Bukan pulang yang menjadikan akal bertandang dan batin dimasak.
Sehingga sekumpulan kaum pencuri tanah.
Bertumpah serapah, bermabuk darah.
Tapi sebagai tamu.
Dari kaum yang dibenci pemuka-pemuka.
Bertolak menggapai pelarian kedua orang suci.
Ingatkan pada Muharram.
Ketika mata tersayat hilal.
Lembayung memasang wajah.
Kepunyaan orang-orang berpulang.
Dari dada kusam didongkrak tagihan.
Manusia-manusia berziarah kembali pada cerita.
Tentang jiwa dan wajah-wajah silam.
Membangun kediaman: puja-puji kedatangan disumbangkan untuk kedamaian – dari wajah manusia suci yang tak lagi merasa datang pada tamunya – untuk terakhir kali mereka pulang dari rumahnya.
Beduk terpancang.
Tiap wajah tiada remang.
Merapal doa-doa panjang.
Dan surau-surau menjelma kediaman manusia berpulang.