadi sepulang sekolah. Lama ia mencari kemudian mendapatkan surah yang dimaksud Iqbal.
Allah SWT berfirman:
???????????? ?????????? ???? ?????????????? ?????????? ?????????? ??????????????? ?????????? ??????????? ???? ???????????????? ? ?? ???? ???????? ???? ??????????? ????? ?????????? ? ??????? ??????? ????????? ??????????

“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 59)

Aya menyimak arti Surah Al-Ahzab ayat 59 itu, kemudian ia mengambil handponenya.
Sudah, tentang menutupkan jilbab ke seluruh tubuh
Kamu paham kan?
Enggak
Dalam surah itu bahwa wanita di anjurkan untuk menutup aurat, Nah menutupkan jilbab keseluruh tubuh itu wajib, sama halnya dengan mengejarkan sholat.
Jadi Gue harus nutup aurat gitu? Pake jilbab panjang? Ah gerah!
Pelan-pelan, suatu saat nanti juga terbiasa. Lo gak takut sama azab Allah?
Takut sih, tapi gerah tau!
Lebih panas mana coba? Matahari, atau Api neraka?
Api neraka lah.
Makanya pake jilbab.
Iya, Gue akan mulai perlahan-lahan, bantu Gue ya
Pasti!

Aya tak lagi membalas pesan Iqbal, ia kembali membaringkan tubuhnya dan mengingat-ingat ulang pesan Iqbal.
“Bismillah,” gumamnya.
Drrt Drrt.
IqbalRam
Dalam sebuah hadist mengatakan: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya): “wahai anakku fatimah! Adapun perempuan perempuan yang akan di gantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya dari pada dilihat laki laki yang bukan mahramnya.”( HR.Bukhari & muslim).
Aya bergidik ngeri membayangkan rambut di gantung, hingga otak mendidih.
“Ya Allah, Azab darimu benar-benar menakutkan.”
“Semoga hamba diberi kesempatan untuk merubah diri,” gumamnya.
–*–
Pagi-pagi Aya sudah siap, Ia memakai jilbabnya. Bagaimana cara memakai jilbab menutupi dada? Dan jilbabnya hanya jilbab segitiga, yang ujungnya di bawa ke punggung kanan-kiri.
Drrt Drrt
IqbalRam
Lo pasti bingung gimana cara pake jilbab segitiganya sehingga menutupi dada, kamu julurkan ke bawa aja ujung jilbabnya, jangan lupa pake ciput supaya tuh aurat di jidat nggak keliatan.
Aya mengangguk, kemudian ia mencari ciput rajut yang sempat ia beli kemarin.
“Nah ini.”
Aya mulai memakai jilbabnya kembali, ujung jilbab ia julurkan ke bawa sehingga dadanya tertutup.
IqbalRam
Bismillah, ini hari pertama Lo berubah diri. Gue yakin pasti ada ujian-ujian yang Lo hadapi, tapi percayalah Allah ingin menguji kesabaranmu, dimana letak Lo tetap mempertahankan prinsip Lo sekarang.
Aya mengangguk lagi, dengan ucapan basmalah ia akan memulai semuanya Karna-Nya.
Sesampai di sekolah. Aya mengangguk sendiri membenarkan kata Iqbal, dia sesampai di parkiran di lihat-lihat oleh orang-orang. Sebagian juga berbisik.
“Gue lakukan karna Allah, jadi kata iqbal jadikan itu ujian untuk melatih kesabaran kita.”
Sesampai di kelas, semua teman sekelasnya melongo tanda tak percaya.
Apa Gue mimpi??
Gue nggak salah lihatkan?
Itu Aya prasmaya kan?
Benerkan? Gue nggak mimpi?
Njiir cewek bad girls berubah jadi cewek Feminim, Aneh!
Pada akhirnya, semua orang hanya bisa berkomentar tanpa Intropeksi diri.
Aya duduk dengan santai di bangkunya, tanpa memedulikan tatapan-tatapan dari teman-teman sekelasnya.
“Lo udah berubah?” tanya Kitty teman sekelasnya yang suka so’ngartis di kelas.
“Hum.” Aya hanya bergumam.
“Hello Guyss! Lihat nih Cewek badgirlsnya Angkasa, jadi cewek feminim cuy!!”
Semua orang tertawa, Aya memejamkan mata. Sabar, sabar, sabar. Ini ujian, biarkan mereka berkomentar toh, mereka seperti itu karna tidak bisa seperti kita.
“Kemarin tidur dikelas, di hukum, dan hari ini? Berubah? Wahhh Malaikat apa yang bantu Lo?”
Sabar!
“Lo gak cocok kek gini. Bahkan tidak pantas!” ucap Kitty yang merendahkan Aya.
Brak!
Semua orang kaget dengan gebrakan meja yang di pukuli oleh Aya, seketika semua menjadi takut.
“Gue, emang nakal, Gue memang badgirls, Gue memang bukan orang baik, tapi apa semua orang tidak pantas untuk berubah?, tidak pantas mendapatkan kesempatan?. Hah! Kalian hanya bisa berkomentar tanpa melihat kesalahan diri sendiri.” Aya kembali duduk di tempatnya.
Semua orang mematung!, tidak bisa berkutik sedikit pun.
Drrt drrt
IbqalRam
Sabar! Allah tidak akan menguji seorang hamba kecuali diluar batas kemampuan mereka.
Gue yakin Lo pasti bisa menghadapi semua ini.
Istighfar, tadi Lo emosi, awas setan bahagia tuh!
Astaghfirullah!
Aya menunduk kemudian beristighfar dalam hati.
–*–
“Lo kok tau tadi Gue emosi?” tanya Aya.
Mereka berdua duduk di teras mushollah, dan tetap menjaga jarak.
“Gue kan tetangga kelas sama Lo, suara Lo aja kek toa jadi Gue dengar.”
“Njiir.”
“Mulut juga harus di jaga, jangan sampai mengatakan kata-kata kasar,” sindir Iqbal
“Astaghfirullah, Afwan Akhi, Ana lupa.”
“Cie udah pintar pake bahasa arab.”
“Dikit, Hehehe.”
“Lo harus Istiqomah di jalan Allah, jangan pikirkan apa kata mereka. Mereka hanya pandai berkomentar tanpa intropeksi diri. Lakukan apa yang menurut Lo benar, mereka urusan belakang, biarkan Lo dipandang aneh oleh mereka, setidaknya Lo di pandang benar oleh Allah, ohhiya Gue mau nanya.”
“Nanya apa?”
“Lo tau nggak, kenapa hari ini masih melihat dunia fana ini?”
“Nggak tau, emang kenapa,”
“Karna Allah masih memberi Lo kesempatan untuk bertaqkwa kepada-Nya, jadi jika di beri kesempatan, lakukan kesempatan itu dengan baik selagi Lo masih di beri kesempatan.”
Aya mengangguk, ia mengerti dengan ucapan Iqbal barusan. Yaa, selagi diberi kesempatan ia harus memanfaatkan kesempatan itu dengan baik pula, agar bisa jadi bekal kelak di akhirat nanti. Lagi pun kita tidak tau apakah Allah masih memberi kesempatan itu Esok hari.
Berubahlah sebelum uisa terbuang sia-sia, karna kita tidak tau apakah esok masih melihat Dunia fana ini.

~Tamat~
Pinrang, 17 Mei 2019
12 Ramadhan 1440 H

Sitti Soraya


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *