Memetik Hikmah di Bulan Muharram


Post Views: 27 Matahari tenggelam diakhir bulan Dzulhijjah Ku panjatkan doa kepada-Mu Sebagai tanda syukur atas karunia-Mu Ku teteskan air mata dalam lantunan doaku Untuk pengampunan-Mu Yang Maha Pengasih dan Penyayang Bulan tersipu malu menampakkan wajahnya Pertanda tiba bulan Muharram yang mulia Pertanda tahun Hijriah bertambah usia Tak lupa ku panjatkan doa kepada-Mu Untuk melewati

Padukaku


Post Views: 16 Abu Musa Al-Asy’ari kebingungan …. Bagaimana menentukan tahun? Beliau pergi, pergi mengadukan ke Pemimpin hari itu. “Wahai Pemimpin kami, bagiamana kami menentukan suatu masalah yang terjadi?” “Aku akan musyawarah terlebih dahulu.” “Gubernur yang mulia, penentuan tahun telah ditentukan.” “Bagiamana? Dengan apa? “Dengan pembuatan kalender Hijriyah Gubernurku.” “Engkau luar biasa pemimpinku! Terbuka dan

Gerbang Mulia


Post Views: 24 Kala senja bertaut rindu Terisak hati menggugah kalbu Gelora sendu merajuk pilu Merayu kasih menuju dermaga syahdu Bunga memanggil ilalang Sambut mentari di awal bulan Menyapa jiwa-jiwa terbelenggu dosa Terkikis tajamnya nafsu dunia Tuhan …. Dalam sejuk kasih sayang-Mu Rengkuhlah aku, dalam lemahku Selimuti dengan cinta dan ampunan-Mu Setitik iman masih tersemat

CAHAYA MUHARRAM


Post Views: 290 Pagi itu, matahari bersinar indah Menyapa cahaya Muharram yang menusuk pikiran Tepat sore harinya, Lembayung datang Jiwa-jiwa saat itu seperti didekapnya Dan tibalah malam, bintang begitu terang Hingga Menerangi kalbu yang penuh kegelapan Lalu, para insan-insan terseyum bahagia Mereka berlomba-lomba menyambut bulan Muharram Mengumandangkan ayat-ayat suci Al-Qur’an Hingga suaranya terdengar sebuana Saat

Mulianya bulan muharram


Post Views: 24 Muharram…. Baru kutahu Dari laman google Betapa engkau Sangat dicintaiNya Sehingga darah haram untuk ditumpahkan Betapa dangkal ilmuku Berpuluh tahun…… Kulewatkan dirimu sia-sia Tanpa puasa sunah Yang nilainya sangat istimewa Muharram…… Dalam dirimu Lahir semangat umat islam Semangat berhijrah ke madinah Demi menegakkan kebenaran Dalam harimu Terpanggil jiwa-jiwa yang disayangiNya Yang rela

Bulan muharram


Post Views: 20 Bulan muharrom Kedatangan mu meninggalkan cerita Kisah – kisah silam yang bertumpukarrom Kemunculannmu menandakan awal Kehadiranmu membawa harapan Detik detik punmenjadi masa lalu Apakah pantas sambutmu dengan senyuman ataukah dengan penyesalan Kini saatnya menempuh lembaran baru Awal kan selalu berakhir akhir kan selalu menandakan awal Jangan pikirkan yang telah lalu Kobarkan semangat

Sekeranjang Muharram


Post Views: 21 SEKERANJANG MUHARRAM Tahun-tahun serupa makam Detaknya menyisa nisan Sama sekali menolak dikembalikan Bulan baru disaji bak sekeranjang makanan Mengambil setiap mulianya dipersilakan Sedang kami cawan-cawan Denting sendok dilarang saling melawan Hari yang kesepuluh nanti Sepotong puasa tersaji Harumnya serupa ramadhan wangi Sekeranjang Muharram masih tersaji Sama seperti bilah-bilah yang lalu terurai Sulung

MUHARRAM DALAM PANDEMI


Post Views: 15 Muharram Dalam Pandemi Muharram Kau bulan penuh dengan kemuliaan Hadirmu membawa damai Meniupkan harapan dalam diri yang lemah Ya… Aku lemah Sangat lemah Tak berdaya untuk melawan Dibelenggu rasa ketakutan Dikelilingi air mata yang tertahan Diuji dengan hadirnya mahkluk Tuhan yang tak terlihat Tanpa mengerti apa yang harus ku perbuat Namun…… Takdir

DIUJUNG PENANTIAN


Post Views: 13 Mukharam bulan yang suci Engkau hadir dalam keadaan bumi sedang tidak baik-baik saja Di tengah kebisingan covid 19 Kehadiranmu seakan menjadi embun Walau tidak semeriah dulu Dalam menyambutmu Hati ini teriris Hati ini menangis Tapi tidak mengurangi rasa cinta kami Untuk tetap semangat dalam berhijrah Ke jalan yang lebih baik Untuk menggapai

Munajat Muharram


Post Views: 23 Menapak jejak-jejak tanah basah tampias hujan menitik tanpa jeda ia membawa dinginnya sekejap menguap membawa entah Aku terkesiap tak bersuara sesekali berkaca netra retak lantas pecah terurai basah pada lembar sajadah Duhai apa kabar hati pucuk-pucukmu bertunas duri menusuk merahnya bernoktah dosa itu kukecup lagi Kelak adakah aku di ufuk sana menjadi