Muharramku

belum selesai kuketuk pintu taubat
kala mentari karam di ufuk barat
senja di dadaku perlahan lindap

aku bersandar di pundak malam
mendaras sunyi dan tetesan hujan
menadahi usia lalu menimbangnya

kau adalah sangkakala yang menggema
sepanjang tahun perjalanan masa
pada aliran sungai yang airnya ladah
mampat hingga luap menggenangi sajadah

pada kemunculan sidik baru
fajar kedua yang terbuka sempurna
butiran embun turun lalu mengeram
dan jutaan benih menetas dari cangkangnya

tiba pada hitungan kesepuluh, saat di mana
semestinya anak-anak yatim berhari raya
aku sedang membenci diriku di depan kaca
karena kau adalah dekapan dada ibu
meluruhkan kata maaf dan rindu


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *