Aku dan Istiqomah

Di kala pagi itu aku dan keluargaku baru saja pulang dari surau selepas sholat subuh dimasjid. Dinginnya udara serasa menusuk kulitku sampai tulang. Di langit, bulan dan penghiasnya masih setia menerangi bumi, sebelum tiba saatnya ia begantian memberi sinarnya dengan matahari. Hari itu aku memutuskan untuk istiqomah. Memang belum seberapa, tapi aku akan berusaha sholat malam dan sholat duha setiap hari. Aku memutuskan untuk memakai jilbab panjang dan baju yang longgar, juga membiasakan mulutku untuk senantiasa berzikir. Setelah terbiasa, aku menambah amalan puasa sunnah dan mengaji satu juz setiap hari. Aku ingat sekali,dulu rasanya susah sekali , sebelum akhirnya aku terbiasa melakukan semua itu sampai sekarang. Hari ini aku ingin menjenguk pamanku yang sakit di semarang. Lantas aku,mamak, dan bapak segera memasuki mobil. Ditengah perjalanan, aku sedang asyik memperhatikan ladang ladang sawah yang terbentang luas sambil berzikir, dan saat itu, aku tak menyadari,bahwa aku tak memasang sabuk pengaman. Sebuah mobil melaju sangat kencang di penurunan jalan, menabrak mobil kami. Setelah itu, aku tak merasakan apapun.

Aku terbangun, aku merasakan sekujur tubuh ku sakit, tapi aku tak bisa melihat apapun, bahkan untuk melihat tanganku sendiri. “Mamak..,bapak..” panggilku pelan sambil meraba raba sekitar. Aku mendengar suara mamak menangis pilu. ” jangan putus semangat, Nara..” bisik bapak pelan. Aku terdiam sejenak. Mencoba mengerti situasi. “Nara bu..ta..?” Tanyaku dengan suara bergetar. Sungguh, hatiku serasa ditusuk beribu duri, harapan yang kupunya serasa hancur berkeping. Ingin rasanya aku menangis sekencang kencangnya. Tapi aku ingat Allah selalu bersamaku. “Lillahita àla mak,pak, Nara ikhlas kehilangan kedua mata Nara, mungkin Allah sedang menguji Nara, dan Allah percaya Nara bisa melalui ujian ini dengan sabar” ucapku. Mamak dan bapak memelukku. “Sungguh, kau mempunyai hati yang kuat nak”
….
1 tahun berlalu.
Aku terbiasa memakai tongkat kemanapun, kesurau, ataupun ke sekolah. Senja itu aku sedang duduk duduk ditaman. Membiarkan diriku menikmati udara segar. Dua suara tongkat menghampiriku. Ikut duduk disebelahku. “Kakak buta ya?” Tanyanya. Dan aku tau itu suara gadis kecil. Aku mengangguk pelan dan tersenyum tipis. “Gimana caranya merelakan kedua mata kakak? Aku saja sampai sekarang belum bisa merelakan kedua kakiku” ucapnya, kali ini suaranya terdengar pelan dan melemah. “Allah” ucapku bertenanaga.” Karena kakak percaya pada Allah. Disaat kakak kehilangan harapan, yang membuat kakak kuat adalah hati kakak,dan kakak tau,saat itu Allah sedang menolong hati kakak. Dan saat itu pula kakak merasakan hati kakak kuat, sangat kuat” ucapku. “Bagaimana agar kita ditolong allah kak?” Tanya anak kecil tersebut. “Istiqomah,sungguh, istiqomah adalah caranya”


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *