Suara di telinga

Suara di Telingaku

Di ruang dokter
“Suami ibu mengalami waham dan halusinasi. Waham itu keyakinan salah yang dipercayai kebenarannya. Suara-suara yang didengarnya itu adalah halusinasi,” kata dokter Erie setelah mendengarkan ceritaku tentang kondisi Amir, suamiku, kepadanya di ruang praktek dokter,
Aku sengaja datang kepada dokter Erie, Psikiater, untuk konsultasi kondisi Amir yang beberapa hari ini agak aneh, tanpa sepengetahuan suamiku dan keluarga.
–o0o–
Beberapa hari terakhir, dia merasa terganggu dengan suara-suara berisik di telinga kirinya, kadang dia bicara sendiri seperti menjelaskan sesuatu entah kepada siapa, kadang bila sangat terganggu dengan suara-suara yang berasal dari dinding-dinding rumah, ia menyiram air ke arah dinding, sehingga dinding dan lantai menjadi basah. Yang menyedihkan, ia tidak bisa tidur dan selalu gelisah dengan suara-suara di telinganya. Ia juga merasa takut, sehingga sambil tidur pun memegang tanganku. Aku saja yang terlalu lelah setelah bekerja seharian, tidur pulas tak merasakan kegelisahannya.
“Ada orang ngobrol ramai di balik tembok.”
“ Mereka tertawa seperti mengejek aku. Ada jin yang ganggu aku.” Katanya agak rancu dengan sebutan orang, jin atau setan.
“Bang Amir sudah shalat ? Shalat dulu” jawabku “Siapa tahu suara-suara itu hilang.”
“Sudah, tapi masih berisik di kuping kiri.”
“Kalau diganggu jin atau setan, baca Auzubillahi minassyaithan nirrojim,” jawabku. Aku lalu mencari Alqur’an “Ini di Alqur’an ada. Surat 41 Fushilat ayat 36,” kataku sambil membuka Alqur’an yang ada terjemahannya.
Wa immaa yanzaghannaka mina sysyaithaaniinazghun fasta’idz bilaahi innahu huwa ssamii’u l’aliiim
Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
“Jangan lupa baca juga Alfatiha, Al Ikhlas, Al Falaq, Annas, Ayat kursi,” tambahku lagi. Aku lalu menemaninya membaca ayat-ayat suci untuk menenangkan hatinya. Tapi ternyata tidak berhasil, masih saja gelisah walaupun berulang-ulang kali dibacakan.
Karena kuatir melihat Amir yang merasa terganggu dengan kehadiran makhluk halus, aku menghubungi iparku, Dede, adik Amir untuk minta bantuan pertolongan. Dede bekerja sebagai guru di Pesantren, di lingkungannya pastilah banyak ustad-ustad yang dapat menolong mengusir makhluk halus. Dede sendiri memiliki pengalaman berkaitan dengan makhluk halus. Ia sudah menikah dan memiliki 2 orang putri. Salah satu putrinya memiliki kelebihan untuk melihat makhluk halus. Dari ceritanya, putrinya sering melihat makhluk bertubuh tinggi gelap, kadang seperti bayi dalam perut, kadang perempuan berambut panjang, dan lain yang entah apa lagi. Makhluk-makhluk itu kadang ada di dalam rumah mereka atau di tanah kosong depan rumah. Kadang dilihatnya di tepi jalan, terutama menjelang magrib.
“Dede, abangmu seperti diganggu makhluk halus. Kadang omong sendiri. Tingkah lakunya anek. Tolong ke rumah ya”kataku kepadanya melalui telepon.
“Iya, kak, nanti aku ke rumah kak Anna” jawab Dede di seberang telepon.
Esok hari, Dede berkunjung. Dia berbincang-bincang dengan abangnya. Abangnya pun bercerita tentang suara ribut dan makhluk-makhluk yang mengganggu. “Tuh mereka tertawa lagi. Berisik di balik tembok,” kata suamiku lalu segera diambilnya gayung yang diisi air dari kamar mandi , lalu menyiram dinding belakang rumah.
Dede terpana melihat perilaku abangnya. Aku juga hanya bisa diam mengamatinya. Ah seperti orang tak waras. “Ya sudah .. Bang Amir duduk sini dulu. Kita baca Alqur’an.” kata Dede, mengajak abangnya untuk duduk, lalu mengambil sebuah alqur’an dari lemari dan membacakannya. Amir terlihat agak tenang mendengar Dede membaca Alqur’an.
–o0o–
[Aku ke rumah Nek aja deh. Kamu nanti nyusul pulang kantor ya. Ajak Ari juga. Kita nginap di sana] pesan Amir keesokan harinya melalui pesan singkat ketika aku sedang di kantor. Ia menyebut Nek untuk ibunya yang memang sudah menjadi nenek bagi putra kami, Ari.
[Iya. Nanti aku bilang Ari, biar dia langsung pulang ke rumah Nek dari kampus] balasku via pesan singkat.
Sepulang kantor aku langsung ke rumah Nenek, rupanya suamiku sudah datang dan sedang berbincang dengan Nek. Setelah memberi salam dan bicara ringan lainnya, Amir berkata : ”Aku istirahat dulu ya. Mau tidur di kamar Nek”. Ia masuk kamar dan merebahkan diri serta mencoba memejamkan mata untuk tidur, tapi tak lama berbaring iapun bangun “Kamar Nek berisik, makhluk-makhluk itu ikut dari rumah kita ke sini”. Katanya dengan kesal.
“Mungkin suara cicak. Amir. Di rumah ini gak ada setan. Tiap hari rumah ini dibacakan Qur’an dan dishalatin” kata Nek menenangkan Amir. “Jangan mau kalah kamu dengan jurig. Itu taktik jurig biar kamu takut. Coba kamu zikir. Kamu jangan seperti orang senewen.”
“Iya, masih ada suara-suara ribut. Ada 2 jin laki dan perempuan. Yang perempuan ganggu aku. Yang laki ganggu Anna”. Jawab Amir sambil menunjuk kepada ku.
“Gak lah, si Anna kan sering baca Alqur’an. Insya Allah dijaga Allah dan gak diganggu,” Nek yang menjawab. Aku hanya terdiam, sedih melihat perilaku suamiku.
“Kalau kamu mau tidur, sini dibacakan Alqur’an,” lalu Nek mengambil Alqur’an dan membaca beberapa surat. Amir merebahkan diri disamping Nek yang duduk di kusi panjang ruang tamu, berupaya untuk tidur sambil mendengar suara Nek yang membacakan alqur’an. Aku dan Ari yang sudah pulang dari kampus ikut membaca Alqur’an. Ia akhirnya tertidur.
“Papa sebenarnya kenapa, Ma?” Tanya Ari berbisik kepadaku.
“Kalau menurut Mama sih seperti psikotik, ada gangguan kejiwaan. Kurang tahu kalau diganggu makhluk halus. Mungkin bisa jadi begitu.”
–o0o–
“Nek. Aku mau bawa Amir konsultasi ke dokter” ucapku kepada Nenek mengajukan usul pengobatan.
“Tak usah. Itukan sudah diusahakan untuk mengusir jurig. Ada air doa dari ustad Abah yang dibawa Dede. Dia juga sudah mandi air garam, tawas dan bidara yang didoakan. Sudah berkurang suara-suara di telinganya,” kata Nenek menolak usulku. “Aku mau merawat anakku agar tak seperti orang senewen. Kasihan dia setelah pensiun kok seperti itu.”
“Tapi perlu juga kita tanya dokter. Ada temanku seperti itu, dia bilang sendiri, berdoa saja tidak cukup, ada yang harus diobati dari tubuhnya. Manusia kan terdiri dari fisik dan psikis. Jasmani dan rohani,” kataku lagi untuk meminta persetujuan dari Nenek, ibunya Amir.
“Terserah kamu saja” jawab Nenek singkat. Sepertinya kesal karena cara penyembuhan yang dilakukannya melalui air dan doa-doa dari beberapa ustad kurang didukung menantunya.
Aku tahu apa yang dialaminya sebenarnya bukan sekedar ketempelan jin atau gangguan setan semata, ada masalah psikologis dan aktivitas otak yang mempengaruhi perilakunya. Tapi aku tak dapat menjelaskannya kepada Nenek.
–o0o—
Di ruang dokter
“Sudah berapa lama suami ibu mendengar suara-suara seperti itu ?” Tanya dr. Erie lagi
“Sekitar tiga minggu, dokter” jawabku.
“Suara-suaranya ngomong apa?”
“Kurang tahu dokter. Tapi salah satu pengganggunya bertanya kenapa internetnya diputus, dan dia menjawab sambil omong sendiri, bahwa internetnya diputus karena passwordnya dipakai orang banyak. Ada jin internet katanya”
“Pernah terbentur gak kepalanya, atau ada riwayat keluarga seperti itu ?”
“Tidak ada dokter. Setahun sekali, ia general check up dari kantornya sebelum pensiun, tak ada penyakit.’
“Alasannya apa dia ambil pensiun dini ?”
“Katanya sih sudah capek bekerja, Dokter. Dia sudah bekerja sejak sebelum kuliah.”
“Lalu kegiatannya setelah pensiun apa?”
“Lebih banyak nonton tv, internet atau hape, sesekali ia olah raga bersepeda. Apa karena suka menonton acaranya Roy Kiyoshi ?” Dokter menggelengkan kepala menjawab pertanyaanku.
“Sebelumnya pernah ada keluhan gak ? seperti pusing atau apa?”
“Tak ada, Dok”
“Daya ingatnya bagaimana ?”
“Sesekali lupa hari, Dokter. Mungkin karena sudah pensiun setiap hari adalah hari libur.”
“Hmm .. sudah mulai dimensi. Kalau barang atau benda-benda miliki pribadi , lupa juga ?”
“Tidak, Dok. Masih ingat dia.”
“Agak aneh juga, mengalami waham setelah usia 45 tahun tanpa riwayat sakit.” Kata dr. Erie berfikir.
“Saya kasih obat antipsikotik untuk mengurangi suara-suara yang didengarnya. Nanti kita lihat proses kesembuhannya.”
“Iya, dok. Kira-kira kambuh lagi gak ? selama ini sih diberi minum air doa oleh keluarganya, dimandikan air doa yang dicampur dengan garam, tawas dan daun bidara. Aku sudah ajak dia untuk konsultasi ke dokter, tapi dia menolak karena merasa tak ada masalah medis.”
“Iyalah, dia pasti tak merasa ada masalah medis. Kita usahakan dulu. Kesembuhan kan dari Allah. Hanya Allah yang menyembuhkan,” kata dr. Erie.
“Lalu cara memberikan obatnya bagaimana ? pasti dia menolak,”
“Bilang saja itu vitamin. Atau kalau dia curiga, obat digerus lalu ditabur di makanannya,”saran dokter.
“Iya dok, nanti diusahakan untuk diminumkan,” jawabku sambil berfikir bagaimana cara memberikan obat. Aku sangat yakin pasti dia pasti menolak bila tahu diberi obat antipsikoktik.
–o0o—
“Anna .. suara-suara di telingaku sudah gak kedengaran lagi. Nanti kita pulang ke rumah ya,” kata Amir beberapa hari setelah aku konsultasi ke Psikiater dan kuberi obat secara diam-diam, tanpa sepengetahuannya maupun Nek.
“Alhamdulillah .. jurignya sudah pergi,” ujar Nenek senang dan lega karena usahanya tidak sia-sia “Terus membaca alqur’an, shalat, zikir biar jurignya gak ganggu lagi.”
“Mudah-mudahan gak diganggu lagi. Iya nih musti sering-sering zikir dan baca Qur’an, gak boleh kosong pikiran nih,” kata Amir menyimpulkan dan meyakinkan kesembuhan dirinya “Nek, terima kasih ya sudah mau ditempati anaknya selama beberapa hari. Maaf jadi merepotkan.”
“Gak apa. Asalkan kamu sehat lagi,“ jawab Nenek
“Bang Amir sudah tak takut pulang ke rumah ?” tanyaku untuk meyakinkan dan memastikan dia sudah pulih.
“Sudah. Kasih tahu Ari kita pulang ke rumah.”
Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah, Engkau telah memberi kesembuhan kepada suamiku. Memberi hidayah dan mengembalikan imannya. Semoga ia tetap istiqomah melakukan amal salehnya, dan dilindungi dari gangguan makhluk halus.
“All?humma rabban n?si, adzhibil ba’sa. Isyfi. Antas sy?fi. L? sy?fiya ill? anta syif?’an l? yugh?diru saqaman. Ya Allah, Rabb manusia Yang Menghilangkan kesusahan, berilah kesembuhan, Engkaulah Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada yang mampu menyembuhkan kecuali Engkau, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain”
Doaku untuk suamiku. Tak terbayangkan bila ia benar-benar menderita gangguan psikotik.

Ramadan 1440 H
Catatan : jurig =setan/jin /makhluk halus


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *