Demi masa
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (Al-Asr 1-2)
Sepenggal firman Allah tersebut menjelaskan betapa ruginya kita sebagai umat manusia. Mungkin banyak yang bertanya-tanya, rugi seperti apakah yang dimaksud?
Definisi rugi sendiri ialah kurang, atau tidak mendapat. Tergantung dari konteks kalimat itu sendiri. Lantas, rugi seperti apa yang disebutkan dalam surah Al-Asr ayat 1-2 tersebut.
Rugi yang dimaksud adalah rugi waktu. Apabila ditafsirkan yakni, kurangnya atau habisnya masa seseorang sehingga menimbulkan rasa penyesalan yang tentunya tidak akan mampu untuk diperbaiki.
Coba kita pahami bersama, waktu jauh lebih berharga daripada harta, sekalipun itu berupa intan, permata, emas dan materi lainnya yang selama ini menjadi kebanggan suatu kaum. Harta yang kita habiskan masih mampu untuk dicari kembali, namun kehilangan waktu barang sedetik tidak akan pernah kembali. Hakikat waktu adalah terus maju, tidak pernah sekalipun berhenti, lantas berbalik. Tidak akan pernah waktu terulang kembali, sesuatu yang sangat musykil.
Banyak dari kita pastinya tidak sadar dengan betapa penting waktu. Waktu adalah kehidupan, waktu merupakan jalan untuk kita mengumpulkan bekal demi mencapai tujuan.
Namun manusia seringkali lalai akan hal tersebut, tak pernah menyadari bahwasanya waktu senantiasa berputar bagai roda. Mereka terlalu fokus berleha-leha untuk menyenangkan dirinya yang sudah tentu hanyalah sia-sia belaka.
Jadi, apa sebenarnya tujuan waktu? Segelintir presepsi bermunculan, tergantung siapa yang berbicara.
Sesungguhnya waktu ialah kesempatan untuk manusia mempersiapkan bekal untuk kelak diakhirat. Dunia ini hanyalah sementara, dan dengan uzur yang telah Allah SWT limpahkan, manusia diperintahkan untuk mengisi waktu yang ada dengan memperbanyak amalan, berbuat baik, menjalankan aktivitas yang mendatangkan kemaslahatan.
Tetapi faktanya, banyak manusia yang lalai dengan kewajibannya untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Karena euforia duniawi yang mendatangkan kesenangan sesaat, manusia menjadi ingkar dan malah terjeremus kedalam kesesatan. Mereka sibuk mengejar dunia, padahal kehidupan di dunia ini adalah fana, dan akan berakhir sebagaimana kanji Allah di Al-Quran. Mereka berusaha mencapai yang belum tenth abadi, dan melupakan sesuatu yang seharusnya mereka raih, yakni kehidupan akhirat.
Kemudian, setelah mereka merasa hebat dengan apa yang mereka miliki, mereka tak kunjung menemukan kepuasan, keinginan mereka lantas berkembang, dan secara terus menerus berusaha menggapai lagi apa mereka inginkan tersebut. Begitu seterusnya, sampai mereka baru menyadari, betapa sia-sianya manusia yang dibutakan oleh dunia yang fana ini.
Penyesalan pun tiba dipenghujung waktu. Dimana masa edar seseorag akan berakhir. Mereka akan merasakan penyesalan yang teramat besar, sebab disenja uzurnya, ia tak lagi sekuat dulu. Tak mampu menjalankan ibadah dengan baik. Tertatih-tatih ia rukuk, menangis pilu akibat ketelodoran manusia. Kecerdasan yang selama ini diidam-idamkan, tidak berfaedah sedikitpun baginya sebab kecerdasannya bukan tentang agama, tentang kebajikan, hanyalah kecerdasan berupa strategi bisnis agar berkembang. Tak ada yang salah, namun perlu diseimbangkan dengan pengetahuan agama.
Setidaknya, kesadaran yang diterjadi menjelang masa akhir, masih lebih baik ketimbang dua masa dimana manusia akan merasa sangat, sangat menyesal. Kapankah itu?
Waktu dimana manusia dicabut nyawanya oleh malaikat Izrail (sakaratul maut), dan seseorang yang telah berada di neraka, siksa Allah yang begitu mengerikan.
Sungguh, memang kita semua diambang kerugian. Sudah saatnya kita bermuhasabah diri. Mengumpulkan sebanyak-banyaknya amalan untuk bekal di akhirat. Berusaha memanajemen waktu dengan sebaik mungkin. Yakni mampu mengimbangi antara urusan duniawi, dan akhirat. Tetapi yang paling utama, adalah perkara akhirat. Jika kita telah berada di waktu itu, kita tidak akan bisa kembali ke dunia barang bersujud sejenak. Hargailah waktu, sebab waktu bagaikan sebilah belati. Apabila kita tak mampu mengendalikannya dengan baik, justru belati tersebut akan menyakiti diri kita sendiri.
Di bulan Ramadhan yang suci ini. Marilah kita sama-sama berlomba memohon ampunan pada Sang Ilahi, di waktu yang penuh berkah ini, sungguh Allah telah karuniakan kita semua waktu yang berharga dengan segala keutamaan yang tersedia. Pahala kita kan dapatkan berkali-kali lipat di bulan ini. Tidak akan kita dapati di hari-hari biasanya. Maka, dari itu, mari manfaatkan waktu dibulan penuh ampunan ini, sebelum waktu cepat berlalu dan Ramadhan telah usai. Belum tentu kita bisa merasai kembali bulan tersebut, boleh jadi kita telah dipanggil oleh Sang Pencipta terlebih dulu. Sebab semua itu tergantung pada masa.