Aku dan Bulan Puasa

Saat masih SD dulu, jujur hatiku selalu merasa berat tatkala ramadhan tiba. Padahal jika melihat orang dewasa, mereka tampak bahagia menyambut bulan itu. alasanku merasa berat ialah karena rutinitas pada bulan ramadhan sungguh melelahkan rasanya, dari mulai menahan kantuk di pagi buta untuk sahur. Pergi mengaji kuliah subuh habis sahur, padahal saat itu aku merasa ingin tidur terus kalau habis sahur sampai siang jika sedang libur. setelah itu siangnya juga berangkat mengaji kesekolah agama khusus ramadhan, Lalu malamnya selepas berbuka dan solat isya kami juga harus solat terawih yang kalian tahulah lamanya dan betapa banyaknya solat itu. Menyebalkan memang rasanya karena jika melihat mengapa hanya anak kecil saja yang melakukan rutinitas tersebut? mengapa orang dewasa tidak? padahal saat itu kami sama-sama puasa, aku ini merasa tidak adil. Disamping kami harus berpuasa, kami juga harus melakukan semua kegiatan itu karena kami diberi buku ramadhan dan didalamnya bayak sekali kolom-kolom yang harus diisi, jadi tidak ada kata tuk bisa menghindar darinya.
Kalau malam sehabis buka puasa biasanya kepengen banget nonton tv soalnya waktu-waktu itu program kesayanganku tampil, tapi karena harus terawih jadi terkadang aku berseteru dengan ibu ayah juga saudaraku yang lain. Tak jarang kami hingga ada yang nangis dan marahan, ya gimana lagi orang abis menahan lapar, cape kegiatan ini itu, bangun pagi tidur malem, pasti amarah itu dipuncaknya banget.
Tapi sekarang aku sadar, dibalik menahan kantuknya dipagi hari, menahan laparnya disiang hari, betapa lelah dan panasnya berjalan menuju sekolah agama, betapa membosankannya mendengar ceramahan dan mengikuti solat terawih, dan betapa kesalnya tatkala menahan diri dari keinginan untuk bermain kembang api bersama teman tatkala kita terawih. Dari sana ternyataa aku masih beruntung dapat merasakan nikmat yang allah berikan, tak seperti temanku yang dinegeri seberang sana, untuk makan ataupun berlindung saja tidak bisa. Setiap dentuman peluru terngiang-ngiang siang dan malam, tak kenal hari, bulan, waktu, mereka harus bersiaga dari para pembunuh berdarah hitam. Padahal bulan ramadhan adalah bulan penuh berkah, tapi mereka harus berjuang jiwa dan raga, jangankan untuk merayakan lebaran untuk bertahan saja itu sudah susah.
hmmm kasihan sekali temanku disana, kita yang masih bisa makan, tidur, dan sekolah dengan aman harusnya bersyukur atas nikmat itu dan bukannya malah mengeluh ya teman-teman^^.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *