Bulan Ramadhan adalah bulan yang dinantikan oleh semua umat Muslim, mereka berlomba-lomba dalam meraih keridhoan-Nya. Beribadah dengan khusyu’, shadaqah, menunaikan zakat, semua adalah ladang pahala. Hei, lihatlah saudara kita di sana, keadaan mereka jauh dari kata layak untuk menjalankan Ramadhan, mereka tak mendapatkan ketenangan untuk beribadah. Suara dentuman bom selalu meneror mereka, merenggut nyawa keluarga mereka. Percayalah, surga balasanmu karena telah menjaga negerimu Palestina dari orang-orang dzalim. Lalu, apakah ada alasan kita untuk tidak bersyukur wahai saudaraku setanah air?
Beberapa hari lagi Ramadhan hampir berakhir, dan tulisan saya kali ini akan menceritakan sedikit peristiwa yang terjadi di Palestina pada Bulan Ramadhan. Iya, hanya bercerita sedikit karena saya bukan wartawan yang mengunjungi langsung tempat kejadian, tapi saya berharap dengan tulisan saya ini dapat menyadarkan kalian serta saya sendiri untuk senantiasa bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah Allah limpahkan pada kita.
Sehari sebelum bulan suci datang, bom kembali membombardir jalur Gaza, rasa takut dan mencekam mulai menyelimuti kami dan anak kami. Serangan itu menewaskan 4 orang dari kelompok seteru dan 19 orang dari penduduk kami. Memang bukan menjadi hal biasa bagi kami ketika Zionis Israel menjatuhkan bom dengan semaunya, tapi mengapa mereka bisa begitu keji kepada kami padahal Ramadhan Kareem sebentar lagi akan tiba? Ya Allah Ya Tuhan kami berikan kesabaran pada diri kami sehingga kami dapat mempertahankan iman dan ibadah kami begitu pun mempertahankan negeri ini, agar tetap menjadi negeri yang Engkau ridhoi.
Setiap kesulitan pasti ada kemudahan, itulah janji Allah dalam Surah Al-Insyirah. Meskipun dengan keadaan yang menyedihkan, puing-puing bangunan dan rumah berserakan seakan menggali kembali luka kami, luka akan kehilangan orang yang kami sayang yang gugur di jalan-Nya beberapa tahun silam. Iya, dibalik itu semua Allah masih memberikan nikmat dan karunia-Nya hingga kami tetap dapat menjalankan bulan suci ini. Kami melaksanakan puasa seperti biasa, walau dengan persediaan seadanya. Kami tahu negeri ini sedang mengalami krisis dalam perekonomian bahkan bisa disebut juga krisis dalam segala hal, tapi yang kami tanamkan dalam hati adalah kami tak akan pernah krisis iman dan ibadah kami.
Kami menjalankan Ramadhan dengan penuh suka cita seperti umat muslim lainnya, membeli sayur-mayur dan kebutuhan lain secukupmya di Pasar Al-Zawiya, pasar di Gaza ini cukup ramai dikunjungi saat Bulan Ramadhan. Dalam beberapa waktu kami juga bercengkrama dan berkumpul di Gerbang Damaskus, tapi itu tak berlangsung lama karena tentara Israel akan datang ke area tersebut pada jam tertentu. Saat menjelang berbuka, kami menantikan adzan Maghrib diantara reruntuhan bangunan dan puing-puing rumah yang berserakan. Beginilah keadaan kami, setidaknya kami telah menanamkan rasa syukur dalam diri kami agar selalu siap menerima apa yang Allah takdirkan dan tetapkan pada kami.
Semua ini kami lakukan semata-mata untuk mengharap keridhoan-Nya. Kami percaya Allah selalu membantu kami, bahkan saat kami tak punya uang dan makanan sekalipun, banyak saudara kami sesama umat muslim di luar sana yang membantu dan peduli kepada kami, itu adalah bantuan dari Allah melalui mereka. Bagaimanapun keadaannya kami tak akan pernah memberikan negeri kami ini kepada orang dzalim, ini adalah tanah yang diberkahi (Allah) dan negeri kami ini adalah tanah ribath yakni tanah di tepat batas antara kaum Muslimin dengan kaum kuffar (orang-orang kafir). Kami juga tak sepenuh nya sedih dan menderita ketika harus kehilangan orang yang kami sayang, karena menurut kami mempertahankan negeri ini adalah bentuk dari jihad kami kepada-Nya. Tak gentar meskipun kami diusir, diasingkan, ditindas di negeri kami sendiri hanya karena iman dan ibadah kami yang berbeda.
Itulah sedikit cerita tentang saudara semuslim kita di Palestina yang dapat memberi hikmah kepada kita semua. Berjuang dan istiqamah dalam memegang teguh keimanannya, tak mengenal sakit, tak mengenal putus asa untuk selalu menggapai keridhoan-Nya, selalu bersyukur dengan keadaan yang ada karena mereka meyakini bahwa Allah punya rencana yang terbaik dengan memasukkan mereka ke dalam Jannah-Nya. Aamiin..
Lantas apakah ada alasan kita untuk tidak bersyukur? Kita dapat beribadah dengan tenang di Tanah Air ini, tak ada ledakan bom yang membuat kita gelisah, perekonomian kita cukup baik sehingga kita dapat makan sahur dan berbuka sesuai yang kita inginkan, kita dapat berkumpul bersama orang-orang yang kita sayang dan cintai tanpa ada tangis kehilangan. Seharusnya kita lebih dapat bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Saudara-saudara kita di Palestina menjadi cermin bagi kita untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Sang Khaliq.
5 COMMENTS
mantep..lanjutkan menulis..
MasyaAllah mantap dyah ka julmi bangga ?
mantap dyah
Alhamdulillah, diasah terus ya bakat menulisnya. Semoga menjadi penulis keren seperti Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia dll.
Barokallah Dyah.
cerita nya sangata bagus dan meninspirasii