Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan ampunan. Ketika bulan Ramadhan tiba, berbagai pandangan mengenai bulan Ramadhan datang dari masyarakat. Ada yang beranggapan bahwa Ramadhan adalah bulan ladang amal kebaikan, bulan untuk bermalas-malasan, bahkan ada yang hanya disibukkan untuk berburu makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Sebagai sorang Muslim, haruslah kita memandang bahwa bulan Ramadhan adalah ajang untuk berlomba-lomba meningkatkan ibdah kita dibandingkan dari bulan-bulan yang lain.
Pada masa Rasulullah Saw., umat Islam melakukan perang Badar, perang Qaddisiyyah melawan Persia, menaklukkan Spanyol, dan Fathu Mekah ketika dalam keadaan berpuasa di bulan Ramadhan. Namun, ada di antara sahabat kita yang memanfaatkan bulan Ramadhan untuk berlomba-lomba meraih pahala dengan memperbanyak tidur di masjid. Hal ini terjadi karena salah pemahaman pada hadis Nabi bahwa tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Tidur ketika berpuasa akan mendapatkan pahala dan menguntungkan dibandingkan jika melakukan maksiat. Ketika tidur saja dinilai ibadah, apalagi ketika kita mengisi Ramadhan dengan bersilaturahmi, bekerja, dan belajar, maka Allah akan membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.
Hal terpenting yang menyebabkan tindakan kita berbeda dari orang lain di suasana tertentu ialah pola pikir. Jika pola pikir kita sejak sahur diawali dengan bermalas-malasan mengisi hari di bulan Ramadhan, maka tubuh ini akan otomatis lemas, dan tidak ingin pergi serta melakukan aktifitas apapun. Jika pola pikir kita siap untuk mengisi bulan Ramadhan dengan aktivitas yang padat dan bertekad mampu melakukan semuanya, maka tubuh pun akan menjadi kuat dan siap menjalankan aktivitas yang telah direncanakan.
Pada bulan Ramadhan, Rasulullah Saw. bersungguh-sungguh mengisi aktivitasnya dengan hal-hal yang bermanfaat seperti solat malam, membaca al-Qur’an, dan ibadah-ibadah lainnya. Pada 10 hari terkahir di bulan Ramadhan, Rasulullah semakin mengencangkan kain sarungnya dan solat malam di masjid. Hal itu diketahui oleh para sahabat, sehingga para sahabat pun solat malam menemani Rasulullah Saw. Akhirnya Rasulullah Saw. merasa kasihan terhadap mereka, sehingga beliau melaksanakan solat malam di rumah agar hal tersebut tidak diwajibkan bagi umatnya.
Sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab suatu ketika sedang berpuasa. Mereka berdua merasa sangat lapar, sehingga membuat mereka bergegas untuk pergi ke masjid dan membaca al-Qur’an. Ketika ditanya oleh Rasulullah Saw., sedang apa kalian berdua di masjid, kemudian mereka berdua menjawab kami sedang menghibur perut kami yang lapar dengan memperbanyak membaca al-Qur’an.
Semangat Ramadhan model Rasulullah Saw. dan para sahabat saya coba implementasikan dalam kehidupan pribadi. Saya adalah seorang mahasiswa UPI Bandung yang memiliki aktivitas yang padat. Keseharian saya sebagai mahasiswa penerima bidikmisi tentunya memiliki tanggungg jawab lebih terhadap Negara dan orang tua. Ketika Ramadhan datang aktivitas pun bertambah, mulai dari menjadi fasil pesantren Ramadhan, menjadi imam tarawih, mengisi ceramah di Masjid, serta tilawah bersama. Mengajar anak-anak kurang mampu di komunitas Atap Langit Bandung tiap minggunya bersama relawan mahasiswa dari berbagai universitas di Bandung sebagai kegiatan rutin setiap minggunya, serta kuliah sebagai kegiatan pokok dijalankan dengan penuh semangat dan hati yang senang.
Dengan demikian, kunci kesuksesan umat Islam memperoleh amal luar biasa di bulan Ramadhan adalah membangun pola pikir yang positif serta menjalankan aktivitas puasa di bulan Ramadhan dengan penuh semangat. Mulai saat ini, mari kita bangun mindset yang hebat dan semangat yang kuat serta kerja keras yang dahsyat dan menjadi pekerja keras. Kerja keras memang mengeluarkan keringat, tetapi tidak ada orang yang mati tenggelam dalam lautan keringat.
Oleh: Muhammad Sufyan As Tsauri
Dari: Kecamatan Sukasari, Bandung