Aku Ingin Membisikkan Sesuatu

Hai, Assalamu’alaikum,

Terima kasih sudah datang kembali, aku sangat senang. Aku senaaaaang sekali, saat beberapa bulan lalu ku dengar kau akan segera datang. Setiap hari ku tandai di kalender kamarku, menghitung mundur hari kedatanganmu.

Tapi maafkan aku, aku hanya sibuk menanda-nandai, tanpa ada usaha lebih, yang spesial, yang ku lakukan untuk menyambutmu. Maafkan aku, aku sangat sibuk kala itu. Aku harus menyelesaikan tugas-tugas kuliah ku, mempersiapkan ujian akhir dan beberapa aktivitas lain yang menyita waktu ku dari mu. Mau kah kau memaafkan ku?. Ya aku hanya sok sibuk barangkali.

Kau datang!

Kau benar-benar datang!. Aku tahu kau memang akan datang. Dari jauh ku lihat wibawamu yang membuat jatuh cinta siapa saja yang mengenalmu. Tua, muda, lakilaki, perempuan, anak-anak, semua bersuka cita menyambutmu, menggunakan pakaian terbaik mereka dengan wajah yang benar-benar bahagia. Kau benar-benar indah, seindah namammu yang termaktub abadi dalam kalam sang Illahi. Ah aku malu, aku sangat malu untuk mendekat seperti mereka. Aku kumal dan payah, tidak seperti mereka yang siap untuk membersamaimu. Terisak ku dalam tangis yang tertahan dirongga jiwaku yang kosong. Perlahan ku coba langkahkan kaki mendekat, ku seret penat yang menggelantung di jasad, aku ingin membisikkan sesuatu padamu.

Adzan Isya berkumandang, memanggil semua makhluk untuk bersujud pada Sang Penguasa jagat raya. Alunannya yang syahdu terasa menikam tepat jantungku, aku teringat janji-janji yang kuucapkan padamu tahun lalu sebelum kau pergi, “aku akan memaksimalkan penghambaanku”, “aku akan berusaha untuk lebih baik!”, “kami pasti merindukanmu”, terasa udara dingin mencibirkanku karena ternyata aku masihlah aku yang dulu, tidak terlihat lebih baik, atau bahkan berusaha untuk itu juga tidak. Aku malu, benar-benar malu. Ingin rasanya aku pulang saja, membiarkan mu bersama mereka yang lebih siap untuk menjumpaimu. Tapi beratnya dosa-dosa menahanku, aku membutuhkanmu, aku ingin membisikkan sesuatu.

“Assalamu’alaikum warahmatullah..”, tak bisa lagi ku tahan rasa bersalahku sesaat ketika imam mengakhiri sholat Isya berjamaah malam itu. Ku dekatkan keningku ke lantai rumah-Nya yang mulia, dan berbisik “Ramadhan, bantu aku memperbaiki imanku.”

Oleh: Qoriatul Hasanah

Dari: Kabupaten Solok, Sumatera Barat


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *