Cacing pun Sudah Dijamin Rezekinya

Kejadian ini pernah dialami keluarga saya, tepatnya saat saya masih duduk di bangku kelas dua SMA. Saat itu Ayah saya sudah selesai masa kerjanya karena proyek pembangunan halte Transjakarta memang sudah berdiri pada tahun itu juga.

Melihat saya yang masih belum selesai sekolahnya jelas sekali membuat Mama gundah gulana karena memikirkan bagaimana caranya membayar uang SPP yang harus dibayar setiap bulannya tersebab Papa sudah selesai masa kerjanya?.

Saat itu simpanan untuk membayar SPP tidak ada, lalu kemana Mama harus mendapatkan uang untuk membayar SPP anak bungsunya?. Segala kegundahan, kekhawatiran dan kegelisahan yang menjadi satu itu akhirnya beliau tumpahkan semua pada Allah Ta’ala karena hanya Dia tempat bergantung, tempat bersandar satu-satunya.

Akhirnya Mama mendirikan shalat Dhuha, beliau berdoa dalam tangisnya. Begitu takut jika kalau-kalau anak bunsgunya ini tidak tamat SMA. Mama juga tidak mau saya seperti dirinya yang tidak tamat sekolahnya hanya karena terpentok masalah biaya.

Tidak lama setelah beliau mendirikan shalat Dhuha, datanglah seorang pemulung yang memang sudah kami kenal baik sikapnya walau saya belum tahu namanya. Pemulung perempuan itu hanya ingin mengambil sampah non organik yang bisa ia jual lagi seperti biasa.

Melihat pemulung itu datang mengambil beberapa sampah di tempat sampah kami, Mama bergegas mengambil sisa uang yang masih beliau punya. Sementara saya hanya mengamati keduanya saja karena penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Mama.

“Ini ada sedikit (uang) untuk kamu. Dipakai untuk hal-hal yang bermanfaat ya,” kata Mama kemudian memberikannya pada pemulung tersebut.

Mata pemulung itu langsung berbinar-binar, wajahnya penuh syukur. “Wah terima kasih banyak ibu!,” ucapnya.

Tak lama kemudian ia pergi.

“Lho katanya Mama ga punya uang untuk bayar SPP tapi kok masih bisa kasih uang ke pemulung??,”, tanya saya dalam hati.

Tapi naluri seorang ibu langsung tahu begitu melihat wajah anaknya ini yang penuh tanya.
Mama tersenyum lalu duduk di sampingku.

“Sekarang Mama udah ga khawatir lagi. Mama yakin dan percaya Allah akan memberi rizki jika kita berdoa, berikhtiar dan bertawakkal padanya karena Cacing yang ada di dalam tanah saja pasti sudah dijamin rezekinya jika kita mau berusaha,” jelas beliau. Memang nampak sekali raut wajah yang luar biasa tenang dan tanpa kekhawatiran.

Memang saat itu Mama masih berjualan apa saja seperti biasanya, mulai dari jualan majalah hingga menerima pesanan ikan bakar rica dari para tetangga maupun saudara.

Dan benar saja, beberapa hari sesudahnya, tetangga dekat kami menawarkan diri untuk membayarkan SPP sekolah saya sampai tamat SMA. MasyaaAllah… ini bukan hanya keajaiban sedekah namun juga sikap tawakkal mama yang luar biasa.

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. [Ath-Thalaq : 3]

Ajaran tawakkal beliau membekas hingga saya menikah kini, terutama saat beliau menyebut soal cacing yang sudah dijamin rezekinya. Memang saya merasakan sekali banyak keajaiban saya alami saat mempraktekkan ajaran tawakkal ini, salah satunya rezeki yang datang tiba-tiba dan tanpa diduga.


Penulis

7 COMMENTS
  • Jajang K
    Reply

    Maa syaa Alloh.. selama hayat masih dikandung badan Alloh lah yg menjamin rezekinya..

    Syukron kak sarah kisah inspiratifnya.. ?

  • Icha Marina Elliza
    Reply

    Bener kak..
    Sejak menikah, saya dan suami hidup kayak naik roller coaster.
    hingga anak 5 suami dan keadaan economi global yang makin buruk tentu berpengaruh pada kami.
    Tapi setiap bulan, kalo pake matematika manusia gak akan pernah cukup apa yang diusahakan suami.
    Tapi Allah Lagi2 selalu kasih kejutan.

    ada saja jalan rezeki yang datang ke pemilik nya.

    Meskipun kadang belum datang pertolonganNya, tapi rasa tenang sudah didapat ketika meminta.

  • Luqman
    Reply

    Cerita yang sangat inspiratif.. Thanks for sharing.

  • Mabruri
    Reply

    Inspiratif ceritanya kak!

  • Anis Safitri
    Reply

    Setuju sekali, Kak ?
    Kalau saya pernah ngalamin kebaikan Allah yang luar biasa ketika ikut lomba ke Bangka. Saat itu saya hanya bersama satu teman. Saya berusaha cari kost yang murah di sana. Qodarullah saya ketemu pemilik kost orang Jogja (kebetulan saya jg orang Jogja). Dari situ kami malah seperti keluarga jauh. Saya dianggap anak & dijamu dengan luar biasa baik. Di hari terakhir saya di Bangka, saat saya mau bayar total biaya sewa kost, Bapak & Ibu pemilik kost tsb menggratiskan biayanya karena menganggap saya seperti anaknya sendiri. MasyaAllah. Perilaku yang ditunjukkan oleh Bapak Ibu td seakan jd cambukan untuk saya agar tidak takut berbuat baik pada orang lain, baik saat masa lapang ataupun sempit 🙂

  • Atika
    Reply

    Maa syaa Allah.. Itupun terjadi pada keluarga saya ? dan mamah juga selalu menanamkan hal yang sama agar kami tidak khawatir dan gundah melainkan lebih mendekatkan diri pada Rabb.. Tabarakallah mbaa ??

  • Atika
    Reply

    Maa syaa Allah.. Itupun terjadi pada keluarga saya dan mamah juga selalu menanamkan hal yang sama agar kami tidak khawatir dan gundah melainkan lebih mendekatkan diri pada Rabb.. Tabarakallah mbaa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *