Bulan Intropeksi, Memperbaiki diri dan Solidaritas Umat

Ramadhan
Bulan Intropeksi, Memperbaiki diri
dan Solidaritas Umat

Sunatullah, sudah kodratnya dijagad raya ini ada yang diunggulkan karena keistimewaan atau kelebihan yang dimilikinya. Rumah yang paling agung, yaitu Baitullah, Kab’ah. Manusia paaling mulia, Nabi Muhammad SAW. Hari yang paling istimewa yaitu hari jumat. Dan bulan yang paling baik di antara 12 bulan adalah bulan Ramadhan.
Rasullah bersabda,
“Sekiranya engkau shaum, tahanlah pendengaranmu, penglihatanmu dan lidahmu dari dusta dan dosa. Hindari perbuatan menyakiti pembantu. Jadikanlah hari shaummu penjaga dan pemelihara diri serta ketenangan.
Jangan kau jadikan saat tak shaum.”
Setelah membacanya berulang kali, kita seperti di ingatkan baagaimana kualitas puasa kita. Apakah puasa kita hanya sekedar memenuhi kewajiban atau benar-benar ikhlas lillahi ta’ala.
1.Jagalah pendengaranmu
Dalam sebuah hadist dikatakan,” Hendaklah orang yang berpuasa bisa menahan pendengaranya.”
Maksudnya, jika kita sudah niat untuk berpuasa hendaklah kita menjauhkan telinga kita dari suara-suara yang membawa kita kepada pemikiran-pemikiran yang berbau maksiat dan bisa melalaikan kita kepada kewajiban-kewajiban kita untuk memperbanyak ibadah.
Pada era globalisasi dan informasi yang mudah kita dapatkan, banyak sekali kemajuan yang bisa kita rasakan dan kita nikmati. Kemajuan teknologi yang sangat canggih seakan-akan membawa kita pada 100 tahun yang akan datang, bahkan kita bisa memesan makanan dengan sekali usap, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dan itu dengan sekali usap juga. Mudah kan? Kepenak to? Semua karena kecanggihan teknologi, namun jika kita tidak bisa memilih dan memilah yang baik dan yang buruk bagi diri kita dan keluarga kita, maka bersiap-siaplah kita menjadi manusia yang buta dan bersiap-siaplah kita akan memiliki generasi karbitan dimana anak muda aka melakukan sesuatu yang seharusnya belum boleh atau tidak boleh dilakukan.
Mari kita perbanyaka mendengar suara-suara yang membawa kita pada ketenangan hati dan bisa memotivasi kita untuk menambah amalan-amalan baik di bulan Ramadhan.
2. Jagalah pengelihatanmu
Dari hadist diatas diperintahkan untuk menjaga pengelihatan. Dampak negatif dari kemajuan teknologi, misalnya ponsel pintar yang didukung berbagai macam sosial media dengan berbagai macam berita yang beredar di sana serta aplikasi You Tube. Bila kita tidak menyaring berita yang benar serta memilih tontonan yang cocok dan yang bisa menjadi tuntunan bagi anggota keluarga kita, misalnya anak dibawah umur atau remaja, mereka bisa langsung menyerap cara dan gaya berpakaian ala barat atau menelan memtah-mentah sebuah berita yang beredar di sosial media tanpa memeriksa ulang kebenaranya sehingga menyebabkan kerusuhan, demonstrasi, dan tawuran yang terjadi antara remaja. Sebuah perbuatan yang merugikan orang lain, menyusahkan keluarga serta tidak sesuai dengan norma dan akhlaq dalam ajaran islam.
Di bulan yang istimewa ini hendaklah kita menjaga mata kita untuk tidak melihat aurat orang lain yang bisa membangkitkan nafsu agar puasa kita tidak sia-sia. Sepasang suami istri yang jelas-jelas sah di mata Allah SWT saja dilarang untuk saling melihat aurat (berhubungan badan) apalagi yang bukan suami istri. Naudzubillahi min dzalik kalau ada orang-orang yang melihat film porno saat mereka menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Belum lagi keberadaan ponsel pintar yang makin mudah didapatkan namun sudah disalahgunakan fungsinya. Untuk mengakses, mengirim, dan menyimpan gambar atau video yang bermuatan pornografi dan kekerasan didalamnya. Ini sangat berbahaya, bukan hanya membuat mudharat dan dosa di bulan Ramadhan tapi juga merusak mental generasi muda.
3. Jagalah Lidahmu
Pada kalimat (dan lidahmu), kita diperintahkan untuk menjaga lidah kita. Hati-hati dengan lidah, bentuknya hanya segumpal daging namun bahaya yang ditimbulkan luar biasa. Gara-gara salah bicara bisa muncul peristiwa saling membunuh, banyak suami yang menceraikan istrinya, banyak anak durhaka kepada orang tuanya, banyak tetangga yang saling mendiamkan karena terlalu sering bergosip dan akhirnya timbul fitnah sehingga menyebabkan pertengkaran serta terputusnya tali silaturrohmi.
Di bulan Ramadhan ini mari kita jaga lisan kita, kita bersihkan sepotong daging yang bernama lidah dengan untaian kalimat-kalimat yang baik, seperti melantunkan ayat suci al-quran, memperbanyak membaca buku pengetahuan, menyanyikan lagu-lagu islami, menyapa pasangan dengan sapaan yang lembut dan romantis bukan dengan kata-kata yang kasar, bukan dengan makian, bukan dengan sumpah serapah yang melukai hati pasangan kita.
4. Jangan Menyakiri Pembantu
Sesungguhnya Islam itu agama yang indah. Agama yang memuliakan wanita dan Islam adalah agama yang syumul (menyeluruh). Meliputi segala hal.
Asisten Rumah Tangga yang bekerja dinegara sendiri atau negara asing semata-mata hanya ingin menafkahi keluarganya dan rela berpisah dari keluarga di kampung halaman. Sudah sewajarnya jika mereka (rata – rata adalah wanita) berhak mendapakan hidup yang layak meski mereka bekerja sebagai pembantu tapi pada kenyataanya mereka malah mengalami nasib buruk, seperti dipukul, disiram dengan air keras, dihina oleh majikan, dan lebih parahnya lagi mereka diperkosa oleh majikan mereka sendiri.
Sejak berabad-abad yang lalu islam dengan tegas mengingatkan,” Hindari menyakiti pembantu.”
Pembantu secara bahasa, berarti orang yang sekedar membantu meringankan pekerjaan Si Majikan. Tetapi pada kenyataanya ternyata lain. Seorang pembantu mengerjakan semua pekerjaan majikanya mulai dari mengurus anak, membersihkan rumah, mengasuh anak, masak, mencuci hingga mengurus suami. Syukur jika itu semua dihargai dengan memberi gaji yang sepadan untuk tenaga mereka. Jika yang terjadi sebaliknya? Semoga saja kita tidak menjadi majikan yang kasar dan sombong. Jadikanlah pembantu kita sebagian dari keluarga kita. Jika mereka tidak ada betapa repotnya rumah tangga kita?
Marilah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini sebagai bulan untuk merenung, mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik, mengubah prinsip hidup yang salah, mengubah kekerasan menjadi kelembutan. Jadikanlah bulan yang penuh rahmat ini untuk ibadah yang lebih baik lagi dan memperbanyak ilmu pengetahuan. Jalankanlah ibadah puasa dengan ketulusan dan penuh rasa ikhlas, kita akan menuai manfaat, berkah, dan pahala yang berlimpah.
Dengan berpuasa diharapkan timbul rasa empati sekaligus membelenggu keegoan diri.
Bahwa lapar dan haus itu tidak enak rasanya. Berarti menjadi orang yang hidupnya serba kekurangan itu tidak nyaman. Oleh karena itu mari timbulkan rasa empati di hati kita agar tergalang solidaritas sosial. Yang kaya memberi, yang miskin mendoakan, dan saling menghormati satu sama lain.
Kadang-kadang ada terbersit sebuah pertanyaan di benak kita, kenapa nilai-nilai islam yang agung dan luhur belum terlihat di masyarakat khususnya umat Islam itu sendiri pada hal setiap tahun kita menjalankan ibadah puasa tapi tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi umat. Tindak kriminal, amoral dan kekerasan masih sering kita jumpai.
Sifat-sifat tidak terpuji itulah yang hendak diperangi oleh ibadah puasa, mungkin penyebabnya adalah ;
Pertama, masih banyaknya kaum muslimin yang belum mau melaksanakan ibadah puasa sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
Kedua, meskipun mereka mau melaksanakan puasa, mereka hanya beribadah puasa secara tradisi bukan berangkat atas kesadaran sendiri dan penghayatan dari jiwa setiap muslim.
Rasululloh SAW pernah bersabda:
“Bertapa banyak yang melakukan puasa, tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa selai lapar dan haus.”
Padahal di hadist yang lain disabdakan:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penugh kesadaran dan keimanan, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. ( H.R. Bukhori).


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *