Mampu memberi mereka sebagian makanan yang akan kami santap saat berbuka puasa nantinya merupakan satu wujud rasa syukur kepadaNya, melihat senyum dari bibir mungil mereka adalah kebahagian yang tak mampu dibeli dengan uang.
Jumat, 27 Mei 2016, dari Stasiun besar Kereta Api Medan menuju Stasiun Kereta Api Kisaran Asahan. Sepanjang perjalanan kereta menuju stasiun – stasiun pemberhentian, aku mulai membuat rancangan kegiatan dibulan Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri nantinya untuk mengisi liburan kuliah semester empat tahun ini. Memberi makanan berbuka puasa untuk adik – adik yatim dan piatu 1 atau 2 kali dalam seminggu merupakan rencana yang pertama kali terpikirkan, mengingat seorang sahabat beberapa hari yang lalu juga bertanya dan meminta saran kepadaku mengenai makanan berbuka puasa. Kesempatan emas yang Allah SWT berikan pikirku saat itu dan harus aku ajukan pada orang tua setiba di kisaran nanti. Setibanya dikisaran pukul 17:32 WIB, orang tua sudah menunggu di tempat biasa menunggu kepulangan putri kesayangannya. Disambut hangat penuh kasih sayang dan senyum yang sangat aku rindukan walaupun, seminggu yang lalu baru aku lihat.
Perjalanan dari kisaran menuju rumah, membutuhkan waktu sekitar ± 30 menitan, aku manfaatkan waktu itu untuk berbincang dengan orang tua, mengajukan rencana yang aku buat tadinya, aku katakan dengan penuh harapan agar orang tua mau mendanai aku untuk mewujudkan keingananku tersebut. Rencana untuk memberi makan adik – adik kecil yatim dan piatu itu lucunya, aku gadaikan dengan jatah pakaian, kerudung, dan sepatu lebaran idul fitriku tahun ini, dengan maksud uang untuk membeli pakaian lebaranku digantikan dengan memberikan makan adik – adik kecil itu. Mamak awalnya tertawa kecil mendengar kesungguhanku yang mungkin ditelinganya terdengar unik dan baru kali ini terdengar. Ayah hanya tersenyum mendengarnya. Aku terus mencoba meyakinkan pada mereka kalau aku nantinya yang akan mengantarkan makanannya dengan senang hati, aku akan ambil peran untuk membuat minuman dan kue – kuenya, sementara mamak yang memasak nasi dan lauknya namun tenang mak, aku juga akan membantu mamak. Itulah usahaku untuk meyakinkan kedua malaikatku.
“Mamak sama ayah juga ada rencana seperti itu, puasa nanti kasih anak yatim makanan untuk berbuka mereka. Bergilir kita nanti kasihnya dan bukan untuk anak yatim saja, untuk nenek – nenek yang kurang mampu juga”. Terdengar sangat jelas ditelinga ini dan sangat berpotensi akan terwujud. Alhamdulillah terucap dalam hati, semangat kepalan tangan sembari berkata YES mewarnai diri ini hari itu. Ayah sangat mendukung rencanaku ini, jika itu baik dan membuat orang lain bahagia serta menjadi amal untuk kita maka, lakukanlah begitu ucapan ayah sembari menyetir mobil.
H – 3 puasa Ramadhan 1437 H, mamak mengajakku untuk menemaninya berbelanja pakaian lebaran untuk adik perempuanku dan sepupu laki – lakiku. Selesai memilih dan membeli pakaian untuk mereka, mamak memintaku agar memilih satu pasang baju lebaran. Mamak sangat memahami sifatku yang selalu berusaha menepati janji namun, karena mamak merasa kasihan denganku yang dari tadi hanya mengikuti mereka berbelanja, akhirnya mamak membelikanku sebuah gamis/jilbab dan sepotong baju kemeja panjang berwarna merah hitam, beserta sandal lebaran. Alhamdulillah bahagianya.
12 juni 2016 tepatnya puasa ke 7 Ramadhan 1437 H, akhirnya rencanaku diwujudkan oleh orang tua. Awalnya aku tidak mengetahuinya, mereka menyembunyikannya dariku. Namun, disiang harinya mamak memberitahu kalau kita akan masak banyak untuk anak yatim. Tubuh yang awalnya sedikit lemas dikarenakan ion tubuh mulai berkurang mendadak semangat. Penuh cinta dan ceria memasaknya, membuat kue onde – onde, es campur, ayam semur, mie bihun goreng dan nasi. Alhamdulillah, rasa syukur ini tidak dapat berhenti sebab ayah memberikan beberapa lembar uang agar dimasukkan kedalam beberapa amplop dan diberikan pada adik – adik kecil nantinya. Ramadhan yang sangat indah, penuh berkah, menciptakan keceriaan di dalam diri mereka saat aku dan adik mengantar makanan berbuka. “Makasih ya kak”, kata yang sederhana, mudah diucapkan, selalu terucap dari bibir ini namun, menciptakan ketenangan saat diucapkan oleh mereka dan didengarkan diri ini. Insya Allah aku dan keluarga akan memberikan makanan dengan menu yang berbeda untuk mereka lagi nantinya.
Oleh: Wilda Aruan
Dari: Kabupaten Asahan, Sumatera Utara