Post Views: 21 Satu Muharram telah tiba Hatiku tak lagi iba Bahagia kami bersama keluarga Duduk rapi membaca firman nya Muhrram mengajarkanku cinta Cinta yang penuh keisllamiyah seebagai agama sempurna Cinta dengan sesama manusia tua atau pun muda Serta cinta dengan diri sendiri dan lingkungan nya Muharram menginggatkan ku.. Untuk bersimpuh menginggat kepada sang pencipta
Category: Puisi Muharram
Muharram Datang Dengan Kemuliaan
Post Views: 27 Lentera jingga mulai menyala-nyala Mengusir gelapnya malam yang penuh durja Ditemani tabuhan rebana dan lantunan merdu lagu keagamaan Untuk menyambut ketibaan Muharram di kampung halaman —bulan pertama yang bertamu di awal tahun Islam. *** Kubiarkan pintu depan rumahku terbuka Selebar jalan De Julio Avelue di Argentina Lalu Muharram datang dengan membawa kemuliaan
Aku Yang Tak Sengaja Mengagumi
Post Views: 38 Aku Yang Tak Sengaja Mengagumi Salahkah aku mengagumi? Sesuatu yang bukan menjadi kewajibanku Atau mungkin dijauhi oleh teman-teman seimanku Mereka terlalu sibuk memunafikkan diri Mereka juga kagum kurasa Bagaimana Nabimu berhijrah, kawan Selalu kucari di kedalaman hatiku Apa aku salah? Apa aku sengaja? Atas rahmat-Nya, aku tidak sengaja Tak hentinya kuucap, Aku
Tuhan Maha Baik
Post Views: 32 Terbuang di Gili Air Belari mengejar mimpi Anak-anak memanggul beban Tuhan memberi berkah setiap kehidupan Lihat, lihat anak ku Laut dan tanah menangis karena sampah Lihat makhluk laut itu memakan sampah Lihat halaman ini anak ku Lihat sampah itu menodai kebaikan Tuhan Marilah anak-anak ku Pungutlah sampah yang berserakan Mari kita berbuat
Menggulung Debu
Post Views: 20 Tanpa sadar, jarum-jarum pada jam itu terus berputar mengikuti waktu Pula, sekian purnama hamba mengais kefasikan Datanglah kesucian, Menyulut aforisme yang memenuhi sudut-sudut telinga Lembaran usang kembali berkoar-koar Mengisahkan hamba pada kejadian silam Menjejal peringatan akan kebajikan Bersimpuh hamba memupuk pilu Mencabut duri kala tergugu Bersikeras menggulung debu Meski terhuyung di tengah
Pawai Obor
Post Views: 11 Memori – memori masa lalu bermunculan Kembali pada saat di Mangkunegaran Ketika itu malam 1 Muharram Ono dan teman-temannya biasa bermalam Saat dulu setidaknya setiap 1 Muharram Ono dan teman-teman pawai obor Mengelilingi kampung Ah sekarang tradisi itu hilang Malam Muharram tidak semeriah dulu Banyak pemuda yang malu meneruskan tradisi Katanya, kuno
Yang Dinanti
Post Views: 25 “Yang Dinanti” oleh : Eka Rizkia Kurniasari Dia datang Bulan pendahulu dalam tahun baru Bulan dimana pertumpahan darah dipantang Muharram kita sudah tiba, mari berseru! Dimana puasa Asyura ditunaikan Dimana anak yatim berlebaran Wahai saudaraku, Muharram datang! Ia yang menemani hingga pagi kembali ke petang Membawa limpahan amalan bersama nya Menabur berkah
Sabit Muharam
Post Views: 33 Sabit Muharam mulut angin meniup gorden biru muda menyebar suhu waktu memilih diam terkebat kilat derita rajam tertusuk peristiwa. tubuh berang terbajak sabit masa gigil cuaca yang terbang menusuk mata rantau daun melingkar jadi kabar melamun jadi hambar. korona di mana-mana. partikulat menyusun debur ombak di dada-dada laut. Mengirim gumpalan janji para
Bulan Bertakar Cinta
Post Views: 27 Muharram membentangkan tanjung suci tempat kutemukan jejak nabi ; sang pewaris yang mengukir jalan putih di bahu jazirah yang lama dirajam sepi lalu terbitlah matahari, dengan jari-jari arabi mengelus tirus setiap hati, hingga yang repih jadi besi dan yang sisih jadi kasih dahulu kala, antara belah pelepah pohon kurma sepanjang jalan yang
Gelap Menuju Terang
Post Views: 52 Gelap Menuju Terang Cipt. Muh. Mukmin Passa Bulan Telah Berganti Muharram Telah Sampai Kembali Merenungi Apa Yang Telah Terjadi Dengan Suasana Gelap Yang Menghantui Telah Banyak Waktu Yang Berlalu Bagai Melewati Sungai Dengan Perahu Aku Melihat Indonesia Sedang Tidak Baik Baik Saja Setiap Hari Hanya Ada Kabar Duka. Muharram Bulan Yang Diharamkan