Setiap orang berhak memperbaiki diri menjadi insan yang lebih baik, tak perduli seberapa kelamnya masa lalu itu yang jelas selama nyawa masih di kandung badan, selama paru-paru masih bisa menghirup oksigen dan selama itu juga pintu taubat masih terbuka lebar bagi mereka yang ingin bertaubat dan berbenah diri menjadi insan yang lebih baik demi menggapai ridho Allah semata, orang-orang biasa menyebutnya dengan Hijrah. Ya Hijrah adalah suatu proses pembenahan diri menuju insan yang lebih baik, dengan meninggalkan segala sesuatu yang Allah dan Rasulullah SAW larang. Perlu digaris bawahi saat seseorang sudah memutuskan untuk Hijrah Lillahita’ala maka dia harus bersiap untuk meninggalkan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran islam, seperti berjudi, meminum alkohol, pacaran, aborsi, riba dan lain sebagainya. Memang meninggalkan kebiasaan yang sudah lama kita jalani terasa berat bahkan sulit lepas darinya, akan tetapi jika niat Hijrah sudah ikhlas karena Allah pasti nantinya akan terasa ringan walaupun menapaki jalan hijrah yang berliku dan bergelombang.
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan dan nasib suatu kaum yang berada dalam kenikmatan kecuali mereka sendiri yang mengubahnya, pun Allah tidak akan pernah merubah nasib suatu kaum yang rendah hina dinar melainkan mereka sendiri yang merubahnya, hal itu dijelaskan oleh Allah dalam Alqur’an surat Ar-Ra’d/13:11 yang artinya “sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Perbaikan itu harus dimulai dari diri sendiri, sekarang, dan mulailah dengan sesuatu yang kecil.
Setiap orang memiliki cerita dan jalan hijrah yang berbeda, termasuk saya yang lahir dan dibesarkan di lingkungan orang-orang yang tidak terlalu menjunjung tinggi ajaran islam,akan tetapi walaupun begitu didikan Bapak saya keras, semua orang di lingkungan saya tau hal itu, mulai dari ada peraturan tidak boleh pacaran, dan saya dituntut untuk benar-benar fokus ke pelajaran disekolah dan lancar belajar melafadzkan firman Allah ditempat saya menuntut ilmu agama. 15 Juli 2013 saya dinyatakan lolos tes tulis di SMP Negeri 1 Mumbulsari, alangkah bahagianya saya beserta Ibu yang mendampingi saya waktu itu, dan Bapak hanya bisa menerima kabar kelulusan saya di jenjang berikutnya lewat pesan suara di telepon seluler.
Sejak masuk SMP saya memilih untuk tidak mengenakan jilbab, alasan saya hanya satu, saya ingin tampil cantik dengan gaya rambut saya yang baru, ntah rayuan syetan seperti apa yang berhasil membuat saya melanggar perintah Allah kala itu. Perlahan prestasi prestasi saya menurun 360 derajat dibangku SMP, Ya, prestasi itu menurun setelah saya mengenal apa itu “PACARAN”, pacaran telah menoreh titik kelam pada hidup saya, lebih-lebih Bapak yang berada di luar pulau, membuat saya merasa bebas dan hengkang dari peraturan yang selama ini beliau buat, durhaka, Ya itu saya, berani membohongi orangtua demi cinta monyet yang membawa malapetaka bagi masa depan dunia dan akhirat saya itu, naudzubillah..
2 tahun saya mengenal pacaran, mengirim surat satu sama lain dengan isi yang menyatakan perasaan masing-masing kepada lawan jenis, saling bertukar sms dengan panggilan yang tak seharusnya, begitu miris masa SMP saya, hidup yang seharusnya dibuat bahagia dan fokus ke kepelajaran dan juga mengaji, kala itu harus sirna dan terganti dengan air mata sakit hati karena pacaran.
Memang benar jika kita tidak disibukkan dengan sesuatu yang baik, kita pasti akan disibukkan dengan sesuatu yang tidak baik. Waktu berlalu bak mesin roda yang berputar begitu cepat, SMP kelas 9 sapaan sinar terang hidayah mulai menerpa hatiku, jiwaku seakan memberontak ingin segera menjemput hidayah Allah didepan pintu rahmatnya, sejak dipilih menjadi ketua kelas 9E, saya berusaha untuk memberikan contoh yang baik kepada teman-teman saya, salah satunya saya harus berjilbab mulai saat ini, begitu kira-kira lirih batin saya di keheningan yang senyap. Kala itu saya berusaha menghapus foto-foto tanpa jilbab diakun facebook saya, saat itu saya tiba-tiba sadar jika seorang perempuan menampakkan auratnya walaupun disosial media kemudian aurat itu dilihat oleh yang bukan mahram maka jadilah dosa jariah, saat itu yang terbesit di pikiran, saya tidak mau menambah dosa dengan mengupload foto not jilbab di akun social media saya, dosa yang kemarin saja belum tentu Allah ampuni, apa iya, hari kita akan berbuat dosa lagi.
Tak terasa hari berganti tahun, sampai di SMA, walaupun pacaran sudah saya tinggalkan, akan tetapi saya masih tidak terlalu istiqamah dengan hijab yang saya kenakan, saya masih kurang belajar ilmu agama,dan terkadang keluar rumah masih suka dan sering mengenakan celana pendek dan berbaju kaos transparan. Awal SMA kelas 10 Allah benar benar menguji keluarga saya, nyawa saya hampir hilang karena kecelakaan tragis itu, menurut cerita Ibu saya,di perjalanan sepulang mengantar Ibu dan adik saya berbelanja di Golden Market Jember, sepeda motor yang saya kendarai diselempet pick up dari belakang, otomatis sepeda motor yang saya kenakan ambruk dan datar menghadang badan jalan. Tidak ada yang menolong saya waktu itu, berulang kali Ibu berteriak minta tolong tidak ada yang menolong kami, beruntungnya ibu dan adik selamat pada kecelakaan maut waktu itu. Beberapa waktu kemudian segerombolan orang datang menolong kami. Saya yang sudah tidak sadarkan diri segera dilarikan ke puskesmas terdekat, benar nyawa saya hampir tak tertolong waktu itu, rekan medis di puskesmas itu sudah menyatakan tidak sanggup lagi menolong saya, dan saya harus segera dirujuk ke rumah sakit yang fasiitasnya lebih baik.
Saya tidak pernah membayangkan sedikitpun bagaimana tangis dan hancurnya hati orangtua, saudara, sahabat, dan teman-teman lainnya jika mengetahui saya meninggal. 3 hari saya koma, seminggu setelahnya, saya sadar, tetapi pikiran seolah sudah tidak terhubung dengan syaraf-syaraf. Segera dokter mengambil tindakan medis, saya diharuskan operasi karena darah beku bersemayam di dalam kepala saya. 2 kali saya harus menjalani operasi.
Begitu menyeramkannya ruang operasi yang saya lihat kala itu. Selepas operasi saya dibawa pulang oleh orang tua saya, berhamburan sanak saudara dan kawan-kawan seperjuangan membesuk keadaan saya. Lagi, sinar hidayah datang mengetuk jiwa saya, hikmah kecelakaan itu benar-benar membawa saya pada titik terang yang sesungguhnya. Semester 2 kelas X tepatnya, saya mencoba berbenah diri sebagai ucapan syukur yang tiada tara kepada Allah karena masih memberi kesempatan bagi saya untuk bertaubat. Pertama waktu itu langkah yang saya lakukan adalah berusaha untuk menjaga sholat, karena guru matematika saya pernah mengatakan “nanti yang dihisab pertama kali adalah sholat, jika sholatnya baik, maka baik pula yang lainnya”.
Kata-kata itu yang selalu menggema dan tertancap baik di dalam memory saya, mulai saat itu saya lebih rajin menabung untuk membeli gamis dan baju-baju syar’i lainnya, saya mencoba menjaga hijab dan aurat saya dari pandangan yang bukan mahram, bahkan hikmah kecelakaan itu membuat saya menyukai segala sesuatu yang berbau islami. Alhamdulillah, ternyata musibah yang tidak kita sukai ternyata ada hikmah besar yang Allah selipkan di dalamnya. Dan beruntunglah orang-orang yang sabar atas musibah yang Allah datangkan, karena sekali kali Allah tidak akan pernah menyalahi janjinya kepada orang-oramg yang sabar, dan sesungguhnya selepas kesulitan pasti ada kemudahan. La Tahza Innallaha Ma’ana (Jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama kita). Begitulah awal mula saya mengenal islam dan menapaki jalan hijrah yang berliku. Jalan hijrah tidak selamanya mulus seperti apa yang kita bayangkan, kadang kerikil, batu besar dan duri tak lupa mewarnai perjalanan hijrah, dan setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengatasi/menyingkirkan penghalang itu dari perjalanannya. Tetap semangat dan semoga istiqamah selalu.
Hijrah itu memang sulit, istiqamah lebih berat, yang ringan istirahat. Betul ? Ya, secara fakta begitulah adanya, jika ada pertanyaan pilih berat atau ringan , tentu jawab nya pilih berat. Kenapa ? karena lebih baik pilih berat dalam menjalankan ketaatan kepada Allah daripada memilih ringan menapaki jalan yang tidak Allah ridhoi, karena berat dalam taat insya Allah terasa nikmat dan berat yang nikmat itulah hijrah.
KEEP HAMASAH ^_^