Sudut Renjana Muharram

Kala itu,kulihat jingga memenuhi nabastala. Bias warna nan elok bak sesosok nirmala. Dengan bahtera sebagai perisai dari Sang Pencipta. Meski tak selembut upaya menghapus bilur. Atau mustahil mengusirnya bagai hasrat membelah laut dengan tongkat Musa. Namun dersik akan kembali dengan segenggam kesuma. Aku hanya tengah meredupkan lara. Singgah sesaat dari ruang pelik yang mengusik nuraga. Berdamai dalam kilauan rembulan yang menyinari lorong temaram. Sementara langit tak sekalipun membiarkan rintik bertamu. Pada bentala yang menyimpan sendu melalui samudera. Lantas ku berbisik pada sang dayita,”Muharram itu renjana”. Membalikkan kesemula, mungkin tidaklah mudah. Namun Sang Kuasa selalu mempunyai kapasitas untuk mengampuni.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *