Islam dan Cinta

Cinta
Sudah menjadi hal yang lumrah dan tidak asing lagi di era Millenial sekarang ini. Cinta tak ayalnya sebuah kebutuhan. Baik tua-muda, pria-wanita semuanya pasti membutuhkan cinta.

Lalu bagaimanakah kedudukan cinta dalam Islam?

Islam adalah agama perdamaian. Sebuah kemenangan bagi jiwa yang tak suka atas penindasan dan ketidakadilan. Islam memuliakan Cinta, bahkan Islam begitu menganjurkan kasih sayang dan cinta diantara umatnya.

Maka Atas dasar apa cinta itu dimuliakan?

Dalam Al-Qur’an dijelaskan pada Q.S Adz-Dzaariyat ayat 49 yang artinya

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (Q.S. Adz-Dzaariyat: 49)

Begitu indah bukan kemurahan-Nya?

Lantas apa yang kurang tepat atas cinta yang terjadi di masa millenial ini?

Cinta memang tidak salah.
Mencintai pun dicintai keduanya tidak ada yang melarang, bahkan Dia Sang Pemilik Cinta pun tak mengharamkan atas perasaan Cinta.

Justru salah itu terletak pada kita yang diberi cinta. Mengapa demikian? Sedikit menampar pada diri dan juga sahabat sekalian, bolehkah saya bertanya “Pernahkah Anda Berpacaran?”

Cukup tertampar atas pertanyaan yang dilontarkan oleh diri sendiri. Mungkin diri merasa malu dengan jiwa yang menahan amarah atas bodohnya masa muda yang lalu itu.

Sahabatku, inilah alasan mengapa Cinta itu sering disalahartikan. Nafsu yang berpura-pura sebagai rasa Cinta, Syahwat yang menyamar sebagai rasa suka. Sungguh inilah letak kesalahan rasa Cinta pada diri manusia zaman Millenial ini.

Belajar dari pengalaman, saya pun pernah mengalami tindakan salah dengan menyebut nama Cinta di dalamnya.

Memang ketika itu rasa bahagia begitu menjadi-jadi. Rasanya dunia milik berdua, berpacaran atas nama cinta namun nyatanya hanya nafsu belaka. Awal yang manis memberikan kesan bahwa ini bukan hal yang salah. Tetapi lama kelamaan perlahan ia menampakkan wujudnya.

Hambar.
Ya, Cinta yang kita sebut itu cepat hambar.

Mengapa demikian?
Padahal sebenarnya cinta itu adalah sesuatu yang abadi, kekal dan tak akan rusak dimakan usia.

Coba jawab pertanyaanku ini, Kepada siapakah rasa Cinta itu kau tujukan?
Jawablah maka engkau akan mengetahui alasannya.

Sudahkah?
Sahabatku, jika cintamu engkau tujukan pada makhluk yang bernama manusia memang pantas cinta itu akan hambar dimakan usia. Sebab makhluk sejatinya tidak akan mungkin hidup selamanya. Karena pada akhirnya dia akan mati juga bukan?

Pada siapakah sebenarnya cinta itu harus ditempatkan jika begitu?

Jawabannya, Allah.
Allah, Dialah Yang Menciptakan Rasa Cinta diantara makhlu-Nya. Dia pula Yang Maha Mencintai apa Yang Dia Ciptakan. Dia Yang Kekal, tak ada sesuatu apapun yang dapat merusak-Nya.

Sahabatku,
Agar cintamu tak lagi hambar, agar cintamu tak lagi disalahartikan. Cobalah ubah tempat penyimpanan cinta itu bukan pada makhluk yang diberi cinta. Namun sandarkanlah pada Dzat Yang Menciptakan Cinta. Niscaya meskipun engkau hidup di era Millenial seperti ini, cintamu tak akan menjadi bumerang lagi dalam kehidupanmu.

Jadi, pada intinya bukanlah cinta yang patut dipersalahkan jika engkau menemukan rasa sakit ketika merasakan cinta. Tapi salahkan dirimu sendiri, tanyakan pada siapa engkau memberikan cinta yang sejatinya ia senantiasa suci dan tak akan rusak jika tak engkau rusak dengan nafsu dan syahwatmu.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *