Bahagia Itu Bersama

kontes cerita ramadhan emirSemua berawal dari sebuah kebersamaan dan rasa kerinduan antara kami penghuni kelas E Psikologi. Menahan kerinduan bersama sangat tidak nyaman, hingga kami putuskan untuk mengadakan pertemuan pertama. Cukup berkesan kami melakukan makan malam bersama di sebuah warung sederhana, namun kebersamaan ini adalah makna yang tak tertandingi. Perbincangan terus berlanjut ketika satu di antara kami menyebut saat-saat bulan Ramadhan. Kami ingin mengadakan buka bersama. Tidak perlu mewah cukup anggota kelas dapat hadir rasanya sangat membanggakan. Hanya buka bersama saja mungkin adalah hal yang umum. Pada akhirnya kita memutuskan untuk mengadakan sahur on the road yang kita singkat dengan SOTR. Ide yang bagus. Kapan lagi akan berbagi jika bukan sekarang. Hari demi hari terus berlalu, melewati waktu demi waktu. Kita memiliki satu teamwork yang akan bekerja keras untuk mempersiapkan semuanya. Iya mungkin saya adalah salah satunya, dengan tugas menghandle makanan sahur. Dengan segala upaya, mulai dari mencari sasaran SOTR, mencari warung untuk kita pesan makanan, hingga akhirnya tibalah pada hari yang kita tunggu-tunggu, yaitu hari ekskusi buka bersama dan sahur on the road.

Acara dibuka dengan batal puasa bersama di rumah salah satu teman kami. Namun, ini bukan acara puncak. Acara ini seperti halnya pemanasan sebelum melakukan eksekusi yang sebenarnya. Puncak kegiatan adalah nanti malam yaitu pada waktu menjelang sahur. Sambil menunggu waktu sahur kami menikmati hidangan buka puasa dengan begitu bahagia sambil ditemani oleh tayangan televisi Dinosaurus. Disini kami saling bertukar pikiran serta bercanda tawa. Tiba-tiba waktu telah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Saya teringat untuk mengambil makanan sahur. Warung pesanan sahur cukup jauh dari lokasi. Kami harus segera mengambil makanan tersebut sebelum warung tutup. Kami segera bergegas menuju tempat saya pesan makan sahur. Untung saja belum tutup. Kami segera menuju lokasi sahur dengan mengendarai sepeda motor. Langsung tancap gas.

Setibanya di rumah lokasi, kami belum saatnya beraksi. Kami melepas penat setelah ujian akhir dengan cara bermain ala kadarnya. Kami sharing, curhat, dan sebagainya. Pada akhirnya waktu telah menunjukkan pukul 01.00 WIB dan kami mulai beraksi. Kami berubah menjadi penjual nasi bungkus dadakan. Lho mengapa begitu? Maksudnya adalah kami harus membungkus nasi dan lauk yang sudah dipesan tadi. Walaupun sedikit ribet dan masih amatir tetapi disini kami benar-benar belajar untuk berjuang terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. Banyak keuntungan juga lho jika kita mau membungkus makan sahur ini sendiri. Manfaat yang pasti adalah kita akan mendapatkan jumlah bungkusan nasi yang lebih banyak daripada hasil dari warung dan pastinya dengan biaya yang lebih hemat. Manfaat kedua adalah kita bisa belajar membagi tugas dan sadar atas perannya masing-masing, yaitu ada yang memasang nasi dan ada yang bertugas menaruh lauk serta sayur. Praktis bukan? Yang ketiga adalah kita akan belajar mengenai sikap adil, karena saat melakukan tugas membagi nasi dan lauk, maka kita dituntut untuk membagi sama rata untuk bungkusan satu dan yang lain. Selanjutnya adalah kita akan belajar untuk sabar, karena tidak mudah lho melakukan ini tanpa adanya kesabaran yang penuh dan supaya nasi yang kita bungkus juga rapi.

Manfaat yang lain akan dirasakan jika kita sudah mencoba melakukan kegiatan seperti ini. Kami rasa jumlah nasi bungkusnya sudah cukup. Mari kita langsung bersiap untuk berangkat menyisir lokasi sahur yang ada. Sebelum berangkat kami berdoa terlebih dahulu, semoga kegiatan ini mendapat barokah dan kelancaran, serta nasi bungkus ini dapat bermanfaat untuk mereka yang membutuhkan. Berdoa selesai. Kami langsung bekerja sesuai tugas masing-masing dan menuju lokasi yang dituju, kecuali saya dan kedua teman saya. Kami adalah bagian sesi dapur yang mengurusi segala hal yang berhubungan dengan dapur dan cuci mencuci. Jadi, tugas kami adalah menyiapkan sahur untuk kami semua sambil membereskan rumah. Tak lama kemudian kami mendengar suara ramai anak-anak kecil beriringan dengan suara beduk patroli. Suara itu semakin dekat, sehingga kami keluar rumah untuk melihat anak-anak tersebut. Ternyata mereka sedang melakukan patroli keliling kampung membangunkan warga untuk sahur. Mereka memainkan alat musik patroli dari timba itu dengan lincah dan mahir. Sungguh menakjubkan, hingga kami bertiga memutuskan untuk ikut bersama mereka. Pertama kalinya kami berpatroli seperti ini, rasanya sangat menyenangkan karena bisa melihat mereka. Mereka  adalah anak kecil yang masih memiliki wajah polos dan mampu tersenyum tertawa lepas menikmati kegiatan ini.

Setelah kami mengikuti anak-anak kecil itu, kami kembali ke tempat untuk melanjutkan bersih-bersih. Beberapa lama kemudian terdengar suara motor, akhirnya para pejuang sahur telah kembali. Mereka merasa sangat puas dan bahagia karena mampu berbagi kepada orang-orang yang masih ada di sekitar kita. Walaupun tak seberapa dari apa yang kami berikan, kami tetap bersyukur masih mampu menyisihkan rezeki dan waktu kami untuk orang lain, karena jika kita memerhatikan dan peduli kepada mereka, maka mereka akan sangat bahagia menerima kehadiran kita. Itulah kebahagiaan yang sungguh sederhana. Bahagia  bagi saya adalah ketika saya mampu merasakan keadaan orang lain, dan mereka mampu merasakan keadaan saya, sehingga kami bisa tersenyum bersama. Ketika itu pula kami sangat bersyukur. Jika bukan kita yang memulai maka siapa lagi?

Oleh: Anggi Citra Alfiroh

Dari: Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur

kontes cerita ramadhan emir


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *