Satu Muharram dan Duka Bocah Sebatang Kara

Satu Muharram dan Duka Bocah Sebatang Kara

pada malam satu Muharram
di tengah badai musibah dan wabah
serta barisan kehilangan dan kematian-kematian
masih ada sebutir doa dari senyawa yang tersisa
di antara celah keputusasaan dan keterpurukan tak berkesudahan
“Semoga bahagia segera menghampiri entah esok atau lusa.”

pada pagi satu Muharram
goresan senyum langit merekah
seolah pertanda semesta membawa kabar suka cita
tapi ada yang tak berubah dari bencana yang masih mewabah
juga air muka bocah yang berada di ujung masanya menyerah
duka masih menggantung di pelupuk matanya
segenap kehilangan adalah barisan kematian ibu bapaknya
sabar dan tegar adalah ilusi kata
dari orang-orang yang menaruh simpati padanya yang kini sebatang kara

Muharram di sepertiga malam
di tengah lalu lalang sunyi dedoa penghuni semesta
bocah sebatang mengeja doa dengan terbata
mengetukkan pintu ampunan untuk ibuk bapaknya
yang berpulang terlalu pagi, bahkan saat ia belum membuka mata
semoga dedoa suci bocah lelaki sebatang itu
menjadi jembatan amal yang tak berputus untuk ibu bapaknya


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *