Rupanya dunia yang hampa sengaja memanggilku pulang ke hatimu pada malam yang bertabur berkah, dan tak ada kesunyian paling puncak selain malam yang penuh gemuruh yasin seiring tahlil.
Pada paling awal kusebut nama engkau setelah nabi, selebihnya deras nama-nama moyang yang tenang dipeluk bumi, mengiring Kamis yang petang jatuh ke dasar nurani.
Kali ini kujamu engkau dengan pujian, biar tak ada bala menguntitmu sepanjang jalan doa yang kuantar untuk malam-malam yang panjang.
Bubur sengaja disaji di atas tungku, aromanya meruap ke pekarangan, lezatnya kami nikmati, berkahnya kuhadiahkan untuk semua yang pulang.
Begitulah Muharam tandang malam ini.
Semoga engkau bahagia, sungguh hanya ini yang kami punya, sebab benar yang pulang hanya perlu cinta dan ingatan.
Lu’ghulu’, 2021