Empat Penjaga Rumah Allah

Empat Penjaga Rumah Allah
Oleh: Aliya Danish Hermadi
“Maling… Maling”, seseorang berteriak dari luar masjid.
Jamaah yang baru saja selesai berdoa bergegas keluar untuk melihat dan memastikan tidak ada yang terluka. Pak Haji turun dari tangga dan menghampiri bapak yang berteriak tadi dan bertanya, “Pak Arif, apa yang telah terjadi?.” Pak Arif menjelaskan, bahwa ada maling yang mencuri sepatunya dan juga dua sepatu lain yang boleh dibilang cukup mewah. Mendengar cerita yang disampaikan oleh Pak Arif, Pak Haji hanya bisa menggeleng kepala seraya beristigfar, kemudian ia menyuruh anaknya, Ali, untuk membawakan sendal bagi jamaah yang kehilangan sepatu.
Maling sudah tidak dapat dikejar karena begitu dipergoki oleh Bapak Arif tersebut, ia langsung lari ke motor, dimana sudah ada temannya yang siap berkendara. Arah belok yang diambil pun tidak diketahui. Kamera CCTV belum diaktifkan kembali akibat hujan petir kemarin. Mereka hanya dapat berserah diri kepada Allah dan berharap Allah menggantinya dengan yang lebih baik.
Sebelum kembali ke rumah masing-masing, beberapa jamaah mengutarakan sarannya agar keamanan masjid ditingkatkan. Hal itu membuat Pak Haji selaku DKM berpikir keras. Setelah mereka selesai berdiskusi, Pak Haji berjanji akan mencari solusi dari masalah-masalah yang sedang dialami masjid secepatnya dan meminta bantuan para warga.
Tak lama kemudian, para jamaah mulai membubarkan diri satu per satu. Kini hanya tersisa Pak Haji, Pak Dylan, dan Ali. Pak Haji menghela nafas sejenak lalu berkata “Astagfirullahaldzim, begitu banyak cobaan yang dating bagi masjid tercinta kita sekarang”.
“Mungkin ini ujian dari Allah Pak agar kita lebih memperhatikan kemakmuran masjid, tapi tenang saja Pak Haji. Allah tidak akan menguji seseorang diluar batas kemampuannya”, nasehat Pak Dylan.
“Tenang ayah, Ali juga bisa membantu mencarikan kebutuhan masjid di online shop. Lebih keren lagi jika Ali bisa membantu menangkap maling seperti di film, lewat komputer, hehe”, Ali mengajukan bantuan dengan semangat.
“Ayah suka jiwa semangatmu Ali. Apalagi shopping, paling jagonya deh”, ucap ayahnya bercanda.
Tiba-tiba muncul ide dari Pak Dylan. “Sepertinya itu merupakan saran yang baik. Kita memang butuh pemuda masjid. Merekalah yang mengetahui trik-trik dan kemajuan teknologi masa kini. Seperti kata Bapak Soekarno: Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.
“Masya Allah, memang keren Pak Dylan”, puji Pak Haji.
Ali setuju dengan usulan Pak Dylan untuk membangun Ikatan Remaja Masjid Al-Hidayah. Sepulang dari masjid, Ali mulai mengontak beberapa tetangganya yang ia anggap teman dekat. Tak sedikit yang menolak ajakannya dengan berbagai alasan. Ali dapat memakluminya, tidak mudah mencari remaja yang tertarik dalam kegiatan membangun masjid di kompleknya, tetapi ia tidak berputus asa. Sampai akhirnya ada satu temannya yang bersedia membantunya yaitu Fateema, teman satu komplek sejak kecil, sayangnya kini mereka jarang bermain bersama karena memiliki kesibukan masing-masing. Kabar baik datang lagi, ketika Fateema berkata ia akan mengajak sepupunya, Indira, yang sedang tinggal bersama Fateema selama bulan ramadhan.
Keesokan harinya ketiga remaja itu berkumpul di halaman masjid untuk membuat perencanaan mengenai hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk ke depannya. Sebelum memulai diskusi, diawali dengan basa-basi dan candaan ringan agar tidak canggung sebelum masuk ke topik inti. Ali mengakui bahwa mereka masih kekurangan orang, setidaknya perlu satu atau dua orang lagi.
“Siapa lagi ya?”, Fateema berpikir.
Tak lama kemudian ada seseorang yang mendatangi mereka. Pandangan mata mereka tertuju pada sosok tersebut. “Halo guys… Ehh halo bro, Fateema, sama… hmm, maaf kayanya kita belum pernah ketemu”, ia menyapa. Ternyata itu adalah Zayyan, tetangga sekaligus teman dekat Ali.
“Indira, sepupu Fateema”, Indira memperkenalkan diri.
“Zayyan, bukannya kamu bilang di-chat ada acara lain ya?”, tanya Ali heran.
“Ya betul acara main game, tapi tadi pagi PS ku diambil bunda, jadi daripada menganggur di rumah, mending main sama kalian” Zayyan menjelaskan.
Ketiga temannya hanya menggeleng kepala dengan maksud bercanda. Melihat ekspresi mereka, Zayyan angkat bicara lagi “Hehe bercanda, maksudku main sambil jadi pemuda masjid” katanya sambil tertawa kecil.
Ali merasa bersyukur karena anggotanya bertambah. Tanpa berlama-lama mereka menyusun rencana mulai dari masalah keamanan masjid. Berita mengenai hujan petir dan kehilangan sepatu sudah beredar di kalangan masyarakat. Akibatnya, warga menjadi kurang percaya terhadap keamanan masjid sehingga ada penurunan jumlah jamaah dari sejak badai ditambah musibah kemarin sore. Tak bisa dipungkiri kerja yang harus dilakukan para remaja cukup berat.
Indira mengusulkan agar ikatan remaja masjid membuat akun sosial media yang digunakan untuk menginformasikan berita-berita terbaru mengenai masjid, seperti infrastruktur masjid, kegiatan yang akan diselenggarakan, sampai sarana media dakwah. Harapannya mereka dapat membuat suasana masjid lebih hidup dan nantinya akan memenangkan kepercayaan warga. Kini kita hidup di era digital dimana kemajuan teknologi berkembang pesat, informasi menyebar cepat, sebaiknya dampak positif seperti itu digunakan untuk lebih menyebarluaskan kebaikan.
Usulan Indira diterima baik oleh teman-temannya. Indira segera melaksanakan tugasnya, sementara yang lain masih mencari solusi dari permasalahan selanjutnya. Ali memerintahkan Zayyan mencari rak sepatu yang dapat dikunci di online shop. Tidak perlu berukuran besar yang penting ada kuncinya, sehingga bagi yang membawa sepatu dapat disimpan disitu. Sementara untuk yang membawa sendal, dapat diletakkan di rak sendal yang sudah dimiliki masjid. Hanya butuh sedikit cat ulang karena warnanya sudah pudar. Selanjutnya, ia juga merencanakan supaya rak sepatu disimpan di halaman dalam dekat pintu masukk masjid namun masih di bagian luar tempat sholat dengan begitu resiko kemalingan seharusnya berkurang karena rak terpantau oleh para jamaah.
Masalah infrastruktur sudah dibenarkan oleh DKM masjid, para remaja tidak perlu mengkhawatirkannya. CCTV juga sudah beroperasi kembali, mereka kini perlu menarik hati masyarakat agar merasa nyaman untuk datang ke masjid. Alangkah lebih baik, jika mereka bisa menangkap maling pencuri sepatu.
“Melelahkan juga ya ternyata”, ucap Fateema menghela nafas.
“Ya, pikiran dan tenaga ikut terkuras, perutku jadi lapar deh”, tambah Zayyan.
“Setidaknya lelah ini menjadi pahala, daripada lelah main game”, sindir Indira sambil tertawa. Ia berhasil membuat teman-temannya tertawa.
“Otakku juga sudah pusing tujuh keliling, ayo kita ke balkon masjid, cari udara segar” Ali berkata sambil berjalan menuju tangga masjid, diikuti oleh teman-temannya.
Sesampainya di atas, keempat remaja tersebut bisa melihat rumah-rumah warga dari ketinggian. Tidak ada yang berbicara, mereka melamun seolah berpikir suatu hal yang sangat krusial. Keheningan dipecahkan oleh Ali yang tiba-tiba bertepuk tangan dengan cukup keras, mengejutkan teman-temannya dan membuat mereka hampir loncat.
“Pentas!”, ujarnya dengan semangat. Fateema, Indira, dan Zayyan sedikit kebingungan. Ali menjelaskan bahwa dengan diadakannya pentas seni religi, seperti pertunjukan nasheed, sholawat, baca quran, kegiatan tersebut bisa menarik perhatian orang. Poin pentingnya, mereka memiliki peluang untuk menarik maling ke masuk dalam jebakan.
Di satu sisi, teman-temannya setuju, tetapi mereka juga merasa itu ide yang terlalu berat untuk dilaksanakan, tidak hanya dari segi biaya tetapi mencari orang untuk tampil, belum lagi mengundang orang pun bukan hal yang mudah. Ali berpikir kembali, “Kita tidak perlu pentas yang mewah, kita dapat menjadwalkan kegiatan ini setelah subuh pada hari Minggu, jamaah cenderung lebih banyak pada hari libur. Kita tidak perlu mencari orang untuk tampil, kita dapat tampil. Aku bisa baca quran dengan menggunakan irama, Fateema punya suara bagus, ia bisa nasheed dan sholawat. Zayyan bisa berceramah singkat. Terakhir Indira?”
“Aku juga bisa menemani Fateema bernyanyi agar pertunjukannya lebih seru”, jawab Indira.
“Baiklah, gimana guys?” Ali bertanya dengan penuh harap. Suasana kembali hening. Ketiga temannya masih kurang yakin tapi mereka merasa pentas ini layak dicoba.
Fateema menengok ke arah Zayyan dan Indira, keduanya mengangguk. “Baiklah, kita setuju!”, jawab Fateema tersenyum”
Ali mengarahkan tangan ke depan. Butuh beberapa saat hingga akhirnya teman-temannya mengerti tindakannya. Keempat remaja itu menumpuk tangannya dan dengan hitungan 1, 2, 3 “Remaja Masjid… Berjuang di jalan Allah”.
“Allahu Akbar”, Zayyan menambahkan. Jargon dibuat dengan spontan namun hasilnya luar biasa.
***
Selepas sholat zuhur, remaja masjid mulai melakukan tugasnya. Zayyan sudah melakukan pembelian rak sepatu secara online. Ali juga sudah meminta persetujuan kepada ayahnya dan sedang diproses lebih lanjut oleh anggota DKM. Kini Ali dan Zayyan sedang mengecat rak sepatu sedangkan Fateema bersama Indira membuat perencanaan acara pentas. Sekitar jam setengah tiga, sebelum sholat ashar, keempat pemuda itu akan berkumpul lagi untuk mendiskusikan rencana penangkapan maling.
“Ali! Cepat keluar!” Pak Haji berteriak.
“Astagfirullah, ada apa Yah?” Ali bergegas keluar diikuti Zayyan.
“Sandal wudhu masjid dicuri Li”, Pak Dylan membantu menjelaskan.
“Arghh, bener-bener nih maling, kalau saya seperti iron-man, saya pasti lempar ke mars”, Zayyan mengekspresikan kekesalannya.
“Astagfirullah, istighfar nak” Pak Haji menasehati.
“Mengeluh tidak akan menjadi solusi, tapi saya punya rencana” Ali berbica sambil tersenyum.
Anak-anak bersama Pak Haji dan Pak Dylan masuk ke ruang rapat masjid. Di sana Ali segera melihat rekaman CCTV. Hati mereka merasa sedikit tenang mengetahui adanya jejak digital yang mempermudah investigasi. Setelah beberapa kali memindahkan kursor akhirnya tampak pelaku pencurian. Vidio rekaman CCTV diperhatikan dengan serius, ternyata hasilnya nihil, terdapat dua maling yang sama-sama mengenakan pakaian serba hitam mukanya pun ditutupi oleh kupluk maling. Hanya mata, mulut, dan hidung yang bisa dilihat. Di rekaman CCTV halaman masjid pun tidak nampak plat nomor motor maupun motornya sehingga tidak memungkinkan melakukan pelacakan. Raut wajah mereka langsung berubah drastis.
“Tapi aku hampir 85% yakin mereka akan kembali” Ali yang sudah mulai putus asa berkata.
“Hal yang kita ketahui mereka memiliki motif mencuri sepatu dan sandal, kita tidak tahu siapa mereka atau apa keinginan mereka” Fateema memperjelas.
“Baiklah, jika mereka ingin sepatu dan sandal mari kita berikan” ucap Ali, lagi-lagi membuat rekan-rekannya kebingungan.
“Tetapi dengan konsekuensi mereka ditangkap” Ali melanjutkan kata-katanya sambil tersenyum licik.
Fateema dan Indira menampilkan rundown acara serta rencana lain yang sudah mereka ketik. Acara akan dimulai pukul 4 sore dan berlangsung hingga maghrib dimana warga akan berbuka bersama dan sholat maghrib berjamaah. Acara diisi dengan penampilan yang sudah disebutkan Ali, paling saja jumlah penampil akan ditambahkan, jujur mereka sedikit keberatan mencari orang yang ingin tampil. Tetapi Pak Haji tidak keberatan menghubungi pihak panti asuhan dan meminta beberapa anak berbakat untuk tampil. Akhir acara ditutup dengan doa bersama setelah sholat maghrib.
Saatnya masalah maling diselesaikan. Undangan acara pentas akan disebarluaskan melalui sosial media dan juga brosur akan ditempel di beberapa ruang publik. Ali meminta para pengurus masjid membawa minimal 3 pasang sepatu agar menjadi pajangan di luar dengan harapan akan menarik perhatian para maling. Tempat menyimpan sepatu dan sandal yang sudah direncanakan tidak bisa dipantau dari dalam masjid, tujuannya agar warga tidak bisa menyaksikan perbuatan maling, sehingga maling pun lebih leluasa melakukan aksinya. Acara pentas akan diselenggarakan di dalam masjid supaya memberi pandangan kepada maling bahwa para jamaah sedang beramai-ramai di dalam dan fokus terhadap acara, sementara halaman luar masjid sepi seperti tidak ada orang.
Zayyan yang tidak jadi tampil akan berjaga di luar, bersembunyi dalam semak-semak tetapi di sebelahnya sudah disiapkan motor. Satpam juga melakukan hal yang sama namun dari sisi yang berbeda. Ali, Fateema, dan Indira tetap akan tampil, tapi dengan durasi yang dipersingkat dari rencana. Ketika mereka sedang tidak berada di panggung, Fateema dan Indira bertugas menjaga keamanan di dalam, memastikan semua lancar, senang serta nyaman menyaksikan acara yang berlangsung. Ali akan mengawasi semuanya dari dalam masjid. Pak Haji beserta Pak Dylan akan bersiap jika di luar perlu bantuan.
***
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Para tamu jamaah mulai berdatangan. Panitia dan pengurus DKM sudah bersiap di tempat sejak zuhur. Tidak bisa dibohongi, dalam lubuk hati Ali, ia merasa khawatir, apa yang akan terjadi jika rencananya gagal? Lagi pula selama ini dia yang memimpin para temannya, semua ini menjadi tanggung jawab yang berat baginya. Meskipun dalam hati ada rasa gelisah tetapi dalam hati ia mencoba bertawakal kepada Allah SWT.
Pertunjukan dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh Ali, dilanjut dengan sambutan dari Ali selaku ketua panitia dan Pak Haji sebagai ketua DKM. Tidak perlu berlama-lama Fateema dan Indira maju ke depan untuk menyanyi nasheed. Zayyan berada di luar dan kondisi belum menunjukkan kedatangan maling berpakaian serba hitam.
Semua bertepuk tangan untuk kedua penyanyi nasheed hari ini. Kini saatnya anak-anak panti asuhan untuk tampil. Maling menjadi tamu yang paling ditunggu sore ini, belum juga hadir. Padahal sudah dibuat kekosongan di halaman luar masjid. “Sepertinya rencana kita gagal”, ucap Ali dengan kecewa lewat walkie talkie.
“Perjuangan kita belum selesai Li, jangan menyerah dulu” Indira menyemangati. Keempat remaja merenung sejenak di tempat masing-masing.
“Hufft pegel juga” Zayyan mengeluh.
“Zayyan bersembunyilah, itu ada tamu yang berjalan pulang, nanti ketahuan” Ali mengingatkan.
“Yahh, sudah ada yang pulang padahal acara masih cukup lama”, terdengar kekecewaan dalam suara Indira.
“Tunggu!” Fateema berkata sedikit kencang, untung saja ia tidak membuat para jamaah menoleh. “Perasaan aku gak lihat mereka masuk”, ucapannya mengejutkan semua yang berada di saluran walkie talkie yaitu Ali, Fateema, Zayyan, Indira, Pak Haji, Pak Dylan, dan satpam.
“Kamu benar Fateema, saya juga tidak melihat saat menyambut para tamu ke dalam masjid” perkataan Pak Haji menambah kecurigaan serta ketegangan di antara mereka.
“Terlihat dalam rekaman CCTV pukul 16.41 mereka datang melalui pintu belakang masjid, tetapi menuju ke arah toilet”, Pak Dylan yang berada di ruang keamanan menjelaskan.
“Pak Satpam, Zayyan, kejar mereka!” Pak Haji memerintahkan dengan tegas.
Kedua orang berpakaian baju koko dilengkapi masker yang sudah pulang terlebih dahulu menjadi tersangka utama. Benar saja, ketika Zayyan dan pak satpam dengan motornya masing-masing mengikuti arah belok mereka, keduanya bagaikan debu yang kasat mata, menghilang begitu saja. Mengingat para pengurus sudah sangat dekat dengan keberhasilan menangkap maling itu, maka mereka tidak akan menyerah. Zayyan dan pak satpam berpencar. Zayyan tidak segan-segan menambah kecepatan, tak perlu waktu lama hingga wujud kedua maling itu dapat terlihat. Tak heran mengapa mereka begitu cepat menghilang, keduanya menggunakan motor dan berkendara diatas aturan kecepatan maksimum di komplek.
Aksi kejar-kejaran antara Zayyan bersama pak satpam dan dua maling pun terjadi. Sekitar 3 menit mereka berputar-putar dalam komplek berakhirlah di jalan buntu. Zayyan dan pak satpam mencegat jalan maling.
“Cepat menyerahlah!” pak satpam berkata dengan tegas.
“Sudah tidak ada jalan lagi bagi kalian” Zayyan menambahkan.
Kedua muka maling itu terlihat panik, salah satu maling menunjuk ke arah jalan seperti memberi tahu ke temannya bahwa ada celah kecil yang mungkin bisa dilewati meskipun kemungkinannya kecil. Saat mereka mengencangkan gas seolah-olah ingin siap kabur dengan kecepatan kencang, tiba-tiba sosok yang tak diduga datang.
Pak Dylan bersama salah satu satpam lain datang, begitu juga dengan Fateema tetapi di motor yang berbeda. “Eitss, tidak semudah itu untuk kabur” Fateema yang baru saja datang tersenyum. Kedua maling telah dicegat oleh 4 motor, tidak ada opsi lain selain menyerahkan diri. Mereka turun dari motor sambil mengangkat tangan tanda menyerah, menjatuhkan plastik berisi sepatu dan sandal curian. Muka mereka tertunduk dengan rasa malu. Kedua satpam langsung menangkap maling dan segera membawanya ke kantor polisi untuk diadili lebih lanjut melalui proses hukum.
Fateema dan Zayyan kembali ke masjid, kehadirannya sudah ditunggu oleh Ali dan Indira yang sejak tadi mengurus acara. Ketika mereka tiba di masjid semua sedang bertepuk tangan. Acara pentas pun dinyatakan selesai, tinggal menunggu waktu buka bersama, sholat maghrib berjamaah, dan doa sebagai penutupan acara. Masih ada 10 menit lagi sebelum adzan maghrib. Pak Haji maju ke depan jamaah dan meminta perhatian mereka. Keempat remaja bingung, mengapa beliau ke depan lagi? Padahal tidak ada dalam susunan acara.
“Permisi, para hadirin yang berbahagia. Mohon perhatiannya sebentar” suara Pak Haji yang menggunakan mic langsung dipatuhi para jamaah.
“Jadi seperti yang kita ketahui, beberapa hari yang lalu telah terjadi kasus pencurian sandal maupun sepatu beberapa warga. Hari ini mereka datang kembali melakukan aksi yang sama. Mereka sempat berhasil kabur. Tapi alhamdulillah atas izin Allah Yang Maha Kuasa, kedua maling itu tertangkap dan sedang diadili melalui proses hukum”. Mendengar hal itu jamaah yang hadir saling bertukar pandangan. Bisa didengar dengan jelas suara bisikan-bisikan kebingungan mereka. Tetapi mereka juga mengucapkan hamdalah bersama-sama.
“Adapun tujuan maling melakukan hal tersebut yaitu untuk menjual sepatu mewah dengan harga mahal di website ilegal. Bagi para bapak-bapak atau ibu-ibu yang dicuri sepatunya dapat menghubungi saya setelah acara selesai” Pak Haji mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya. “Saya juga ingin mengajak Ali, Fateema, Zayyan, dan Indira untuk maju ke depan”.
Tidak sempat menolak, keempatnya mengikuti perkataan Pak Haji. Mereka berempat ikhlas melakukan semua ini karena Allah SWT maka dari itu mereka tidak merasa perlunya maju ke depan. Pak Haji tersenyum kepada mereka.
“Di depan terdapat 4 remaja yang sangat saya banggakan. Mereka lah yang merencanakan dan pencetus diadakannya acara ini, mulai dari memastikan acara ini aman, hingga merencanakan bahkan sampai mengejar para dalang pencurian. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian berempat” suasana yang tadinya begitu hening kini ramai dengan tepuk tangan.
“Dengan ini juga saya menyatakan kalian berempat sebagai Penjaga Rumah Allah”, suara tepuk tangan dan sorak sorai terdengar semakin meriah. Ali dan ketiga temannya tersenyum sambil sedikit menunduk tanda hormat.
***
Jam dinding menunjukkan pukul 21.00, acara sudah selesai. Sholat tarawih berjamaah pun sudah selesai. Ali, Fateema, Zayyan, serta Indira berkumpul di halaman masjid. Tidak ada satu pun yang berbicara. Mereka hanya saling bertukar senyuman dengan sesama. Keheningan kemudian terpecah dengan tawa.
“Ramadhan kali ini penuh pelajaran. Terima kasih telah mempercayaiku”, Ali membuka pembicaraan.
Keempat remaja masjid saling berterima kasih dan memuji bersama. Ali mengarahkan tangan ke depan seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Teman-temannya yang sudah mengetahui Ali akan melaksanakan jargon langsung mengikuti gerakannya.
Ali berteriak, “Remaja Masjid… Berjuang di jalan Allah”
“Allahu Akbar”, keempat penjaga rumah Allah bersorak semangat.

Autobiografi Aliya Danish Hermadi
Aliya Danish Hermadi lahir di Bogor 16 tahun yang lalu. Saat ini masih tercatat sebagai seorang siswi di salah satu SMA negeri Kota Bogor. Aliya memiliki hobi menulis, editing, dan belajar bahasa asing. Penulis pernah mengikuti berbagai lomba menulis dan menjuarai Lomba Menulis Cerpen Festival Literasi pada tahun 2016 dengan karyanya yang berjudul “Matematika Seru”. Selain itu pernah menjadi Juara 3 Essay Writing Competition pada Acara 9th English Competition for Junior High Schools in Bogor English Club SMA Negeri 2 Bogor di tahun 2019. Torehan prestasi lainnya adalah Juara 1 Lomba Menulis Suratku Untuk Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemenkeu Mengajar pada tahun 2021. Hobi menulis juga mengantarkan Aliya menjadi Nominator Lomba Karya Tulis Tingkat SMP Lomba Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2021 yang diadakan oleh KLHK.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *