Antara Benar dan Banyak

Nilai suatu amal perbuatan bukan berdasarkan pada seberapa banyak jumlah amal yang dilakukan (kuantitas) namun nilai suatu amal perbuatan terletak pada tingkat kualitasnya. Kualitas amal perbuatan ditentukan oleh 2 hal, yaitu:  benar dan ikhlas. Benar berarti amal yang dilakukan sesuai dengan aturan ketentuan sebagaimana yang dicontohkan dalam keteladanan Rasulullah saw.

Secara sempurna Rasulullah saw telah memberikan contoh perilaku sebagai penjabaran atas aturan yang telah Allah SWT tetapkan dalam Al-Qur’an. Rasulullah SAW telah memberikan contoh perilaku secara detail dan riil baik perilaku sebagai manusia biasa ataupun pula sebagai rasul yang mengemban dakwah. Semua telah dicontohkan, kita tinggal hanya meniru saja.

Sesuatu dianggap benar apabila dibenarkan oleh aturan (syarak) dan sebaliknya, sesuatu dianggap jelek dan salah apabila syarak mengatakan demikian. Sehingga standar penilaian benar atau salah sesuatu perbuatan adalah dilihat dari sudut pandang syarak atau aturan yang Allah SWT tetapkan kepada diri kita.

Amal perbuatan tidaklah harus banyak, namun harus benar dan baik. Benar karena sesuai aturan dan baik dalam melakukannya, serta dilakukan secara kontinyu dan istikamah. Dengan keistikamahan itulah yang mengantarkan pada keberkahan amal walaupun yang dilakukannya kecil, sepele, dan sedikit.

Sesuatu yang bernilai benar harus dilakukan dengan cara yang baik, sehingga hasilnya akan menjadi terbaik. Sebaliknya, kebenaran apabila dilakukan dengan cara tidak baik, maka hasilnya tentu tidak baik. Sebagaimana dalam filosofi perkalian:

+ x + = +

+ x –  = –

sebagaimana pula ungkapan Ali R.A.:

“Kebenaran yang tidak dikelola dengan baik, akan dikalahkan oleh kebatilan yang dikelola dengan baik.”

Kedua, ikhlas. Setiap amalan apa pun pada ujungnya adalah nilai keikhlasannya. Kalaupun kita melakukan banyak amalan namun tidak ikhlas, maka semua itu menjadi tidak bermakna. Ikhlas adalah wujud dari keimanan kita. Bersikap ikhlas berarti kita menyerahkan penuh seluruh aktivitas yang dilakukan adalah semata untuk Allah swt. Sementara orang yang tidak ikhlas berarti telah meletakkan makhluk bersanding di hadapan Allah swt baik dalam hal mendapatkan pujian dan penilaian (riya) ataupun akhir sebuah tujuan amal (syirik).

Allah swt meletakkan ikhlas sebagai amaliah utama. Allah SWT berfirman:

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” (QS. An-Nisa’[4]: 125)

Keikhlasan adalah meniadakan maksud dan kepentingan pribadi dalam melakukan amal apa pun dan hanya menjadikan Allah SWT sebagai muara semua aktivitas. Semoga kita diberi keikhlasan dalam melakukan setiap aktivitas perbuatan.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *