RAMADHAN DAN AIR MATA

Lomba Cerita Anak Erlangga

RAMADHAN DAN AIR MATA

Yunika, Ruben, Shifa dan Antika merupakan empat sahabat yang selalu kompak walaupun Antika berbeda kelas. Kesamaan keempat sahabat itu hobi menulis sehingga gabung di koran daerah menjadi reporter pelajar. Selain piawai menulis, mereka pandai, di kelas masuk tiga besar. Saat ada tugas dan belajar selalu bersama. Mereka laksana kertas dan lem selalu menempel. Suka duka bersama.
Saat istirahat Yunika kelihatan murung ,biasanya paling “recok”. Sifa menghampiri dan duduk disebelahnya.
“Tumben hari ini kok beda.Kesambet? ” tanya Sifa menggoda.
“Enak saja.Tidaklah..aku kan rajin ngaji dan sholat. Kata eyang di kampung jika kita rajin ngaji dan tidak tinggal sholat aman dari bisikan setan. Lagian kan setan-setan di bulan Ramadhan diikat” jawabnya.
“Diikat dimana?di pohon bambu.Heee..hee…”
“Mungkin . Itu kaya eyang. Baiklah bagaimana kamu saja dari pada aku ditimpuk,” sambil tertawa.
“Tadi kamu tanya apa sih?” tanya Yunika balik tanya.
“Kenapa murung?”
“Ohh..aku inget ayah katanya Ramadhan pulang. Tapi kenyataan sampai saat ini belum , bahkan kabar pun tidak ada. Ayahku kerja di Arab sebagai TKW”
. “Bersabarlah dan selalu berdoa. Kata pak ustad di bulan Ramadhan pintu doa terbuka jadi apapun doa kita akan dikabulkan”
“Aku selalu berdoa. Ayah kontrak kerja 3 tahun di sana bulan ini harusnya beres dan pulang. Kenyataannya tidak. Aku takut terjadi sesuatu karena banyak kabar miring. TKW ditangkap karena tidak resmi tidak mempunyai surat izin. Ada juga yang sisa gaji tidak diberikan oleh induk semangnya sehingga saat pulang uang tidak sesuai harapan. Mimpi untuk keluarga pupus. Aku dan adikku ingin melanjutakan ke Perguruan Tinggi, syukur-syukur negeri. Jika swasta lebih baik bekerja cari pendapatan. Disamping itu kan mau lebaran , aku ingin beli baju baru” wajahnya terlihat sedih.
. ” Bukan hanya baju tapi hati kita bersih. Lebaran tidak selamanya harus baju baru, tapi diharapkan kembali ke Fitri. Pintu maaf terbuka sehingga saling memaafkan dengan iklas.”
“Ya sih aku mengerti tapi adikku tidak. Aku sudah jelaskan dan memberi pengertian tetap saja tidak paham. Bahkan merengek ke ibu, dia mengatakan bahwa teman-teman telah membeli baju dan sepatu baru. Sekarang lebih parah mogok puasa,” katanya kesal.
“Namanya anak kecil jangan dianggap. Insyaalloh tabungan di celengan penuh, aku belikan baju untuk lebaran. Jika sepatu kebetulan ada punya adikku, ibu beli ternyata kekecilan daripada mubah mending dikasih adikmu.” menentramkan sahabatnya.
“Makasih , Sifa. Kamu selalu terbaik diantara temanku dan sahabat yang bisa ngertiin aku.” sambil mengusap mata di pipinya
“Sama-sama..Yu, kita dhuha dulu sayang waktu . Mukena ada di mesjid. Bu Siti tadi mengingatkan shalat duha kan sebelum istirahat.”
“Yuu…Oya Bu Siti guru baru kita, semula aku kira galak dan jutek ternyata baik ,” sambil berjalan menuju mesjid yang terletak di belakang sekolah. Saat di.pintu mesjid bertemu dengan bu Siti kedua sahabat ” sun tangan”.
“Mana Ruben dan Kartika? Biasa bareng kalian.”
“Mungkin menyelesaikan tugas dulu karena malam tertidur pulang terawih. Jadi tugas tidak dikerjakan. Bu Nur suka marah jika ada siswa yang tidak mengerjakan, akhirnya tidak belajar. Waktu dihabiskan untuk marah.”
“Stett..jangan menghibah dosa. Puasamu batal iho..” kata Sifa.
“Bukan batal tapi nilainya dikurangi” kata bu Siti.”Hayoo..cepet duha nanti keburu bel masuk”
“Ya…, Bu” jawab Sifa dan Yunika bareng. Mereka pun menuju tempat wudhu lalu masuk ke mesjid dan tunaikan shalat duha. Setelah duha bel masuk berbunyi. Keduanya bergegas ke kelas karena jika telat , Bu Nur tidak mengizinkan masuk. Akhirnya siswa pun tertib dan disiplin.
Saat pembelajaran dimulai Bu Nur mengabsen . Satu orang yang tidak masuk tanpa keterangan. Burhan anak orang kaya tapi malas bahkan sering ketahuan , sembunyi makan di belakang sekolah. Jika ketahuan teman sekelas , dia ngeles “Tidak berpuasa hari ini kan ada kodho. Lagian itu bukan urusanmu. Orang tua aku juga tidak peduli. Puasa, engga kek..sabodo. Urus saja diri sendiri!”.
Ruben termasuk dekat ke Burhan, duduk sebangku.Sering mengingatkan tapi dianggap angin lalu.
“Kemana lagi Burhan?” tanya bu Nur.
“Ketiduran kali , Bu” jawab Ruben.
“Ketiduran, puasa juga kagak…” sambung Irfan.
“Oya .., bener dia tidak pernah puasa?” tanya bu Nur heran.
“Ya ,Bu. Diingatkan juga marah,” jawab Ruben.
“Ya..nanti ibu sampaikan ke Bu Siti agar diingatkan dan ditegur karena puasa itu hukumnya wajib. Kalian bukan anak TK lagi. SMP sudah wajib puasa. Mari kita lanjutkan ke materi baru. Buka halaman 103 soal cerita!” perintah Bu Nur. Semua membuka buku paket matematika.
Bu Nur mulai menjelaskan. Hanya namanya matematika, tidak semua siswa cepat mengerti. Masuk kuping kiri keluar kanan ketika ulangan nilai “jeblog”. Apalagi keadaan puasa perut kosong bawaannya ngantuk. Andai guru tidak bisa menyesuaikan metode dengan situasi, tidak akan masuk. Oleh karena itu jika guru yang pandai membaca situasi, suka diselingi humor atau metode menarik jika dalam pelajaran bahasa Indonesia pesan berantai atau menempel seru. Pelajaran 2 jam terasa cepat.
“Teng!teng!teng!” bel pulang . Semua siswa senang. Saking senangnya ada yang mukul-mukul meja. Teriak. Sementara guru masih duduk di meja.
“Silahkan pimpin doa Anwar!”
“Baik , Bu” jawab Anwar lalu menyiapkan teman-teman untuk dilanjutkan berdoa. Kelas hening hanya terdengar lantunan doa dalam hati. Selanjutnya keluar kelas dengan tertib setelah guru meninggalkan ruangan.
Setiba di rumah. Yunika kaget melihat ibu menangis dan tidak biasa paman, bibi, nenek dan kakek ada.
“Ada apa gerangan “, tanyaku dalam hati. “Jangan jangan Ayah…”. Sebelum tanya, paman mengatakan “Ayahmu kecelakaan pesawat tadi pukul 10.00 saat perjalanan menuju Jakarta”
“Innallillahi wainaillahi rojiun” hanya itu yang terucap selanjutnya tidak sadar diri. Yunika paling dekat dengan ayahnya. Pasti dia sangat terpukul. Sementara Yuni usia 3 tahun belum berjumpa ayah. Yuni lahir saat ayah berangkat ke Jeddah. Yuni tidak mengenal ayah. Hanya foto dan video call saat aku rindu ayah. Aku sadar, ibu duduk di tempat tidur , Yuni tidak mengerti hanya berdiri sebelahnya.Yunika memeluk ibu, keduanya berpelukan dengan linangan air mata duka.
“Kematian adalah keputusan Allah Ya Robi. Semua pasti kembali. Kita tidak tahu kapan datangnya, mungkin hari ini atau besok hari. Hanya kita harus iklas dan pasrah. Bagaimana pahitnya menerima kenyataan ini, tetap harus tegar. Kasihan ayah. Relakan ayah pergi kita iringi dengan doa . Ayah adalah sosok yang baik dan teladan serta tanggung jawab bagi keluarga. Menjadi imam bagi kita. Kita doakan semoga ayah jadi ahli surga” kata ibu dengan tegarsambil menusap kepala Yinika. Yunika mengatakan “Ya”.
Sore jenazah datang. Iringan rombongan memasuki pekarangan rumah Yunika. makam sudah disediakan tidak jauh dari rumah. Pemakaman wakaf. Sudah selesai shalat terawih, ayah dimakamkan. Yang menyolatkan banyak begitu pula melayat dan mengantarkan ke peristirahatan terakhirnya . Malam bukan masalah tetap proses pemakaman dilaksanakan dengan tertib. Hujan turun rintik-rintik setalah pemakaman seakan tahu duka yang dalam bagi keluarga besarnya. Pusaran bertabur bunga terakhir menghiasi malam Ramadhan ke 25 . Malam Lailatul Qodar.
Empat sahabat ralut dalam kesedihan . Antika merasa peristiwa sekarang seakan-akan terjadi kembali di tahun yang sama di bulan Ramadhan 2018. Ayah Antika kena serangan jantung setelah sahur. Di perjalan meninggal saat dibawa ke rumas sakit terdekat. Akhirnya Antika menjadi anak yatim. Biaya hidup sehari -hari Antika selalu membantu ibu menjual kue keliling sepulang dari sekolah untuk mencukupi kebutuhan hidup . Ibu Antika penjahit desa tapi jahitannya bagus sehingga pelanggannya banyak. Apalagi jelang lebaran “panen” sehingga Antika membantu juga mengesom baju atau memasang kancing. Menjelang “lebaran anak yatim”, dia selalu mendapat bingkisan dan uang jajan lumayan untuk nambahin beli buku meringankan beban ibunya. Antika selalu rengking satu di kelasnya. Walaupun begitu dia tidak sombong karena sesuai pesan ibunya “Masih ada langit di atas langit ” dan ” Ilmu padi semakin isi semakin merunduk”. Karena sikapnya terpuji sehingga banyak teman di sekolah dan di rumah. Ada pepatah yang mengatakan “Banyak kawan kurang, musuh satu tidak nyaman “. Manusia adalah mahluk sosial suatu saat kita membutuhkan orang lain.

Bogor, 12 Mei 2020

BIOGRAFI

Neneng Tuti Yuniarti, lahir di Bandung 9 Agustus 1962 .Menulis hobi dari kecil sejak duduk di SD. Mulai diangkat di SMPN 2 Ciomas Kabupaten Bogor selanjutnya ke SMAN 4 Bogor sampai sekarang.Karya yang telah diterbitkan : Indonesian Haiku Anthologies of The Universe: Haiku Semesta (2016) Hati Rembulan: Antologi Haiku Perempuan Indonesia (2018) Antologi Haiku Enam Bintang (2016) Kisah Senandung Hati (2017) Permainan Kata Dalam Puisi Asmaradana (Esai 2010) Haiku Dangiang Ki Sunda (2016) Asmaradana Antologi Haiku (2016) Sajak-Sajak Anak Negeri (2016) Kisah Senandung Hati (2017)Bait Bait Cinta (2019) Romantisme Perahu Kertas (2019)Antologi Haiku,Senryu dan Haiga Melawan Korupsi (2018) Kidung Kematian (2019) Madah Petani (2019).


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *