Terinspirasi dari Tukang Cukur, Akhirnya Saya Menemukan Jodoh Sholehah

Terinspirasi dari Tukang Cukur, Akhirnya Saya Menemukan Jodoh Sholehah
Terjadi sebuah percakapan ketika saya sedang cukur rambut dekat alun-alun kecamatan.

Tukang cukur : “Masnya orang mana Mas ?”

Saya : “Saya orang Desa X Mas. Kalau Masnya ?”

Tukang cukur : “Saya tinggal di Desa Y Mas”. Berarti Masnya kenal sama Mbak R itu ya ?”

Saya : “Iya Mas, kenapa emangnya ?”

Tukang cukur : “Dulu saya udah serius sama dia, tapi dia malah milih orang lain. Cari jodoh emang gampang-gampang susah Mas?”

Saya : “Lah terus sekarang Masnya sama orang mana?”

Tukang cukur : “Saya di kenalkan oleh Mas B dengan anak santri dari Pondok Pesantren XYZ Mas. Dia rumahnya di Desa K, tetanggamu kan, Mas B itu ?”

Saya : “Iya, tapi jauh”

Tukang cukur : “Istri saya emang ndak cantik Mas, tapi sama suami sangat berbakti, pandai mengaji pula”

Deg ! Dari percakapan diatas seketika langsung terbesit “kenapa tidak cari jodoh anak santri saja ya, pasti disana banyak. Lagian teman saya juga beristrikan anak santri, saya bisa minta tolong kepadanya untuk mencarikan jodoh untuk saya”

Ya ! Pondok Pesantren adalah sebuah tempat dimana seseorang mendedikasikan dirinya untuk belajar mengaji dan agama. Sebuah tempat dimana prinsip kesederhanaan dan budi pekerti di tanamkan.

Di pondok pesantren kita akan bertemu dengan banyak orang yang sangat menjaga sikap dan sangat hormat, terutama kepada mereka yang usianya lebih tua, dan juga guru. Karena alasan itulah saya memilih pondok pesantren sebagai tempat mencari jodoh.

—————-

Sebelumnya saya sempat risau hati karena jodoh yang di cari tak kunjung dapat. Terlalu lama hidup sendiri sangatlah tidak nyaman. Bagi yang pernah mengalami pasti tahu bagaimana rasanya kelamaan hidup sendiri, karena semua dilakukan serba sendiri.

Kebetulan istri dari teman saya adalah seorang alumni pondok pesantren tempat dimana dulu istri saya menimba ilmu. Dan saya pun menanyakan hal tersebut perihal keinginan saya kepada teman saya, dan tentu saja dia bersedia membantu saya.

Tanpa berlama-lama, saya dan teman saya tersebut pun mendatangi tempat yang dituju, yaitu rumah Pak Kyai, yang lokasinya persis di halaman Pondok Pesantrennya. Dan saya pun sowan (bertamu) untuk mengutarakan maksud saya.

Saya menanyakan apakah ada seorang perempuan yang barangkali bersedia menjadi jodoh saya? Dan Pak Kyai menjawab, “ada, itu si Mbak U, di kios lagi kerja”. Mendegar jawaban tersebut sayapun seperti mendapat angin segar karena apa yang saya cari ternyata membuahkan hasil.

Dia bekerja di kios milik Pak Kyai karena memang sudah lulus dari mengaji. Setelah beberapa saat berbincang-bincang, saya pun pamit dan bergegas menuju kios tempat dimana istri saya dulu bekerja.

“Itu anaknya, bagaimana?” sahut teman saya

“Iya” jawab saya

Setelah sekilas bertemu, saya pun dikasih nomor telfonnya untuk kemudian melakukan kontak telfon. Kita tidak pacaran layaknya anak muda jaman sekarang. Kita hanya berbicara seperlunya atau chat seperlunya lewat handphone.

Kita juga tak pernah jalan berdua karena bukan muhrim. Saya bertemu hanya pada saat berkunjung ke rumahnya dan bertemu orang tuanya. Jika tidak salah kita hanya 3 kali bersilaturahmi, dan saya pun melamarnya. Dan selang beberapa bulan, saya pun menikahinya.

Hidup dengan seorang santri amatlah membahagiakan. Terlebih karena semua saudaranya juga seorang santri. Dan Ayahnya sendiri merupakan seorang kyai pemangku masjid.

Saya merasa amatlah damai hidup dengannya dan keluarganya. Hati merasa sangat tenang. Hampir setiap hari selalu di liputi dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an yang mendamaikan hati. Karena istri saya seorang santri, sayapun semakin banyak belajar agama darinya.

Namun untuk mencapai itu semua tidaklah mudah. Sebelumnya saya harus merasakan kepahitan yang luar biasa karena saya pernah mengalami sakit hati dan itu sangat menyiksa. Untuk meredam rasa sakit, saya pun memperbanyak ikhtiar sembari mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.

Selama kurang lebih enam bulan, saya berhasil menamatkan Al-Qur’an 30 juz. Malam pertama membaca, saya rampung 20 halaman (10 lembar) dan sepertinya itu lebih dari satu juz. Pun berikutnya sampai beberapa waktu lamanya, saya masih konsisten membaca 20 halaman setiap malamnya.

Namun lama kelamaan saya merasa capek tapi tetap bertahan dengan membaca 10 halaman (5 lembar tiap malamnya) hingga 6 bulan khatam. Seumur hidup saya baru bisa mengkhatamkan Al Qur’an secepat ini. Semua kejadian memang ada hikmahnya masing-masing. Jika saya tidak mengalami hal ini, mungkin saya tak akan pernah mengkhatamkan Alqur’an.

Bukan itu saja, saya juga rutin melaksanakan sholat hajat, dan sholat dhuha agar impianku menemukan jodoh segera terkabul serta untuk memperlancar rejeki. Saya juga merutinkan sholat ma’mum di masjid karena pahalanya lebih besar.

Selesai sholat, saya tak bergegas pergi, melainkan sholat sunnat dan banyak do’a pun saya lantunkan. Dan itu konsisten saya lakukan hingga akhirnya saya menemukan jodoh saya. Saya merasa sangat besyukur dan Alhamdulillah karena akhirnya Allah menjawab do’a saya.

Kini saya akan terus belajar agama untuk kebahagiaan dunia akhirat. Saya jadi teringat akan lirik lagunya Bang Haji Rhoma Irama yang berbunyi :

“setiap keindahan, perhiasan dunia”

“hanya istri shalehah, perhiasan terindah”
——

“hanya istri yang beriman, yang bisa dijadikan teman”

“dalam setiap kesusahan, selalu jadi hiburan”

Istri shalehah akan menjadi istri ke 71 kita di surga nanti. Istri shalehah akan selalu mengingatkan seorang suami jika melakukan hal yang sekiranya kurang terpuji. Dia akan menunjukan mana yang baik dan mana yang tidak baik berdasarkan ilmu agamanya.

Dia akan mengingatkan bahwa sholat berjama’ah itu lebih besar pahalanya ketimbang sholat sendirian. Dia juga akan mengingatkan bahwa membaca Al juga harus di perhatikan tata caranya.

Dengan hidup bersama orang sholehah, kita akan selalu mendapat siramah rohani yang membuat hati kita tenang dan tentram. Dan tentunya, seorang istri sholehah akan memperhatikan suaminya dengan penuh kasih sayang berdasarkan apa yang di ajarkan Nabi Muhammad SAW. Dan yang terpenting, istri saya sudah banyak belajar bab rumah tangga saat menimba ilmu di Pondok Pesantren.

Semoga kita semua mendapatkan jodoh terbaik kita. Selalulah berbuat baik karena jodoh kita adalah cerminan dari diri kita. Perempuan keji untuk laki-laki yang keji, dan perempuan baik untuk laki-laki yang baik. Dan itu sudah di riwayatkan dalam kita suci Al-Qur’an suart An Nur ayat 26.

Akhir kata, itulah sedikit cerita saya di bulan ramadhan ini. Dan sebentar lagi kita akan merayakan idul fitri 1440 hijriyah. Selamat idul fitri, mohon maaf lahir dan batin.


Penulis

3 COMMENTS
  • Melani Septiani
    Reply

    MasyaAllah, sangat menginspirasi sekali kak. Syukron kak.

  • Amir
    Reply

    Amin, terimakasih Kak. Mari kita berlomba-lomba menuju kebaikan agar hidup semakin berkah 😀

  • arief salafudin
    Reply

    indah ya mas
    kebesaran allah
    janji allah kepada mas benar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *