Kontribusi sebagai anak muda kepada agama dan bangsa sekarang menjadi pernyataan besar saya. Sudahkah saya memiliki andil besar untuk kepentingan ummat, ataukah masih mengedepankan ego yang hanya berniat mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Sehingga, pertanyaan besar tersebut menjadikan saya keluar dari salah satu perusahaan multinatinal company terbaik di dunia, bahkan posisi saya saat itu sudah menjadi Asisten Manager.
Saat itu saya hanya fresh graduate dari Fakultas Teknologi Pertanian Brawijaya Malang, sedangkan teman-teman seangkatan saya rata-rata sudah memiliki pengalaman kerja rata-rata diatas 3 tahun. Mendapatkan posisi tersebut di usia yang paling muda di satu angkatan menurut saya merupakan pencapaian yang perlu untuk diapresiasi.
Sebenernya, proses mendapatkan posisi tersebut buah dari kegigihan, kesabaran hingga do’a yang tak putus di setiap malam. Namun, proses pencarian jati diri masih belum berakhir di posisi ini. Singkat cerita, saya memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut yang mengajari saya banyak hal terutama tentang mental menghadapi dunia, dengan mengambil keputusan untuk melanjutkan pendidikan master saya di Eropa atau US.
Alhamdulillah, tidak menunggu lama saya mendapatkan beasiswa dari kementrian keuangan Indonesia atau bisa di sebut LPDP. Namun, saya di minta harus dapat LoA (Letter of Acceptance) sampai Juli 2018. Ini adalah kesempatan terakhir saya, karena sebelumnya saya telah di CUT dari beasiswa tersebut karena keterlambatan mendapatkan LoA. Oleh karena itu, saya berjanji ingin memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Bagi saya, kesempatan ini adalah sangat langka, mungkin ini berkah dari do’a dari orang-orang terdekat saya khususnya ibu dan bapak saya.
Berbagai persiapan telah saya lakukan, khusunya persiapan score bahasa inggris atau bisa di sebut IELTS. Namun, disinilah sebenarnya kepercayaan atau tauhid saya di uji. Saya telah melakukan tes hingga 3 kali hasilnya belum sesuai standard. Bisa di kalkulasikan jika sekali tes Rp 3.000.000,- maka totalnya menghabiskan hampir Rp 10.000.000,-. Dan uang sebanyak itu hasil hutang ke teman dan saudara.
Rasa sedih semakin menjadi-jadi, karena orang tua saya tiba-tiba sakit jantung dan harus opname di rumah sakit. Bapak dan ibu saya sama-sama berjuang melawat penyakit jantung yang di sebut blok av dalam dunia kedokteran. Hal tersebut, yang membuat saya tersudutkan di keluarga besar untuk cepat menikah, karena posisi saya adalah anak pertama. Maka, meski saya perempuan saya memberanikan diri untuk mengajak nikah laki-laki sholeh pilihan saya. Saya tahu, saya sangat lama mengagumi laki-laki tersebut walau tanpa ada ikatan apa-apa sebelumnya. Namun, hati saya terpatahkan karena singkat cerita laki-laki tersebut tidak membalas ajakan saya hingga 3 bulan ajakan nikah saya.
Saya berusaha menguatkan diri saya, kondisi yang sudah tidak punya apa-apa, banyak hutang, hingga di uji masalah keluarga. Menjadikan saya bertanya “Apa salah saya ya Allah”. Apakah saya layak untuk bermimpi ? Apakah mimpi saya ketinggian? . Pertanyaan tersebut saat ini telah bergeser menjadi momok dalam diri saya. Hingga saya sempat tidak percaya dengan diri saya.
Memang benar “Allah tidak pernah meninggalkan hamba Nya”. Saya tergerak mengikuti pengajian Ustadz Yusuf Mansur di MRP Brawijaya. Saat itu saya mulai mengerti bahwa banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan dari petuah sang guru. Bahwa impian itu harus besar, karena kita memiliki Allah yang Maha Besar.
Percaya, Percaya, Percaya..
Jika memiliki impian yang besar, maka usaha dan tirakatnya juga harus besar. Solat dluha dan malam di kencengin, tambahin puasa daud. Intinya, menjadi reminder saya untuk Back to Allah. Allah yang memiliki dunia ini maka rayulah sang pemilik dunia ini. Jika sudah tidak punya apa-apa. Sebenarnya, masih ada hal luar biasa yang jarang kita sadari yaitu do’a. Saya berjanji kepada diri saya untuk terus positive thinking akan takdir Illahi dan terus totalitas doa dan usaha.
Tidak ada yang tidak mungkin, nothing imposible…. Ini yang saya tancapkan pada diri saya. 2019 saya harus bisa move on dari permasalahan saya, sukses sampai tingkat Internasional, menghajikan ibu dan bapak, dan menikah dengan orang yang tepat dan terbaik dunia akhirat.
Bismillah, I can do it, believe it because miracle happens every day.