Assalamualaikum, Gaes.
Alhamdulillah Wasyukurillah, Walahaulawala Quwwata illabillah. Puji syukur akhirnya aku dapat bertemu lomba cerpen/artikel Islami seperti ini. Sudah lama sekali rasanya aku ingin menuangkan kesan terpendam tentang sebuah kisah yang sampai detik ini teringat jelas di memori pikiranku.
Dalam kesempatan kali ini, aku ingin mengutarakan sesuatu hal yang telah lama tersembunyi. Mengenai sebuah kisah yang pernah kubaca dan kudengar melalui ceramah. Ceritanya menurutku sangat menggelitik serta memacu pro dan kontra di dalam pikiranku. Sebuah kisah tentang nabi Allah yang melegenda dan merupakan seorang kalimullah, yaitu orang yang diajak berbicara langsung oleh Allah di dunia.
Beliau adalah putra Imran bin Yashar bin Qahits bin Lawi bin Yaqub. Dilahirkan pada zaman Firaun, penguasa negeri Mesir. Yang mana pada masa kelahirannya telah dikeluarkan perintah untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Sehingga ibunda beliau saat itu harus melarungkan beliau menggunakan tabut ke sungai Nil.
Siapa lagi kalau bukan Nabi Musa as. Ceritanya begitu melegenda. Dan tidak ada satu pun orang yang tidak mengetahui tentang kisah beliau. Bahkan semua penganut agama mengetahui tentang kisah nabi Allah yang satu ini. Di dalam Al-Qur’an, namanya pun paling banyak disebut setelah Rosulullah. Bukan tanpa alasan, melainkan Allah ingin kita belajar dari kehidupannya yang penuh dengan coba dan ujian. Dan meneladani perjuangan beliau serta mengambil hikmah dari setiap masalah yang menimpa.
Uniknya, sebelum diangkat menjadi nabi, Nabi Musa as pernah membunuh seseorang dari bangsa Qibti, kaumnya Firaun. Hal itu dilakukannya secara tidak sengaja karena bermaksud melerai perkelahian yang sedang terjadi di antara seorang Bani Israil dan seorang Bani Qibti, saat beliau tengah berjalan-jalan di kota Memphis, Mesir. Yang mana pembunuhan tersebut menyebabkan Nabi Musa as harus keluar dari negeri Mesir, daerah kekuasaan Firaun.
Firaun merupakan penguasa yang sangat kejam pada masa itu. Kekejamannya sangat tidak berprikemanusiaan. Sehingga Allah pun murka lalu mengutus nabi Musa as untuk memperingatkannya. Namun, Firaun yang merasa mempunyai segalanya dan menganggap remeh Nabi Musa as, tidak mengindahkan peringatan yang dibawa oleh Nabi Musa as dan malah menantangnya dengan congkak. Sehingga terjadilah perang sihir yang akhirnya dimenangkan oleh Nabi Musa as atas seizin Allah Ta’ala. Tapi yang namanya setan, tidak akan pernah puas dan mau mengakui kekalahan. Firaun lantas mengejar Nabi Musa as untuk dibunuh. Namun lagi-lagi atas seizin Allah kembali, Nabi Musa as selamat bersama para pengikutnya saat melewati laut merah, sedang Firaun mati tenggelam bersama bala tentaranya saat mengejar beliau.
Sebagai bukti adanya kisah tersebut, jasad Firaun hingga detik ini masih ada dan tersimpan rapi di Museum Kairo, Kota Mesir. Namun tahukah kalian jika ada yang lebih jahat dari Firaun pada masa itu? Dia disebut-sebut sebagai menteri segala urusannya Firaun. Ya, siapa lagi kalau bukan Haman, penasihat Firaun pada masa itu.
Haman disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak enam kali. Masing-masing terdapat pada surah Al-Qashash ayat 6, 8 dan 38, Al-Ankabut ayat 39 dan Al-Mu’minun ayat 24 dan 36. Dialah biang keladi dari kekejaman Firaun pada masa itu.
Haman menasihati Firaun untuk menolak keagamaan yang dibawa oleh Nabi Musa as. Dia adalah seorang penjilat kelas paus yang akhirnya Allah tenggelamkan di Laut Merah bersama Firaun.
Alhamdulillah, akhirnya orang-orang jahat itu lenyap atas seizin Allah Ta’ala. Namun sepertinya sejarah akan kembali terulang hingga akhir dunia dengan versi dan kondisi yang berbeda. Lihatlah bagaimana pemerintahan di dunia pada zaman sekarang ini. Tidak jauh berbeda dengan kisah pada zaman Nabi Musa as, bukan? Saudara-saudara muslim kita digenosida di berbagai negara karena berusaha mempertahankan agama dan aqidahnya. Nauzubillah!
Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kaum muslimin di seluruh dunia agar tetap mempertahankan keimanan dan agamanya. Karena sesungguhnya hanya Allah Ta’ala yang mampu membumihanguskan para penguasa zalim di dunia pada saat ini.
Lepas dari kisah kelam yang kembali terulang, di penghujung hidup Nabi Musa as terjadi sesuatu hal yang tidak biasa. Bagaimana tidak, setelah perjuangan beliau menegakkan sepuluh perintah Tuhan dan menjaga kemurnian Taurat, di hari-hari terakhirnya sebuah kisah menggelitik terjadi dan membuat aku pribadi tidak habis pikir untuk membayangkannya jika saat itu aku tengah berada di sana.
Ceritanya adalah pada suatu saat Nabi Musa as kedatangan seorang tamu yang tak diundang. Tamu tersebut berseru, “Penuhilah panggilan Tuhanmu!” Tak lama setelah Nabi Musa as mendengar seruan itu, beliau menampar tamu tak diundang tersebut hingga buta kedua matanya. Dan apakah kalian tahu siapa tamu tersebut? Tamu itu adalah malaikat maut yang berniat untuk mencabut nyawa Nabi Musa as. Yang mana dia datang begitu saja lalu masuk ke rumah tanpa izin dan kemudian langsung berseru kepada nabi. Hal itulah yang membuat Nabi Musa as menampar wajah malaikat maut hingga buta kedua matanya.
Kira-kira kalau kita kedatangan tamu tanpa mengucap salam dan permisi lalu tamu itu memerintah, apakah kita akan berdiam diri saja? Pastinya kita akan sangat kesal, bukan? Dan hal itulah yang dirasakan oleh Nabi Musa as pada waktu itu. Namun, wujud malaikat maut saat itu bukanlah dalam wujud aslinya, melainkan menyerupai seorang manusia.
Saat aku membaca ataupun mendengar kisah ini, terbesit rasa ibaku kepada malaikat maut. Betapa kasihannya malaikat maut hingga harus terkena tamparan yang membutakan kedua matanya. Namun, kisah ini hanya berlaku untuk Nabi Musa as, Gaes. Bukan seperti kita yang malah takut saat membayangkan kedatangan malaikat maut. Kita hanya makhluk berlumur dosa yang hanya dapat mengambil pelajaran dari setiap peristiwa para nabi terdahulu.
Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah sudah sepantasnya jika kita mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum masuk ke rumah orang lain. Barulah setelahnya meminta izin untuk masuk kepada yang punya rumah. Jangan asal masuk, sebab akan membuat yang punya rumah marah lalu akhirnya kita pun celaka. Hanya karena kesalahan sendiri yang tidak mempunyai tata karma dan etika.
Kisah ini juga mengandung pesan bahwa kematian akan datang kepada setiap makhluk yang bernyawa, sekalipun dia adalah seorang nabi. Maka sudah sepantasnya agar kita selalu terjaga dari setiap perbuatan yang akan merugikan di hari kelak. Dan jangan berharap untuk mendapatkan perlakuan khusus seperti yang terjadi pada kisah ini, karena kita hanyalah hamba-NYA yang berlumur dosa.
Bagaimana menurutmu?
Sesungguhnya kebenaran adalah milik Allah semata. Dan kekurangan ada pada diri penulis. Wallahu a’lam bisshawab.
Terima kasih telah membaca artikel berisi testimoni ini. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.