Awali dengan Memaafkan, Akhiri dengan Kebaikan

Ramadhan mengajarkan kita untuk berpuasa. Bukan hanya raga kita yang diminta menahan lapar dan haus, tetapi jiwa kita juga diminta untuk menahan segala hawa nafsu. Menjadi waktu yang sangat tepat bagi kita untuk memulai lagi semuanya dari awal. Beruntung bisa dipertemukan kembali dengan bulan yang penuh ampunan ini harus disikapi dengan baik. Mengampuni semuanya. Mulai dari mengampuni diri sendiri dengan segala dosa dan kesalahan yang kemarin dilakukan lalu mengampuni setiap jiwa yang pernah membuat kita terluka. Allah saja Maha Pengampun atas semua makhluknya, harusnya kita juga bisa memaafkan kesalahan orang lain. Dan ini bisa dimulai dari sekarang.
Dalam perjalanan hari-hari kita sudah pasti ada banyak hal yang dialami baik itu hal yang menyenangkan ataupun menyedihkan. Hal yang membuat kita tertawa atau justru membuat kita emosi. Ada kenangan yang mungkin terlukis sebagai kenangan manis atau malah menjadi sebuah kenangan pahit. Memang bukanlah hal yang mudah untuk terus menerus menahan emosi yang meluap. Ada waktunya emosi itu tak mampu terbendung sehingga harus diungkapkan dengan gamblangnya. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya menumpahkan emosi yang telah lama menumpuk agar tersampaikan tanpa harus melukai orang lain. Jangan sampai emosi kita justru membuat orang lain tersakiti.
Waktu yang sangat tepat untuk menyalurkan emosi kita adalah di waktu seperti sekarang ini. Dibulan yang penuh ampunan. Dihari-hari yang penuh dengan berkah. Dan disetiap waktu yang mengandung kebaikan berlipat. Caranya bukanlah dengan menghajar orang yang telah membuat kita emosi menggunakan kekuatan fisik. Bukan pula dengan membalas kejahatan yang pernah mereka lakukan kepada kita. Tapi dengan membukakan pintu maaf kita. Maafkan apa yang pernah terjadi. Dengan demikian kita sudah mengamalkan apa yang diajarkan sebagai “ amar ma’ruf nahi munkar”. Jiwa yang terluka tak harus dibalas dengan luka pula. Karena jika dilakukan demikian sudah pasti tak ada ujung dari pertikaian yang berlangsung. Setiap pihak akan terus memikirkan cara untuk membalas perbuatan yang telah diterimanya. Bukankah akan membuat permasalahan menjadi tambah runcing? Namun jika kita balas kejahatan dengan kebaikan, sudah pasti ceritanya akan memliki alur yang berbeda.
Tak bisa dipungkiri jika raga ini memiliki keinginan yang tak pernah ada batasnya. Selalu merasa kurang dan tak pernah puas. Selalu menginginkan sesuatu yang lebih. Menginginkan apa yang belum kita miliki tapi sudah bisa dimiliki oleh orang lain. Disinilah awal iri dan dengki muncul. Kurangnya rasa bersyukur membuat kita begitu berambisi mengejar apa yang terlihat menggoda. Padahal kita sudah memiliki apa yang mungkin belum orang lain miliki. Dapat dirasakan dengan nyata dimana persaingan mendapatkan harta dunia begitu panas disetiap tempat.
Begitulah kadang permusuhan tercipta. Hanya karena sebuah persaingan atau perebutan suatu hal, kadang kita mengorbankan tali persahabatan yang sudah kita jalin. Tali silaturahmi itu putus karena ada persaingan ego yang mendominasi hati. Padahal mendapatkan sahabat baru adalah anugerah yang patut disyukuri. Dengan demikian sudah sepantasnya kita sambungkan lagi tali yang putus itu. Rajut kembali jalinan persaudaraan yang mungkin pernah merenggang karena perbedaan pandangan.
Di bulan yang penuh limpahan rahmat ini sudah sepantasnya kita berlomba-lomba melakukan kebaikan. Memanfaatkan waktu yang kita punya dengan mengisi hal yang bermanfaat. Memperbaiki hubungan kita bukan hanya kepada sesama ciptaan-Nya, melainkan kepada pemilik kita yang paling utama. Mungkin beberapa waktu ini kita sudah lalai akan setiap perintah dan larangan-Nya. Nah ini adalah momentum yang tepat bagi kita untuk mengembalikan hubungan vertikal kita dengan Sang Pencipta. Apalagi saat ini sudah kita ketahui dengan jelas bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan akan dilipatgandakan begitu banyaknya. Sudah tak perlu ada kata ragu lagi untuk kembali bersimpuh dihadapan-Nya.
Sudah saatnya kita membersihkan hati dan jiwa kita lagi dari noda-noda yang kemarin menghiasinya. Hapus kedengkian dengan senyum persahabatan, padamkan kemarahan dengan siraman persaudaraan, dan pupuk lagi bunga kebaikan kita. Tak ada waktu terlambat untuk memaafkan. Itu bisa menjadi langkah awal untuk membuka kisah yang baru. Membuat hati menjadi jauh lebih lapang. Membuat jiwa merasa lebih tenteram karena tidak lagi tersulut dengan persaingan duniawi saja. Membuat setiap indera ini mengucapkan syukur atas setiap nikmat yang didapat.
Jadi awali semuanya dengan memaafkan. Jadikan masa lalu kita sebagai pelajaran untuk meraih masa depan yang lebih baik. Ubah pandangan kita dari yang tadinya mencari kekayaan dunia saja menjadi keinginan untuk mencari bekal kehidupan yang abadi. Persiapkan diri kita untuk menyongsong keabadian. Jika kita rajin menebar kebaikan dan tidak terlena dengan kebahagiaan semu, sudah pasti kita akan mendapatkan surga dengan kenikmatan yang tak tebatas didalamnya. Akan tetapi jika kita terbuai dengan ujian dunia sesaat, sudah pasti kita kan terlempar dalam penyesalan yang tak berujung. Dibulan yang suci ini, mari bersihkan diri kita untuk belajar menjadi muslim dan muslimah sejati. Aamin Ya Robbal ‘Aalamiin


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *