“Perbaikilah sholatmu, maka duniamu tak lagi meresahkan hati”
Aku adalah seorang perempuan. Hidupku tak bisa dikatakan mulus-mulus saja. Banyak sekali guncangan bathin yang terjadi. Aku terlahir dalam keadaan prematur, sebuah kondisi dimana sang bayi dilahirkan sebelum usia kandungan mencapai 9 bulan. Hal ini berdampak pada fisik dan motorikku yang lemah hingga kondisiku agak sedikit berbeda dengan manusia pada umumnya. Kedua orang tua dan keluarga memang terus menyemangati aku semampu yang mereka sanggup. Hanya saja terkadang perlakuan lingkungan kurang bersahabat denganku, aku bahkan tak punya teman ketika bersekolah, aku tak tahu apa kesalahanku. Yang aku tahu, mereka sering mengatakan bahwa aku ini gila dan cacat.
Waktu terus berjalan, airmataku tak pernah kering, hampir sama derasnya dengan cacian dan hinaan yang aku terima. Bahkan ada yang dengan tega memukuli aku, hingga aku mengalami trauma untuk pergi ke sekolah. Seiring berjalannya waktu, aku merasa Allah tak adil kepadaku, karena kondisi semacam ini hanya menimpa aku seorang saja, sementara saudara dan seluruh keluargaku tak mengalaminya. Aku marah pada Allah dan mulai enggan melaksanakan sholat, bahkan pernah sama sekali tidak mengerjakannya dalam kurun waktu yang lama. Tapi, ada hal yang cukup mengherankan. Segala hidupku begitu mengagumkan, aku selalu menjadi juara kelas dan selalu menjadi kesayangan seluruh keluargaku.
Di suatu malam, jiwaku terpanggil untuk kembali melaksanakan sholat. Aku pun berwudhu dan memulai sholat pertamaku kembali. Dalam sujudku, aku menangis tersedu-sedu. Merasakan betapa Allah sedang memelukku dengan begitu erat dan Dia memaafkan segala tuduhanku padanya. Maka sejak saat itu, aku pun terus menjaga sholatku. Cacian dan hinaan yang bertahun-tahun aku hadapi, semuanya terasa tidak memberatkan hati, meskipun terkadang sedih seringkali menghampiri. Namun, aku menyakini bahwa semuanya memang sudah diatur sedemikian ini dan inilah yang terbaik untuk aku dan kehidupanku.
Allah itu adil rupanya. Hanya saja, kita sering terbatas untuk melihatnya. Buktinya aku diizinkan untuk menempuh pendidikan hingga tingkat Strata 1 dengan menggunakan beasiswa agar tidak membebankan kedua orang tuaku yang memiliki 4 orang anak. Dan, hasil pencapaian yang aku raih di masa pendidikan pun terbilang sangat memuaskan. Allah selalu menentramkan hatiku saat aku dengan teguh menjaga dan memperbaiki sholatku. Ada orang yang mengatakan sholat itu hanya membuang-buang waktu saja, padahal sholat itu adalah quality time kita bersama Allah, sebab di dalam sholat, kita bebas mengadukan apa saja padaNya, tanpa terkecuali. Dan dari segi psikologis, kita akan selalu tenang dan bisa menerima segala kerumitan hidup yang memang harus kita hadapi. Dan, karena aku adalah perempuan. Maka, aku pun berhijab, karena sholat dan hijab sama-sama berhukum wajib dalam Islam. Keduanya sama-sama menjaga kita dari kemungkaran.
Kini, di saat aku berusia 25 tahun, Allah begitu memberikan banyak kesempatan yang tidak terduga sama sekali. Aku sering diundang untuk memberikan motivasi dan semangat hidup pada kalangan muda dan diberi kesempatan pula untuk melahirkan karya-karya sastra yang inshaallah akan bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Allah menjagaku dengan sholat dan hijab, sementara kematian yang akan mengantarkan aku menuju Yang Maha Agung itu, yakni Allah subhanallahu wata’aala dan semua yang aku hadapi kemarin, hari ini dan esok adalah mutlak keputusan terbaikNya.