Apa Itu Hijrah?

Sumber: Pixabay

Hijrah merupakan salah satu risalah penting dalam islam. Bahkan penanggalan islam dimulai dari hitungan momentum hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Hijrah memberikan langkah memulai perubahan dari realitas yang buruk menuju realitas yang lebih baik. Sebenarnya apa itu arti hijrah?

Hijrah secara bahasa adalah berpindah dan berpisah. Sementara secara istilah, menurut Raqib al-Isfahani, pakar leksikografi Al-Qur’an berpendapat bahwa sebagai istilah, kata hijrah biasanya mengacu kepada tiga pengertian, yaitu:

  1. Meninggalkan negeri yang berpenduduk kafir menuju negeri yang berpenduduk muslim, seperti hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah.
  2. Meninggalkan syahwat, akhlak yang buruk dan dosa-dosa menuju kebaikan yang diperintahkan oleh Allah SWT.
  3. Mujahadah an-nafs atau menundukkan hawa nafsu untuk mencapai kemanusiaan yang hakiki.

Dalam konteks ini, maka pengertian yang kedua dan ketiga merupakan pilihan yang tepat, yaitu suatu jiwa berniat untuk melakukan perubahan perbaikan diri dari dunia “gelap” menuju dunia “putih”. Perubahan diri dari realitas hidup yang awalnya suka foya-foya, senang-senang seakan tanpa batas, berubah menuju realitas hidup yang serba baik,seperti suka ke masjid, hadir ke majelis taklim, menjadi aktivis dakwah, dan segala .perubahan kebaikan lainnya.

Dalam hijrah yang demikian, setidaknya memberikan beberapa tanda pada diri:

Pertama,  Keberanian sikap untuk keluar dari realitas masa lalu dengan segala akses dan pola hubungannya. Kemudian berpindah atau hijrah pada kehidupan religius mendekat kepada Allah SWT dengan mendengarkan suara hati nurani yang fitrah.

Kedua, mereka yang berani hijrah adalah mereka yang memiliki semangat berkomitmen untuk meneguhkan nilai-nilai kebaikan yang telah tersibghah atas dirinya. Nilai yang saat ini telah diyakini kembali menjadi jalan hidup yang dipilihnya. Jika sebelumnya mungkin dipenuhi oleh nuansa kegelapan, jauh dari nilai-nilai kebaikan, maka sekarang telah memahami untuk kembali pada jalan fitrah dirinya,karena semenjak awal penciptaan manusia telah berada dalam keadaan yang fitrah sebagaimana disebutkan bahwa:

Diriwayatkan dari Bukhari RA di dalam sahihnya dari Rasulullah SAW, bersabda: “ Tiadalah yang terlahir kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, dan majusi” (HR. Bukhari).

Fitrah artinya suci, bersih dalam pengertian memiliki kecenderungan untuk selalu berada dalam kebaikan yang sejak awal detik kehidupan telah menjadi bagian integral dalam diri manusia.

Berhijrah pada kebaikan sejatinya adalah kembali pada fitrah dirinya yang memang sejak awal telah fitrah dan mungkin pernah khilaf dalam sebuah perjalanan sejarah yang kemudian menjauh dari jalan kefitrahan itu. Orang yang berhijrah sejatinya adalah kembali pada rumahnya sendiri.

Pada saat seseorang telah memilih jalan kembali, maka di sana ada komitmen untuk melakukan perubahan dan meniti jalan kebaikan

Ketiga, hijrah itu perjuangan menuju perubahan. Dalam sebuah perjuangan membutuhkan energi besar untuk keluar dari kerangkeng nafsu masa lalu.

Seseorang yang sebelumnya sudah merasa nyaman dalam keadaan gelap karena ada banyak kenikmatan sementara yang diperolehnya. Untuk itu bagi para pelaku hijrah, hal ini merupakan sebuah perjuangan yang berat. Sebab bisa jadi dalam lingkungan yang baru belum tentu dengan mudah diterima. Sementara orang-orang di lingkungan masa lalunya mungkin mencemooh dan ingin menariknya kembali ke dalam kubangan hitam itu. Di sinilah perjuangan sesungguhnya yang sangat berat bagi seorang yang sedang hijrah. Sehingga dibituhkan niat dan usaha yang kuat agar tidak terjerumus kembali ke kehidupan masa lalu yang kelam.

Keempat, orang yang sedang hijrah sebenarnya sedang merajut sebuah mimpi indah masa depan yang ingin diwujudkannya. Mimpi yang menggerakkan semua hati insan untuk bersemangat melakukan tindakan-tindakan besar, bermakna, dan bernilai kepahlawanan. Semua itu karena dilandasi atas suatu mimpi dan harapan serta keyakinan kuat bahwa ada masa depan yang menunggu di sana. Semua amal dimintai pertanggungjawaban pada sebuah hari di mana setiap insan mendapatkan balasan atas setiap tindakannya sekecil apapun yang berujung pada kebahagiaan surga atau kesengsaraan neraka.

Keyakinan ini hanya dapat dipahami oleh mereka yang memiliki hati yang tercerahkan, hati yang telah tersibghah kebaikan.

“Dan mereka berkata: “Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk”. Katakanlah: “Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik”. (QS. Al-Baqarah [2]: 135)

Selamat bagi kalian yang telah tersibghah dari Allah yang terpanggil untuk kembali. Selamat meniti jalan Ilahi, jalan yang memanggil diri atas kefitrahan-Nya. Semoga kita senantiasa istikamah dalam berhijrah.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *