Problematika Kehidupan

Tak seorang pun bisa hidup dengan bahagia tanpa merasakan kesakitan, penderitaan, atau sesuatu yang menyedihkan. Pasti pernah dan semua orang melewati fase-fase pahit dalam hidupannya, hingga ia bisa di fase termanis dalam hidupnya.

Kita sedang hidup di dunia bukan di surga, itulah sebab mengapa kita di dunia ini begitu banyak hal yang membuat kita terjatuh, terluka, menangis dan hal-hal lain yang terkadang tak mampu kita jalani. Agar kita sadar bahwa dunia bukan lah tempat nyaman untuk menetap.

Bagaimana pun fase hidup yang kamu jalani, ikhlas lah dengan segala prosesnya dan jangan pernah jauh dari Allah Ta’ala karena kita terlalu lemah untuk bisa meraih puncak kebahagiaan dengan tangan kita sendiri.

Seperti halnya pohon rindang yang segar, pohon itu bisa segar karena mendapatkan pasokan air yang cukup. Namun jika pohon tadi tidak pernah mendapatkan air, ia akan kering, dedaunan akan rontok, dan rantingnya pun akan berjatuhan. Sama akan halnya hati manusia, jika ia tak pernah banyak mengingat Allah Ta’ala dengan beribadah dan beramal saleh, hati pun akan terasa gersang sehingga mudah berbuat maksiat dan meninggalkan perintah Allah Ta’ala.

Sehebat apapun manusia dan secerdas apapun manusia, ia tetap membutuhkan Allah Ta’ala. Karena manusia hanya lah seorang hamba yang di ciptakan oleh Allah Ta’ala. Dimana setiap garis kehidupan manusia sudah Ia tetapkan di dalam skenario-Nya, tinggal bagaimana lagi seorang hamba selalu memohon pertolongan dan petunjuk dari Allah Ta’ala.

Dan hamba-hamba yang selalu mengingat-Nya maka Dia pun akan mengingat hamba-Nya. Seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya yang berbunyi:

???????????????? ???????????? ???????????? ???? ????? ????????????

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 152)

Tidak akan ada habisnya memperbincangkan masalah-masalah kehidupan yang ada di sekitar kita. Setiap manusia memiliki pengalaman yang berbeda-beda dalam menghadapi setiap persoalan yang datang silih berganti. Hidup selalu bergandengan dengan masalahnya, dan kita berusaha sekuat tenaga menyelesaikannya dengan memohon pertolongan dari Allah Ta’ala.

Setiap yang diberi hidup pasti akan mendapatkan bagiannya dalam hal ujian. Apapun ujian yang dihadapi, baik itu masalah pribadi, problem keluarga, perjuangan untuk kemaslahatan umat atau menegakkan agama Allah, semua itu membutuhkan sikap cermat dan kesabaran yang utuh.

Pun tidak ada kesempatan untuk mengelak dari apa yang sudah ditetapkan. Tidak juga dapat menghindar dari apa yang telah ditakdirkan. Masing-masing di antara manusia mendapatkannya secara adil dan merata.
.
Jika terdapat seorang makhluk yang mampu berbuat baik secara sempurna dalam beribadah kepada Allah dan mumpuni dalam memberikan manfaat bagi manusia yang lain, maka baginya bagian yang besar berupa rahmat dari sisi Allah Ta’ala.

Allah SWT berfirman:

????? ?????? ????????? ????????? ?????????????? ?????????? ??????????? ????????? ??????????? ????????????

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
(QS. Al-Anbiya’: Ayat 35)

Di mana pun dan kapan pun manusia akan menemukan ujian sesuai dengan apa yang telah Allah Ta’ala tetapkan. Ketentuan-Nya berlaku bagi siapapun tanpa terkecuali. Terhadap ujian yang diberikan itu hendaknya manusia berpikir dan merenungi akan hikmah dan pelajaran berharga di balik setiap ujian yang datang. Adakah itu peringatan, cobaan atau malah hukuman.

Allah telah memperingatkan keadaan manusia terhadap ujian yang dihadapi, firman-Nya:

????? ???????? ??? ?? ??????? ???? ?????? ?????? ????? ???? ??????

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.”
(QS: Al-Fajr: Ayat 15)

Untuk itulah sikap kita adalah pilihan kita. Menghadapi setiap ujian itu dengan sebentuk kesadaran akan kekuasaan Allah Ta’ala, dan pemaknaan ketidak berdayaan kita pada titik klimaks, dengan ujian tersebut menjadi wahana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Dengan pengertian ini konsekuensinya setiap yang diuji dengan berbagai macam kesulitan dan kesusahan, sikap sabar menjadi penguat kepribadiannya. Pun jika diuji dengan berbagai macam keberlimpahan harta dan kemudahan, sikap syukur dengan tidak melupakan bahwa apapun yang diterima adalah pemberian dan rahmat dari Allah Ta’ala, kemudian ada kepuasan dalam berbagi dengan sesama.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *