Suatu tempat yang dipenuh kasih sayang sebuah uyut melebihi kasih sayang seorang nenek. Uyut selalu mendoakan aku untuk bisa membahagiakan kedua oang tua aku. Ia sangat menyayangi aku melebihi buyut yang lain. Suatu ketika namanya manusia ada saja yang selalu berubah sikap. Begitupun dengan aku ini, terkadang aku marah terhadap uyut aku. Aku tidak mau menginap kerumahnya. Akan tetapi, uyut aku selalu membujuk aku untuk menemani ia. Disatu sisi, ada sepupu aku yang menginap disitu juga. Akan tetapi, uyut tetap memilih aku untuk menemani ia.
Uyut sangatlah sayang terhadap aku. Dari kecil hingga dewasa uyut selalu menemani aku tidur sambil mendo’akan diriku. Suatu ketika, bulan Ramdhan pun telah tiba. Ia sangat perhatian kepada aku. Aku dibangunkan untuk sahur bersama uyut dengan lauk seadanya. Makanan yang dahulu aku sukai sekarang aku menyukainya. Ia suka lalapan dan sayuran. Ia suka memasakan aku untuk sahur kadang-kadang.
Bulan Ramadhan penuh kenangan bersamanya. Sampai akhirnya beliau sakit parah pada saat itu, semenjak sehabis lebaran. Sebelum beliau sakit parah aku selalu diberikan pesan olehnya. “Parinah, kalau suatu saat nanti uyut tidak ada, parinah jangan menangisi uyut ya, pasti rumah ini sepi tanpa suara uyut, parinah tetap tidur disini ya, dikamar ini! Pasti kangen dibangunkan sahur”. Sambil tertawa uyut kepada aku.
Aku tidak mengetahui apa maksud pesan darinya. Kenangan terakhir yang diberikan uyut sangatlah membuat aku selalu mengenangnya. Beliau setiap menjelang lebaran selalu memberikan aku sebuah baju baru untuk aku kenakan. Aku senang mendapatkan baju dari uyut aku. Karena disaat menuju lebaran aku tidak diberikan baju dari nenek.
Sehabis terawihpun, aku disuguhi sebuah sirup untuk aku dan uyut meminum bersamanya dengan campuran es batu. Aku sayang uyut, beliau tidak ada tara dari seorang nenek yang aku kenal. Kasih sayang sangat mendalam olehnya terhadap aku ini. Ia selalu ingat membangunkan aku sebelum sahur. Membangunkan aku terlalu pagi, membuat aku tersenyum dengannya. Suara beduk keliling aku dibangunkan olehnya. Ketawaannya selalu aku kenang selamanya. Bulan penuh berkah bersama hayat ia masih bernafas.
Disaat bulan puasa tahun 2015-2016 ini, aku merasa setiap bertemu Ramadhan selalu masih ada uyut disampingku ini. Ia hidup dihati aku ini, selamanya. Suara yang khas membuat aku sering terbayang olehnya. Setiap mamah memasakan lalapan selalu mengenangnya. Rasa kangen ini, tidak bisa bertemu lagi. Tetapi aku belum bisa membahagiakan ia seutuhnya semasa hayat hidupnya. Setiap aku menangis, ia selalu menghiburku apa saja kegiatan yang membuat aku lupa akan kesedihan aku itu. Rayuannya membuat aku tersenyum dan melupakan hal yang sedih di hidup aku ini.
Sekarang aku hanya bisa melihat, ia dari kejauhan. Dan bisa bertemu ia ketika tidur dan kemakamnya. Foto terakhir bersamanya ketika lebaran tiba dan ia masih bernafas. Sekarang aku hanya bisa mendo’akannya seperti ia selalu mendo’akan aku sewaktu hidup.
Disaat bulan Ramadhan engkau masih berada aku hanya berdo’a, semoga engkau diberikan kesehatan agar bila aku wisuda nanti engkau bisa melihat buyutmu ini menjadi sarjana, tetapi Allah lebih sayang dengan engkau. Oleh karena itu, engkau diambil telebih dahulu ketika aku masih dibangku sekolah menengah keatas kelas 2.
Oleh: Syifaa Azizah
Dari: kecamatan Tambun Selatan, Bekasi