Post Views: 413 Bukan pulang yang menjadikan akal bertandang dan batin dimasak. Sehingga sekumpulan kaum pencuri tanah bertumpah serapah, bermabuk darah. Tapi sebagai tamu dari kaum yang dibenci pemuka-pemuka. Bertolak menggapai pelarian kedua orang suci. Ingatkan pada Muharram. Ketika mata tersayat hilal. Lembayung memasang wajah kepunyaan orang-orang berpulang. Dari dada kusam didongkrak tagihan. Manusia-manusia berziarah
Author: Narendra Brahmantyo K.R.
Mengkaji Kediaman Hijriah
Post Views: 15 Bukan pulang yang menjadikan akal bertandang dan batin dimasak. Sehingga sekumpulan kaum pencuri tanah bertumpah serapah, bermabuk darah. Tapi sebagai tamu. Dari kaum yang dibenci pemuka-pemuka. Bertolak menggapai pelarian kedua orang suci. Ingatkan pada Muharram. Ketika mata tersayat hilal. Lembayung memasang wajah. Kepunyaan orang-orang berpulang. Dari dada kusam didongkrak tagihan. Manusia-manusia berziarah
Mengkaji Kediaman Hijriah
Post Views: 15 Bukan pulang yang menjadikan akal bertandang dan batin dimasak. Sehingga sekumpulan kaum pencuri tanah. Bertumpah serapah, bermabuk darah. Tapi sebagai tamu. Dari kaum yang dibenci pemuka-pemuka. Bertolak menggapai pelarian kedua orang suci. Ingatkan pada Muharram. Ketika mata tersayat hilal. Lembayung memasang wajah. Kepunyaan orang-orang berpulang. Dari dada kusam didongkrak tagihan. Manusia-manusia berziarah
Muharram Bulan Mulia
Post Views: 50 Bulan muharram bulan yang mulia Tak terasa sebentar datangnya Membuat diri ini mengingat Tentang apa yang telah diperbuat Bulan yang indah dan mulia Hingga tak berkedip mata memandangnya Bersyukur atas nikmat dan karunia Diberi kesempatan untuk menikmatinya Muharram akan segera pergi Coba tanyakan pada hati Bagaimana kabar diri? Tentang kesalahan apa yang
Kesucian Dalam Muharram
Post Views: 24 Sajak Cinta Muharram teriakkanlah takbir —teriakkan apapun yang membuat sujud mu menjadi gema dan busur jibril menembus rasi bintang terdengar pada setiap galaksi ayat-ayat kasih sayang dari Rabb-mu dengan tangan lusuh fajar mengantar doa dan hujan dari mataku pergi bekerja —menggambar keimanan yang digoyahkan dunia sebuah Muharram, adalah titik balik: kesempatan kedua
Mengkaji Kediaman Hijriah
Post Views: 14 Bukan pulang yang menjadikan akal bertandang dan batin dimasak Sehingga sekumpulan kaum pencuri tanah Bertumpah serapah, bermabuk darah. Tapi sebagai tamu Dari kaum yang dibenci pemuka-pemuka Bertolak menggapai pelarian kedua orang suci Ingatkan pada Muharram Ketika mata tersayat hilal Lembayung memasang wajah Kepunyaan orang-orang berpulang Dari dada kusam didongkrak tagihan Manusia-manusia berziarah
Menyambut Muharram
Post Views: 22 Melalui secarik kertas Ia merangkai Kata Merangkainya menjadi kalimat indah Lantunannya sangat merdu Tatkala disebutkan dengan suka cita Bukan hanya lantunan kata yang terucap. Saat hari yang agung ini akan tiba Semangat pun Bagaikan air sungai yang mengalir deras Begitulah antusiasnya Menyambut hari yang istimewa Pergantian hari malah membuatnya berapi-api Kobaran semangat
Mengkaji Kediaman Hijriah
Post Views: 28 Bukan pulang yang menjadikan akal bertandang dan batin dimasak Sehingga sekumpulan kaum pencuri tanah Bertumpah serapah, bermabuk darah. Tapi sebagai tamu Dari kaum yang dibenci pemuka-pemuka Bertolak menggapai pelarian kedua orang suci Ingatkan pada Muharram Ketika mata tersayat hilal Lembayung memasang wajah Kepunyaan orang-orang berpulang Dari dada kusam didongkrak tagihan Manusia-manusia berziarah
Muharram
Post Views: 29 Judul Puisi : Muharram Dosa yang tak terhitung Kesalahan yang menyelimuti ku Waktu yang terus berjalan Banyak cerita dan kisah dalam hidupku yang telah ku lalui Ketika tahun mulai berganti secerah cahaya Hanya satu kata tuk sambut hadirmu Happy new hijry year Haniiah bisanah jadidah Muharram…yang penuh berkah Yang menyadarkan segala kesalahanku
Membimbing Diri di Jalan Kemanusiaan dan Ketuhanan
Post Views: 18 Selama kita berjalan, Di tengah hati yang terombang-ambing Di antara dalamnya keyakinan yang meragukan Apakah kita mampu menemukan nilai kemuharraman yang murni Padahal malam itu, gerbang terbuka lebar Diri menapaki hati yang beku, keras, dan kaku bagai batu yang tersimpan dalam lorong tak bertepi Tapi dalam satu waktu itu, kita membuka jendela