Tuhan itu adil, manusia yang serakah

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum.

Manusia. Bisa dibilang, tidak ada kepuasan dalam diri manusia. Merasa puas dan cukup, mungkin adalah hal yang sering diucapkan namun tidak pernah bisa untuk benar-benar dirasakan dan diamalkan. Bagaimana tidak, manusia punya banyak mimpi dan punya banyak nyali. Sejatinya, ia akan mengejar mimpinya sampai ia dapat. Lalu, setelah ia dapatkan apa yang ia mau, ia kembali menyusun strategi untuk menemukan lagi mimpi-mimpi yang lain. Sering kali kita menuntut Tuhan dengan lancang. Seringkali kita marah, karena apa yang kita minta tidak selamanya ia berikan. Kita menuntut hak kita sebagai hamba, kita merendahkan Tuhan dengan kalimat “Ah, katanya Tuhan Maha Baik, Maha Memberi, Maha Penyayang. Tapi mana? Saya butuh ini, Tuhan gak kasih. Justru, apa yang saya inginkan, didapatkan oleh orang lain. Mana? Dimana Tuhan yang Adil itu?”

Karena berbagai macam permasalahan, kejadian, ataupun musibah, kebanyakan manusia akhirnya mengucapkan hal-hal seperti itu. Mereka mulai meragukan Allah. Ada yang orang tuanya meninggal, ada yang kehilangan pekerjaan, ada yang kehilangan kekasihnya, ada yang tidak lulus dari ujian, ada yang butuh uang, dan masih banyak lagi.

Sejatinya, pada saat emosional kita lemah, disitulah kadar spiritual kita mulai naik. Tapi setan juga semakin semangat untuk menjerumuskan kita. Kamu yang sedang mengalami ini, yang sedang marah sama Allah, yang sedang kecewa dan merasa diabaikan sama Allah, ingat! Kamu sedang dikuasai oleh makhluk terlaknat yakni setan. Dengan kau rawat amarahmu itu, setan sedang tertawa gembira di sampingmu. Mereka berpesta ria. Mereka senang karena sudah berhasil menguasai dirimu. Memangnya kamu mau dikuasai oleh setan? Kamu mau dibodohi oleh makhluk yang tempatnya kekal di neraka? Ibarat kamu berteman sama penjahat, memangnya kamu juga mau terjerumus ke dalam penjara? Tidak, kan?

Sebenarnya, Tuhan itu adil. Tapi karena ketidaktahuannya manusia, karena keterbatasan kita sebagai hamba, kita sering kali salah dalam mengartikan makna dari rencana-rencana Allah. Kita tidak tahu apa yang Allah siapkan untuk kita, makanya kita selalu mengklaim bahwa Allah itu tidak adil, Allah itu pilih kasih. Sama halnya kalau kita menerima kado ulang tahun. Kita tidak tahu, kan, apa isi dari kotak yang dibungkus rapi dengan pita warna warni itu? Mungkin saja isinya adalah hal yang paling kita suka atau hal yang paling kita benci. Tapi kita menerima apa adanya, dengan senyum, dengan perasaan gembira. Dan mana tahu, di suatu hari nanti, kado yang isinya adalah hal yang tidak kita sukai akan jadi hal yang paling kita butuhkan. Begitu juga saat kita menerima kado dari Allah. Apapun itu, kita sebaiknya menerima apa adanya.

Allah sebenarnya tahu apa yang kita mau, tapi mengapa Allah memberikan apa yang kita butuh, karena itulah yang terbaik buat kita. Mungkin kalau kita dikasih apa yang kita mau, nanti kita jadi sombong, jadi orang yang tidak tahu diri, jadi suka pamer sama orang-orang. Allah tidak suka orang sombong, Allah tidak suka orang pamer. Makanya, Allah kasih apa yang kita butuhkan supaya kita kembali mengingat Allah.

Kita sering menyalahkan Allah. Padahal kesalahan sebenarnya ada pada manusia. Saat kita mendapat kebahagiaan, kita baru mengakui kalau Tuhan itu Adil. Saat kita kena musibah, kita langsung mengatakan “Tuhan gak adil banget sih”. Itu bukti kalau manusia memang serakah, tidak pernah merasa puas.

Kawan, Allah itu Maha Adil. Di mana bukti keadilan Allah? Yang paling sederhana adalah Allah tidak menampakkan dirinya. Kenapa? Karena di dunia ini tidak semua orang punya Indra pengalihatan yang baik. Kalau Allah menampakkan dirinya, berarti itu tidak adil karena orang buta tidak bisa melihat Tuhannya. Makanya, Allah tidak menempatkan dirinya pada satu wujud.

Kenapa Allah tidak di Mekkah saja? Lagi-lagi itu tidak adil. Karena kalau Allah ada di Mekkah, hambanya yang tidak punya cukup biaya untuk bisa berkunjung ke Mekkah, berarti tidak bisa melihat Allah, dong? Makanya, kita tidak perlu mencari Allah kemana-mana, Allah ada di sini, di hati kita.

Itulah contoh kecil Keadilan Allah. Bahkan, Allah menempatkan keadilannya pada hal-hal sederhana yang mungkin tidak kita sadari. Kita selalu menuntut yang besar, sampai-sampai kita tidak melihat, ada hal kecil yang begitu besar maknanya, yang Allah berikan untuk kita.

Kita selalu menuntut hak kita, tapi kita tidak tahu diri. Sadarkah kita? Apa yang sudah kita lakukan untuk Allah? Apa yang sudah kita korbankan? Apa yang kita berikan pada Allah? Kenapa kita begitu lancang untuk menuntut ini itu sementara kita belum berbuat apa-apa? Nabi saja yang sudah disiapkan Surga untuknya, beliau masih shalat, beliau masih berbuat baik, beliau masih berusaha untuk menjauhi hal-hal yang tidak Allah inginkan. Kata Nabi, saya tahu diri. Saya di kasih Surga, masa saya malas-malasan dalam beribadah? Masa saya seenaknya berbuat dosa? Malu, saya malu sama Allah.

Begitu kata nabi. Lah, kita? Cuma manusia biasa, shalat saja masih bolong-bolong, ghibah saja masih sana sini, tapi toh tidak tahu diri selalu menuntut hal lebih sama Allah. Selalu memaksa Allah, mengatur-atur Allah. Dasar manusia, tidak tahu malu.

Ingat kawan, Allah itu sudah merencanakan jalan hidup terbaik untuk kita sebelum kita sempat merencanakannya. Jadi tidak perlu khawatir. Apa yang tidak baik untukmu, tidak akan pernah jadi milikmu, dan apa yang ditakdirkan untukmu, tidak akan pernah melewatkanmu. Intinya, banyak introspeksi diri, “apa yang sudah kita lakukan buat Allah?”. Kita minta gaji, tapi tidak pernah masuk kantor. Itu kan kurang ajar namanya.

Semoga tulisan yang sangat sederhana ini bisa bermanfaat untuk teman-teman. Terima kasih sudah membaca. Kamu yang menemukan tulisan ini, sudah resmi jadi teman saya. Jadi, jika butuh apa-apa jangan sungkan untuk meminta bantuan. Jangan sungkan untuk menyapa, eheh. Ig saya : aqillah_fadia.

Sekali lagi terima kasih,
Peluk hangat dari saya,

Wassalamu’alaikum.
Aqillah Fadia Haya


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *