Angin Muharram
Di gerbang Muharram, hanyalah lembut anginnya memeluk seorang
yatim, yang kerap menjemur rasa laparnya dengan lemak tipis
di tubuh. Ketika memasuki pekarangan rumah, air mukanya
begitu bahagia.
Di depan rumah itu, memang tak pernah seorang nabi yang lewat.
Namun pada satu lubang di dinding, telah dilengkapi dengan satu
labinah (batu bata) yang paripurna.
Hari baik pun dikumandangkan. Selepas berkah shaum, deret talam
dan buah untuk anak-anak yatim sebayanya. Senyum dan doanya,
bagai menggapai langit berlipat lembar kertas
putih penuh kebaikan.
Syahrullah berpusar mengetuk dinding jiwa. Seorang tua pun
membayangkan cahaya-Nya yang kilat, memapah hewan tunggangan
bernama Qiswa kala memasuki sebuah kota.