Sebelum pedang menyambut karbala
di mata asyura yang mulia.
Saban dua putra Ali bersapa mata dengan Nabi
dikecuplah bibir mungil Hasan dengan ikhlas
dan dileher Husain kecil:
ombak cumburu membentur tepi dadanya
Husain kecil mencari peluk Fatimah
setengah terisak ia berkata
“apakah Nabi lebih mencintai Hasan?”
Fatimah dengan paras tidak percaya
membawanya menghadap baginda
menuturkan gejolak dada Husain kecil.
“Kelak Hasan mati oleh racun dan segala isi perut
keluar dari mulutnya” sabda Nabi kepada Fatimah
yang memangku Husain.
Lalu, sepasang mata Baginda
tak kuasa melihat anak di pangkuan putrinya itu
sampai mata air di kelopaknya mengalir tak sadar diri
sebab suatu nanti, leher anak itu menjadi puisi
dalam kesyahidan yang abadi.
Setelah Nabi kembali pada cinta-Nya,
pada asyura ke 61, Husain dan 72 orang
melawan ribuan bala tentara ubaidillah bin Ziyad
di bawah kuasa tangan Umar bin Sa’d bin Abi Waqash
pedang, panah, jeritan berkumandang.
Dari perang yang tak imbang,
leher terputus, 33 tusukan
serta 34 sayatan menjadi puisi
di tubuh Husain putra Ali.
Matahari memerah gerhana,
langit laksana kain yang menguning
di atas rintih pilu Karbala
29 Agustus 2021