Gema alaramku berdering memenuhi hamparan kamar, membuatku beranjak dari kursi belajar dan segera memasukkan buku kedalam tas. Segera ku bergegas persiapan untuk kekampus. Sebab sekarang adalah hari pertama UAS batinku bergumam untuk mengawali berangkat ke kampus. Tepat pukul 07:00 aku berangkat ke kampus dengan mengendarai motor kesayangan. Jarak rumah ke kampus sekitar 8 km. aku pun langsung menancap gas dari rumah, kira-kira 2 km dari rumah motorku mengalami blong pada bagian gas setirnya sehingga motor yang ku kendarai jalan sendiri tanpa harus di gas, begitu cepat, jatung ini berdebar tak bisa ku kendalikan laju motor yang semakin melesat, aku bingung bagaimana menghentikan motorku, aku berusaha menghentikannya dengan kedua rem. Naasnya motor yang ku kendarai tak jua berhenti hanya saja lajunya bisa sedikit lamban. Hanya lantunan shalawat dalam hati ini tiada henti sampai-sampai badanku terasa lunglai dan berkeringat dingin, tanganku pun seperti mau kram. Mata ini ingin mengeluarkan air mata namun tak mampu menetes. kala itu aku hanya punya dua pilihan menjatuhkan motorku atau mencabut kontaknya. Sempat terbesit dalam hati “jika ku cabut kontaknnya, bisa saja motorku tidak berhenti” aku pun mulai ragu dengan pilihan ke dua namun sebelum aku ingin menjatuhkan motor dan badanku ke tepi jalan aku tetap melaju dengan motorku yg blong hingga 2km sampai pada saat itu ada lampu merah,
Aku sudah hampir pasrah ketika mendekati lampu merah, lantunan shalawat dalam hatipun tidak berhenti sama sekali, dan Allah pun masih menyayangiku lampu nya menjadi hijau, tidak jauh dari situ aku melihat indomaret dan luas halamannya. Segera ku belokkan motorku dan ku cabut kontaknya.
“Alhamdulillah, motorku berhenti……aroma apa ini?” (ku bertanya dalam hati)
(sambil menengok kea rah belakang)” Astaghfirullah ternyata bau terbakar ini berasal dari rem ku, pantas saja remnya terbakar sekitar 2km aku menahan motor ini dengan rem”
Di arah depan kulihat ada bengkel, langsung ku bawa motor ini menuju sana dan karyawan bengkel segera menanganinya. Di sisi lain hati gelisah karena takut telat datang UAS. Dan ku hubungi teman-temanku ternyata ada penguluran waktu, UAS dilakukan tepat pukul 08:00. “Lagi-lagi Allah menyelamatkanku mungkin ini juga dari lantunan sholawat” pikir ku. Setelah semuanya di perbaiki, aku langsung bergegas menuju kampus. Di sepanjang jalan ku ucapkan syukur karena hari ini aku telah di selamatkan dari hal yang sebenarnya di fikir dengan akal aku sudah jatuh atau menabrak kendaraan lain, namun Allah masih menyayangiku. Setiba di kampus aku pun mengikuti UAS begitupun hari berlalu seiring tenggelamnya fajar.
Pesona senja yang tenggelam seiring berkumandangnya adzan maghrib menandakan waktun berbuka bagi umat islam. Aku pun membeli bakso untuk berbuka karena aku tidak buka puasa di rumah. Setelah aku makan bakso aku pun sholat di masjid kampus dan setelah itu aku pergi ke pondok karena ada acara khotmil qur’an. Sesampai di pondok aku mengikuti serangkaian acara yang berlangsung dan aku menginap di sana.
Lewat tengah malam, perut ini berdendang merasakan keroncongan.
“mungkin karena seharian ku belum makan nasi”(cakapku dalam hati).
Aku terus menahan rasa lapar ini higga pukul 02:00 para santriwati melakukan qiyamul lail di masjid jami’. “ letak masjid ini diluar pondok, mungkin aku bisa beli nasi dijalan” pikir ku.
Aku berangkat menuju masjid dan di sebrang jalan kulihat ada warung nasgor yang buka. Segera ku bergegas kesana bersama 2 temanku. Temanku yang memesankan untuk kami, tapi ternyata nasgor nya telah habis di beli orang. Aku pun menuju gerbang masjid bersama temanku dengan tangan kosong. Baru menginjak gerbang masjid ada petugas yang menawari kami nasi kuning. Kemudian kami ambil nasi kuning dalam kresek dan ternyata ada 5 bungkus. Kami lanjutkan langkah kami, kemudian ada bapak yang sudah berumur memberi kami 3 buah floridina.
“aku merasa sangat bersyukur di bulan yang penuh rahmat, Aku benar-benar merasakan karunia Allah yang di berikan kepada ummatNya.” Ucapku dalam hati.
“Rasanya baru kemarin aku mengucapkan Marhaban ya Ramadhan namun sekarang aku harus menghadapi kenyataan dan mengucapkan muwaddaa’ muwaadda’ yaa Ramadhan , aku tidak ingin berpisah dengan bulan yang penuh rahmat, bulan dimana Allah memberikan pengampunan yang agung, bulan yang selalu menjadi kerinduan bagi umat Islam.”