Dhuhamu, Rejekimu

Dhuha, sholat yang kata orang-orang adalah ibadah yang memperlancar rejeki kita. Dalam benakku masih tertanam bahwa rejeki adalah uang. Aku pribadi pada saat itu masih belum tahu pasti seluk beluk tentang sholat tersebut. Berapa rakaat, cara melaksanakannya dan surat-surat serta doa apa saja yang harus di baca. Aku masih buta tentang itu. Yang aku tahu sholat dhuha adalah sholat yang sunnah. Tidak wajib untuk dilakukan. Namun suatu hari, diriku seakan-akan tersambar petir di tengah-tengah lapangan yang luas. Langsung mengena. Dan luka. Aku mendapatkan kabar bahwa Bapakku tabungannya habis karena ada pengeluaran yang bersifat insidentil (tiba-tiba). Tiba-tiba nenekku masuk rumah sakit karena penyakit diabetes dan Bapak sebagai anak tertua dan yang tinggal paling dekat dengan nenek tentu tidak bisa membiarkan ibunya terserang penyakit. Uang 5 juta yang seharusnya digunakan untuk membayar uang semesteran kuliahku harus dialihkan untuk menebus nenek selama menjalani perawatan di rumah sakit. 6 hari lagi adalah penutupan pembayaran uang semester. Mana bisa Bapak ku yang hanya sebagai tukang bangunan mengumpulkan uang 5 juta? Konsekuensinya aku tidak bisa kuliah semester depan alias cuti.
Dari situ aku mulai teringat sholat dhuha. Pikiranku saat itu adalah bahwa aku tidak ingin cuti kuliah. Aku baca banyak artikel tentang sholat dhuha dan keutamannya. Dan keesokan harinya aku memulai sholat dhuha 4 rakaat. Terasa masih sedikit aneh karena ini baru pertama kali. Dari artikel yang aku baca, sholat Dhuha ini merupakan sholat yang sangat dianjurkan bagi mereka yang ingin dilancarkan rejekinya. Masih tertanam kuat dibenakku bahwa rejeki sama dengan uang. Berarti kita bisa kaya dengan mengerjakan Sholat Dhuha. Pikiranku saat itu masih bengis. Belum realistis. Tapi setidaknya aku percaya kata-kata “bahwa pertolongan Allah datang tepat pada waktunya”. Ketika di kampus aku tidak bisa menghilangkan bayang-bayang terancam cuti. Liar. Aku kesal dan aku merasa tidak bisa melakukan apapun untuk diriku sendiri. Aku mencoba melihat website kampus untuk melihat jadwal pembayaran uang semesteran. Yap, tinggal 5 hari lagi. Sedangkan aku tidak memiliki apapun yang berkaitan dengan uang. Di bawah tanggal-tanggal jadwal di website tersebut ada sebuah informasi bahwa sedang ada pembukaan beasiswa salah satu rumah zakat. Aku segera mencari tahu informasi tentang beasiswa dari rumah zakat tersebut. Kuota yang diterima sebagai penerima beasiswa hanyalah 20 orang setiap fakultas dan besok adalah hari terkahir pendaftaran. Tanpa pikir panjang, aku mengumpulkan semua dokumen untuk mendaftar beasiswa tersebut. Tentu dengan harapan aku bisa lolos.
Sambil mengumpulkan beberapa dokumen yang dibutuhkan, terbesit di pikiranku ada kemungkinan jika aku tidak lolos. Tapi aku berusaha meyakinkan diriku lagi bahwa Allah tidak akan membiarkan umatnya kesulitan. Setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan. Itu yang mnejadi senjata untuk memerangi pikiran-pikiran yang membuatku kalut. Semakin berjalannya waktu, semakin otak ini berfikir bahwa ketika aku menemukan informasi mengenai beasiswa rumah zakat, itu merupakan sebuah rejeki. Aku bisa mendaftar beasiswa itu juga merupakan bagian dari ikhtiar yang aku lakukan. Bahkan bisa melaksanakan sholat Dhuha juga merupakan rejeki. Aku memang kurang mensyukuri dengan apa yang ada. Tapi tetap saja bagiku rejeki tidak akan jauh-jauh dari uang.
Esok hari aku melaksanakan sholat Dhuha di rumah karena aku masuk kuliah jam 1 siang. Namun Bapak tiba-tiba memanggilku ketika aku hendak melakukan sholat Dhuha jam 9 pagi. Sejujurnya aku melakukan sholat Dhuha secara diam-diam. Tidak pernah aku ceritakan kepada siapapun. Karena aku merasa cukup aku dan Allah yang tahu tentang apa yang sedang aku rasakan. Kalut, bimbang, sedih, penuh harapan datang keajaiban dan lain-lain. Jadi setelah aku memnuhi panggilan Bapak, aku kembali ke kamar dan berharap tidak ada yang mencariku ketika aku melaksanakan sholat Dhuha. Biasanya kamarku memang jarang aku tutup pintunya namun akhir-akhir ini aku menutupnya ketika sholat dhuha. Hari-hari berganti. Aku melaksanakan sholat Dhuha sudah 12 rakaat setiap harinya. Entah. Ada ketenangan usai melaksanakannya. Ini semakin memacuku untuk mencari tahu keutaman-keutamaan lain mengenai sholat Dhuha.
Dan percaya atau tidak banyak keajaiban yang aku alami selama beberapa hari terakhir. Baru beberapa hari aku meyakini dan berusaha melaksanakan sholat Dhuha dengan pamrih bahwa aku bisa tetap lanjut kuliah tanpa cuti. Dan, hal itu nyata. Benar terjadi. Benar-benar terjadi. Salah seorang temanku mengirimkan pesan mengucapkan selamat beserta lampiran bahwa aku menjadi salah satu penerima beasiswa dari rumah zakat. Beasiswa yang diberikan oleh rumah zakat tersebut sejumlah uang semester masing-masing mahasiswa. Nama beasiswa itu adalah beasiswa bantuan UKT. Jadi ini yang dimaksud bahwa “Pertolongan Allah datang tepat pada waktunya”. Ya, di 2 hari terakhir penutupan pembayaran uang semester. Dan uangnya baru bisa diambil keesokan harinya. Aku semakin berfikir bahwa ini benar-benar ajaib dan tidak bisa membayangkan seandainya aku harus cuti kuliah. Lulus akan tertunda, bekerja akan tertunda dan yang terpenting membahagiakan orang tua dengan memiliki karir yang bagus juga akan tertunda!
Sejak saat itu setiap hari aku berfikir dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada di dekat kita. Setiap hari aku mengerjakan sholat Dhuha dengan khusu’ sebanyak 12 Rakaat karena setelah aku baca imbalan untuk orang yang rajin mengerjakan sholat Dhuha 12 rakaat adalah rumah di surga. Aku berfikir liar seandainya aku bisa membangunkan rumah di surga untuk kedua orangtua. Dengan menabung yaitu mengerjakan sholat Dhuha setiap harinya, bisa di bilang ini sama saja dengan cicilan rumah di dunia. Dan banyak hal-hal dimana aku merasa terlindungi. Yaitu ketiks di jalan raya aku hampir saja tertabrak bus Trans yang melaju dengan kencang tapi alhamdulillah aku masih di beri keselamatan. Dan kesimpulannya adalah “amalanmu menyelamatkanmu.” Setiap ruas persendian kita yang berjumlah ratusan harus di sedekahi. Dan janji Allah untuk orang yang menunaikan sholat dhuha 4 rakaat yaitu di cukupkan kebutuhannya di hari itu. Dan keselamatan yang aku terima adalah termasuk rejeki yang Allah beri berupa keselamatan. Selain sholat Dhuha, perbanyak pula sedekah meskipun Cuma seribu rupiah. Sungguh banyak fadhillah yang Allah beri bagi umat-Nya yang rajin mengerjakan Sholat Dhuha. Banyak hal-hal kecil lainnya yang aku alami, sebagai contoh ketika sama sekali tidak punya uang tiba-tiba ada teman yang traktir, ada teman yang bayar hutang. Pernah pula televisi di rumah sudah edisi lama dan sudah hampir rusak karena berkali-kali tersambar petir. Dan terkahir layar di televisi tersebut bergaris-garis sehingga gambarnya tidak muncul. Alhamdulillah tak lama, Bapak membawa televisi Samsung LED yang ternyata di beri oleh bosnya karena si bos membeli televisi baru. Itulah manfaat-manfaat yang penulis alami dan tidak bisa penulis uraikan karena masih banyak lagi. Dhuhamu, Rejekimu.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *