Senandung Satu Masa

Ratusan malam telah berputar, masih saja aku disuguhi pagi yang membawa beribu hajat di pundaknya
Purnama dengan aroma kesucian, pantaskah aku bertemu dengannya?
Teduhnya suara rintihan para pecandu alam abadi, sungguh santun bertamu di telinga-telinga yang berjaga menanti fajar
Kebajikan-kebajikan yang menggengam sebelah tangan, berusaha menyelamatkanku dari riuh jagat yang terombang-ambing
Ruh yang sungguh elok bak pijar di kaki bukit, kini tengah memandang semunya isi dunia
Maka, perbanyaklah menuang kemahsyuran pada gelas-gelas yang kau anggap tak kasat mata
Karena sebaik-baiknya seluruh petang, akan Ku buka semua pintu untukmu berbisik pada bumi yang kelak akan didengar oleh langit


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *