Bilakah Duka Sirna?

Ramadhan datang…
Alam pun riang…
Menyambut bulan yang berkah…
Umat berdendang…kumandang azan…
Pertanda hati yang senang…

Pernah dengar lagu Tompi di atas? Lagu ini sangat syahdu menggambarkan bulan suci Ramadan. Bulan yang agung, penuh berkah. Bulan ini ibarat “magnet” yang dapat menarik siapapun untuk mendekat tak mau menjauhinya. Untuk bersuka-cita menyambut kedatangannya. Mengapa demikian? Jawabnya karena berkahnya yang melimpah. Dalam suatu riwayat, dikatakan: “Idz jaa’a Ramadhan, futihat abwabal jannah, jika datang bulan suci Ramadan maka dibukalah pintu-pintu surga. Masya Allah. Allah “mengobral” pahala di bulan ini tanpa pilah-pilah. Baik Si Kaya maupun Si Miskin punya kesempatan yang sama untuk meraih derajat takwa, diampuni seluruh dosa-dosanya, dibebaskan dari api neraka dan diijinkan masuk surga. Hati mana yang tidak senang akan janji Tuhannya? Dimana Allah sendiri menyifati Diri-Nya sebagai Dzat yang tidak pernah menyalahi janji. Berbahagialah wahai jiwa, karena masih diberi kesempatan, dipertemukan di bulan mulia ini. Tahun depan? Belum tentu. Karena kita tidak tahu “taken” kontrak usia kita sampai kapan di dunia ini? Oleh karena itu mari kita habiskan detik per detiknya dengan berbagai amalan yang mendatangkan keridoan, bukan malah kemurkaan-Nya.

Lirik lagu Tompi di atas, realitanya belum semua “alam” menjadi riang tersebab datangnya Ramadan. Di belahan bumi yang lain, yakni tanah yang diberkati yaitu tanah Palestina justru Ramadan disambut oleh ledakan bom dan rudal-rudal yang ditembakkan pesawat-pesawat tempur dan artileri Israel. Ya, agresi Israel atas Palestina kembali terjadi di hari sabtu pagi (4/5/2019). Tak ayal, dampak dari serangan itu 27 kaum Muslim Gaza gugur dan 200 orang terluka. Yang menyayat hati, korban berjatuhan justru tercatat ada dari kalangan wanita dan anak-anak. Sungguh, tak kuasa hati melihat raga suci belum bernoda malah bersimbah darah. Ramadan yang semestinya disambut suka cita berubah mencekam dengan dentuman bom yang memekakkan telinga.

Duhai saudaraku, maafkan kami yang hanya bisa mengutuk dan mengecam tindakan brutal Sang Penjajah. Belum mampu menyelamatkan bumi para Nabi, kiblat pertama umat Islam serta tempat Isra’ dan Mi’rajnya Nabi. Sudah hampir satu abad konflik ini belum berkesudahan. Jangan kau adukan kami kepada Tuhanmu, karena diamnya kami tak punya kekuatan. Kau adalah bagian tubuh kami, karena kita satu tubuh sebagaimana sabda Sang Nabi. Namun, mungkin kau pun akan mempertanyakan, persaudaraan macam apa yang tega membiarkan saudara yang lain terluka dan terus berduka? Maafkan kami saudaraku, kami hanya bisa mengirim bantuan ala kadarnya semisal bahan makanan dan obat-obatan. Padahal, bisa jadi bantuan itu justru semakin membuatmu menderita karena kami belum berusaha menghilangkan akar masalah yang sesungguhnya. Akar masalah sesungguhnya adalah pendudukan Israel atas tanah Palestina. Ya, bukankah Palestina itu dulu negeri yang damai? Walaupun dihuni oleh tiga agama. Namun, semenjak Israel “merebutnya” karena ambisi membentuk negara Zionis titah pendahulunya, yaitu Theodore Hertzel maka Kaum Muslim justru yang menjadi korban.

Padahal, jika kita buka lembaran sejarah, Palestina dulu “dibebaskan” oleh pemimpin yang bersahaja lagi adil. Khalifah Umar bin Khattab lah namanya. Nama Umar bin Khattab “harum” akan karakternya yang adil. Dibawah kepemimpinannya, keadilan ditegakkan. Tidak pandang bulu, apakah ia Muslim atau non Muslim semua sama diperlakukan adil. Di zaman Umar bin Khattab ini, terkenal dengan peristiwa pembebasan Yerussalem secara damai, yang disebut sebagai Umariyyah Covenant. Tanpa menjajah, tanpa menyakiti penduduk negeri, karena Islam datang ke Yerussalem membawa cahaya, membawa rahmat bagi semesta. Yang akan membawa ummatnya dari kegelapan menuju cahaya. Perjanjian damai ini masih tersimpan di Gereja Sepulchre, Yerussalem. Kali kedua, Islam kembali datang membebaskan Palestina pada tanggal 2 Oktober tahun 1187 dari tirani pasukan Salib. Saat itu Salahudin Al-Ayubi lah panglima terbaiknya. Setelah “difutuhati” oleh Islam, maka tirani hancur lebur tergantikan kembali dengan cahaya Islam.

Saat ini, Palestina pun menunggu untuk kembali dibebaskan kali ketiga. Supaya sirna, duka yang dirasa. Siapakah gerangan kaum Muslim yang berjiwa kesatria yang mampu mebebaskan Palestina dari rong-rongan penjajah Israel? Duhai anak cucu keturunan Umar bin Khattab dan Salahudin Al-Ayubi, kalian adalah generasi terbaik. Generasi yang mengemban Islam dan meninggikan kalimat Tuhannya. Karena hanya dengan Islam kita selamat dunia akhirat. Wallahua’lam.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *