“Insafnya Seorang Bejat”

Usia labil banyak membuat remaja menulusuri jalan hampa. Kenakalan remaja sudah menjadi tugas harian bagi mereka. Dan menjadi ujian berat bagi para orang tua. Mengidap 1 penyakit ini, memiliki hama yang berlipat ganda, salah satu yang masuk adalah anak paruh baya usia menanjak jadi pemuda. Mabuk yang saya rasakan terasa indah jika dinikmati oleh seorang pecundang dunia. Mimpi semu yang hadir, terasa nikmat bagi saya.
Indahnya dunia memang bisa membuat banyak manusia terlena, salah satunya saya. Banyak jalan yang bisa dilalui untuk mencapai kemakmuran, tapi jika dikasih pilihan jalan pintas pasti semua orang akan mengambil itu. Allah telah memberikan petunjuk tinggal kitanya lagi yang memilih persimpangan yang ada.
Kefanaan dunia sempat membuat saya tenggelam dalam dunia gelap. Dunia telah menghipnotis saya, sehingga saya tergiur dengan hasil kerja haram yang saya geluti. Semenjak ayah pergi,hidup terasa sedih dan saya jadi seorang pengedar sekaligus pemakai.
Beberapa tahun saya terjun di dunia itu. Hingga sampai dititik akhir,titik dimana saya merasa tersentak dengan apa yang selama ini sudah saya lakukan. Allah yang menuntun hati saya untuk berubah. Saya terpikir dengan wanita hebat yang memiliki hati yang ikhlas dan rela mempertaruhkan nyawanya untuk saya,wanita hebat itu adalah Ibu. Kalau saya terus begini,apa yang akan ibu saya terima diakhirat nanti? Perjuangan yang ia lakukan selama ini akan nihil hasilnya kalau saya nggak berubah. Dan saya ingin merubah airmatanya menjadi senyuman indah.
Saat melaksanakan kerja haram itu,ingin sekali hati saya berkeinginan untuk berhenti. Tapi belum tau bagaimana dan apa caranya. Hingga saya memutuskan untuk hijrah dan merantau dikampung orang. Inilah jalan yang Allah kasih kesaya, bahwa dengan cara ini saya bisa melepaskan semuanya. Karena sesungguhnya hidayah itu harus kita jemput terlebih dahulu, baru ia akan menuntun kita.
Awal melepas obat obatan dikampung orang, saya merasa tersiksa. Bisa dibilang sakau pada saat itu. Diri saya tersiksa, karena tidak menggunakannya. Ada terlintas dibenak saya untuk makai lagi, Tapi mencoba melerai rasa yang ada. Dan alhamdulilah, menjelang beberapa bulan berlalu rasa lapar akan hal itu hilang perlahan lahan. Mengenangnya saja berat rasanya.
Allah sangat baik pada saya, karena saya masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Allah masih memanjangkan umur saya untuk jadi orang yang berguna. Sedih jika saya mengingat kisah lalu. Sungguh lalai diri ini, termakan oleh bujukan rayu sesaat. Jangan menunggu jadi orang baik baru hijrah, tapi hijrahlah pasti kamu jadi orang baik. Karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum,kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya.
Percayalah, Apa yang terjadi itu bukan karena kebetulan. Tapi semua sudah jalan dan takdir dari Allah. Tinggal kitanya lagi yang menjalaninya seperti apa. Dunia hanya sementara jadi jangan gampang termakan oleh rayuan Setan.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *