Gemericik air mata berangsur-angsur tumpah
Perih telah retak
Rembulan telah mengusung atma dalam dekapan cinta
Rasa yang menjadi mayat diberi kesempatan hidup
Kembali mengoreksi setubuh tanah usai tercebur dalam larutan lumpur beraroma kecut
Menanam peluh sesal yang kini diizinkan tercabut
Selimut kelabu yang menari di hadapannya itu
Ditembus perlahan oleh keagungan cahaya yang enggan redup
Masih sempat kah daku bersujud?
Duhai, Allah…