Berjuta Rasanya di Bulan Ramadhan

“Allahu akbar…, allahu akbar…”, adzan Maghrib di hari pertama Bulan Ramadhan pun dikumandangkan dengan begitu merdunya, menambah keceriaan para kaum muslimin menyambut datangnya bulan nan istimewa ini. Bulan yang dinantikan kehadirannya oleh setiap insan.

Alhamdulillah, malam 1 Ramadhan bisa kulalui bersama keluargaku tercinta. Setelah beberapa bulan merantau untuk menimba ilmu, akhirnya Dia masih mengizinkanku menginjakkan kaki di kampung halaman. Menikmati makan sahur, berbuka, tadarus, dan tarawih bersama mereka. Duhai, betapa bahagianya hati ini, ketika disana masih ada kedua sosok istimewa yang masih setia membersamai Ramadhanku. Memang, tiada yang mampu menandingi spesialnya Ramadhan di rumah.

Selang beberapa hari, aku mendapatkan undangan presentasi, sekaligus ajakan berkunjung ke Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Malang, dan panggilan hati untuk belajar Tahfizh Quran. Dengan penuh kebimbangan, aku pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke Kota Malang, meskipun masih sekitar 5 hari aku merasai kenikmatan Ramadhan di rumah.

Awalnya orang tuaku masih berat hati untuk memberikan izin pada putri sulungnya. Aku pun mencoba merayu keduanya, mengandai-andai bahwa akan kutemui jalan kebahagiaan lain ketika aku berkunjung ke kota Malang. Meski sejatinya ada sejuta rasa kebahagiaan yang masih terlalu sayang untuk ditinggalkan. Ya, kebahagiaan akan kebersamaan Ramadhan bersama keluarga di rumah.

Aku pun akhirnya kembali ke Kota Malang setelah mendapatkan izin dari kedua orangtua.Kegiatan Ramadhan di Kota Malang pun dimulai. Segera menuju ke YPAC. Menyaksikan suatu keadaan yang membuatku tersadar bahwa di luar sana masih banyak anak yang memiliki kekurangan secara fisik. Aku pun bisa merasai keasyikan mereka dalam bermain, memandangi keceriaan di raut muka mereka, pun menampakkan wajah kagum atas tingkah unik mereka. Subhanallah, ada suatu rasa yang menggeliat di hatiku, seolah memberi tanda bahwa ternyata masih banyak sekali alasan yang seharusnya membuatku semakin bersyukur. Barang kali aku telah mendapatkan nikmat yang masih belum mampu kusyukuri dan mungkin malah diinginkan oleh orang lain. Sungguh, ada pelajaran berharga yang bisa kupetik dari kunjungan ke YPAC, terutama tentang bersyukur.

Selain kunjungan ke YPAC, aku pun mengikuti kegiatan Tadarus dan Nyantri Singkat Tahfizh Quran Tematik (Tarikat TQT) Edisi Ramadhan. Kegiatan ini merupakan program khusus pondok Ramadhan yang diadakan oleh Baitul Hikmah, di bawah wadah Rumah Inspirasi yang diikuti oleh peserta anak-anak maupun dewasa. Kegiatan ini lebih difokuskan pada kegiatan menghafal al-Quran berdasarkan tema. Tidak hanya menghafal saja, namun juga memahami maknanya. Betapa bahagianya hati ini ketika masih diberikan waktu untuk bisa lebih dalam mempelajari surat cinta-Nya. Betapa kagumnya hati ini ketika menyaksikan anak-anak yang begitu lincahnya dalam menghafal dan memaknai ayat-Nya mengenai kisah Yunus di QS. As-Shaffat: 139-148, Q.S Al-Qalam: 48-52, QS. Al-Anbiya: 87-88, dan QS. Yunus: 98-103. Betapa mulianya al-Quran yang mudah dihafalkan oleh setiap kaum-Nya.

10 hari telah berlalu. Kegiatan TQT pun ditutup dengan Munaqosyah. Diiringi dengan rasa kagum dan haru. Betapa tidak, setiap peserta TQT diuji secara terbuka di atas panggung. Masya Allah, sebagian besar mereka bisa hafal dan paham mengenai ayat yang telah dipelajarinya. Munaqosyah pun dilanjutkan dengan penyerahan mahkota kepada orangtuanya diiringi pembacaan kalimat puitis yang membuat hatiku semakin teriris.

“Penyerahan mahkota ini hanya sebagai pengingat kita, bahwasanya para penghafal Al-Quran nantinya bisa memberikan mahkota kemuliaan kepada orang tuanya di akhirat kelak.”, ucap Bu Laila selaku pengasuh TQT. Duhai, serasa tertampar pipi ini lewat kata-kata yang disampaikan oleh beliau. Aku pun luluh. Tangis pun tak mampu tertahan. Terbayang-bayang betapa hinanya diriku, yang masih sangat kurang dalam menghafal Al-Quran. Terpikirkan pula betapa lemahnya diriku, ketika nantinya aku belum mampu menyerahkan hadiah mahkota kemuliaan kepada orang tuaku.

Tiada terasa, akhirnya aku pun harus kembali ke kampung halaman.Tiba-tiba, sebuah pesan singkat menyembul di layar HP milikku. Membuat rasa khawatir di hatiku semakin memuncak setelah mendapat kabar bahwa ibuku sedang sakit. Rasanya aku ingin segera lari menuju rumah, segera pulang, dan segera mengetahui kabar ibuku.

Waktu seolah berputar lebih lama. Aku ingin cepat-cepat pulang. Menaiki bus menuju Trenggalek dan akhirnya sampai rumah. Disana tidak kutemui ibuku. Ternyata beliau sudah dibawa ke rumah sakit. Hati ini pun semakin teriris. Kesedihan mulai datang menggelayuti. Aku pun segera menuju ke rumah sakit dan Alhamdulillah beberapa hari kemudian ibuku sudah dibawa pulang ke rumah kembali. Aku pun bisa merasai nikmatnya Ramadhan bersama keluarga di sisa hari bulan Ramadhan ini.

Mungkin inilah beberapa ceritaku di bulan penuh rahmat ini. Senang, bimbang,kagum, haru, khawatir, pun sedih bercampur menjadi satu. Ramadhan yang paling berkesan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berjuta rasanya, begitulah aku menamakannya. Semoga bisa diambil hikmahnya.

Sekian

Kunjungan ke YPAC

Eka Imbia Agus Diartika1

Munaqosyah TQT Edisi Ramadhan

Eka Imbia Agus Diartika2

Oleh: Eka Imbia Agus Diartika

Dari: Malang


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *